BAB 3

242 27 0
                                    

□■□■□■□■□

Hirumi tipe orang yang tidak suka sesuatu seperti ini, contohnya menunggu seseorang bangun tidur.

Ketika Lilith baru bangun, Hirumi sudah menyiapkan kopi panas pahit yang tidak disukai olehnya, walaupun ada efek khusus dalam cairan itu seperti meringankan sakit kepala karena mabuk.

"Apa yang membuat kamu masih ada di sini, Bibiku tersayang?" Hirumi segera saja melipat surat kabar, dan meletakkannya ke atas meja sambil melirik keponakan malangnya, yang pagi ini penampilannya kurang baik. Rambut gadis itu mengembang seperti tidak pernah disisir selama seminggu lebih—mirip gadis gila yang tidak pernah mencuci rambutnya. "Ada hal penting yang harus dibahas?"

"Sangat penting," kata Hirumi, masih duduk di kursinya dekat pintu balkon kamar keponakannya. "Aku baru saja selesai mengulang—mungkin hampir sepuluh kali, video porno yang benar-benar sedikit membuatku terguncang."

Lilith tidak memahami apa yang dikatakan oleh bibinya itu. Sekalipun dengan niat hati bahwa wanita itu mencoba menyindirnya, dia masih tidak menemukan apa saja itu di dalam kepalanya, dan apa yang sebenarnya ingin Hirumi katakan kepadanya.

"Sayang, aku ingin kamu pergi ke suatu tempat hari ini."

"Ke mana? Aku tidak ingin bertemu orangtuaku!"

"Tentu saja bukan mereka. Tidak ada siapa pun dari keluarga sialan itu meminta kita bertemu. Aku hanya ingin kamu melakukan sesuatu," Lilith mengangkat alisnya. "Untuk menyelamatkan tempat ini dari kerugian yang kamu sebabkan."

"Apa?" Lilith terkejut mendengarnya. "Aku bahkan tidak keluar dari tempat ini atau menemui klien seperti malam-malam sebelumnya. Aku tidak membuat kekacauan yang mengakibatkan kamu rugi besar—aku sudah berjanji padamu, dan aku menepatinya."

"Tidak, kamu tidak menepatinya, Sweetheart."

Lilith terbahak-bahak. Segera saja dia meminta bukti, dan bergeming setelahnya begitu bibinya memberi dirinya sebuah kenyataan. Bagaimana bisa dia tidak sadar sudah mengulum penis pria lain, apalagi sudah pasti pria itu tidak dalam daftar klien khusus. Namun Lilith segera menggulir video yang lain, digantikan oleh biodata seseorang, belum cukup dengan itu, foto orang itu terpampang jelas yang dilihatnya di sampul depan majalah bisnis tempo hari.

"Tidak mungkin!" Lilith memekik. "Kamu akan mengirimku pada pria itu?"

Hirumi angkat tangan. "Pria itu marah besar tadi malam, karena kamu sudah mempermainkannya," Lilith menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, enggan pergi ke kamar mandi hanya sekadar mencuci mukanya. "Pria itu akan datang kepada kita kalau kamu tidak segera pergi menemuinya."

"Di mana lebih tepatnya?"

"Rumah besarnya."

"Astaga, kenapa kamu mengatakan aku tinggal di sini maupun bekerja di sini padanya?"

"Secepat itulah dia mendapatkan informasi di mana kamu berada. Ketika dia menunjukkan bukti-buktinya, aku tidak bisa lagi mengelak. Sayang, aku masih mencintai seluruh yang aku miliki," Hirumi terdengar memohon, tapi wanita itu langsung terbahak-bahak. "Ingat, aku tidak bermaksud menjualmu. Ini hanya sebagai bentuk itikad baik."

Lilith terlalu nyaman di atas kasur, Hirumi tahu itu.

"Pergilah sebagai Hinata, keponakanku, bukan sebagai Lilith. Lalu minta maaf kepadanya."

"Kamu pikir aku akan keluar dari sana hidup-hidup setelah melakukan hal mengerikan itu kepadanya?" jawaban Hirumi terkesan ambigu, ketika wanita itu hanya mengangkat pundaknya. "Sepertinya aku perlu menulis surat wasiat bilamana aku tidak pulang ke sini."

OVER MISTAKES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang