PROLOG

324 47 0
                                    

Terima kasih kepada Just Innercircle untuk dukungan pertamanya di OVER MISTAKES ♡​

□■□■□■□■□

Bagaimana ceritanya, tidak ada yang tahu!

Naruto dikenal dengan nama Menma saat di jalanan, sebelum keluarga yang mengadopsinya memberikan nama sesuai dengan filosofi keluarga Uzumaki, yang tinggal di sebuah pulau pribadi dengan luas dua hektare. Area tersebut paling dilarang untuk dimasuki. Jembatan panjang yang dibangun menuju pulau digadang-gadang penuh risiko jika nama kalian tidak ada dalam daftar janji temu dengan keluarga mereka. 

Sebelum diadopsi oleh keluarga Uzumaki, Naruto adalah anak jalanan yang terbangun dengan ingatan kosong di sebuah rumah sakit pinggiran pada usia sekitar lima tahun. Baru kemudian dia diserahkan pada panti asuhan yang tidak jauh dari rumah sakit. Naruto memutuskan kabur setelahnya, memilih hidup dalam jalanan. Satu-satunya mata pencahariannya untuk mengenyangkan perutnya adalah mencuri, mencopet, dan menipu para wisatawan, sampai pada akhirnya dia ditemukan oleh keluarga Uzumaki. 

"Satu-satunya agar kamu tidak kelaparan dan tetap bertahan di sini adalah dengan banyak belajar untuk menjadi Uzumaki."

Wanita seperti Tsunade tidak terlihat sebagai wanita-wanita berusia 70 tahun ke atas. Wajahnya dingin, tidak dipenuhi oleh keriput sedikit pun. Entah karena uang yang tidak sedikit dia keluarkan untuk perawatan, atau memang Tsunade tipe wanita yang awet muda. Ketika Naruto memanggilnya nenek, Tsunade tidak menunjukkan ekspresi apa pun. 

Pada usia 15 tahun, Naruto baru selesai menguasai empat bahasa, dan dia ditendang ke luar negeri demi membentuk identitas baru sebagai ahli waris. 

Dalam identitas tersebut, Naruto Uzumaki lahir dari garis keturunan wanita bernama Kushina. Entah karena apa, tidak ada seorang ayah untuknya, sehingga Naruto bertanya, "Bagaimana dengan ayahku?" 

"Kamu tidak memiliki ayah." 

"Tidak mungkin, mereka pasti akan merasa penasaran dengan siapa ibuku berhubungan."

Mata Tsunade sedingin gunung es, raut wajahnya pun tidak ada bedanya. Dan sejak saat itu, Naruto tidak pernah bertanya saat mereka menciptakan sejarah mengenai dirinya dalam keluarga Uzumaki. Dengan doktrin bahwa dia dapat memiliki segalanya di muka bumi ini, dia tidak pernah kesulitan untuk  memiliki apa yang dia inginkan mulai sejak saat itu, sementara semua pertanyaan yang menjadi ketakutannya, kurang lebih dapat dikatakan bahwa itu kelancangan dari siapa pun yang berani-beraninya bertanya.

"Tidak boleh ada satu pun orang yang berani memberikan pertanyaan lancang tersebut kepadamu," kata Tsunade. "Uzumaki selamanya harus dihormati. Pertanyaan semacam itu cukup lancang untuk ditanyakan, sementara kamu harus berani menampar mereka yang bersikap lancang kepadamu!" 

Tidak mudah menjadi seorang Uzumaki. Tidak mudah pula bagi Naruto hidup sebagai anak jalanan. Namun ketika dia memiliki dua hal yang berbeda itu, justru Naruto lebih memilih tetap berada di Uzumaki, meski harus membunuh jati dirinya sebagai seorang Menma yang peduli pada orang-orang seperti dirinya di jalanan—teman-temannya yang sama kelaparannya seperti dia, dan kedinginan ketika malam hari tiba. Satu selimut tidak akan cukup untuk menghangatkan tubuh mereka yang ringkih dan lemah.

Makin lama, Naruto terbiasa untuk menjadi dirinya yang baru. Dia tak pernah peduli dengan apa pun, dan tidak menginginkan dua alasan dalam tindakannya. 

Saat nenek dan kakek yang mengadopsinya tiada karena usia tua merenggut mereka, Naruto mulai merasa bahwa kini saatnya dia mengontrol segala sesuatu di hadapannya. Entah bosan atau merasa puas karena dibesarkan hampir seluruhnya dalam perintah yang tidak dapat dibantah. Ia mudah bosan di tengah kehidupan yang penuh oleh kelayakan.

Demi membunuh rasa bosannya, Naruto kerap datang untuk berpesta di kelab-kelab malam besar. Namanya makin dikenal sebagai penggila pesta, tapi tidak satu pun seorang wanita menjadi perbincangan di antaranya. Sehingga Naruto sering kali dituduh memiliki hubungan sesama jenis. Namun di balik itu, dia punya peraturan dalam percintaannya yang tidak biasa.

Pada tahun-tahun pertama dia datang ke Jepang, dia akan dihadapkan pada ritual keluarga. Pergi ke makam ibunya yang bahkan tidak pernah sedikit pun dia merasakan kehangatan tangan wanita itu membelai pipinya. Atau, ketika dia berhadapan pada dua nisan dari kakek dan neneknya. Tidak ada ekspresi bahwa dia sangat mengenang segala kepedulian serta kebaikan dari keduanya. 

"Tsuki." 

Sosok pria gagah mendekati Naruto yang masih berdiri tepat di depan nisan neneknya. "Saya di sini, Tuan."

"Hari ini aku ingin di kamar saja, jangan ganggu aku. Tolong siapkan bak mandi penuh air hangat. Tidak perlu bangunkan aku untuk makan malam."

"Baik, Tuan."

Naruto berjalan mendekati mobilnya, yang kemudian pergi dari bagian makam pribadi keluarga Uzumaki di pulau tempat tinggal mereka. Dalam perjalanan panjang sebelum akhirnya sampai di rumahnya, Naruto melihat betapa mengerikan hutan-hutan di pulau ini.  Gelap, dingin, dan sekalinya tersesat, kau akan sulit ditemukan. 

Pada hari-hari pertama dia datang, dia sudah banyak melakukan pelanggaran. Selain menyusuri hutan, dia perlu menghafal titik untuk menuju ke air terjun abadi sebagai hukuman atas setiap pelanggaran yang dia ciptakan.

Namun di balik itu semua, pada dasarnya pulau ini menyeramkam bukan karena tempatnya memang seperti itu. Tapi, semua kenangan tentang tempat ini terhubung pada masa-masa berat. Meskipun begitu, karena tempat ini, dia jadi tidak bisa membuang jati dirinya yang baru itu, dan sudah pasti tidak akan tergantikan oleh apa pun. 

"Sepertinya aku berubah pikiran, Tsuki," Tsuki melirik ke belakang saat dia mendengar suara sang tuan. "Antarkan aku ke landasan helikopter, aku ingin pergi ke suatu tempat." 

"Saya hanya ingin tahu Anda berencana pergi ke mana." 

"Tokyo. Menemui seorang teman."

□■□■□■□■□

BERSAMBUNG



OVER MISTAKES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang