□■□■□■□■□
Lilith kira semua yang dia temui adalah mimpi, atau apa yang dia rasakan selama tidurnya hanya bagian sapuan halusinasi. Tapi sosok tinggi itu tidak dapat dialihkan oleh siapa pun termasuk dirinya. Suaranya yang rendah saat menelepon membuat Lilith benar-benar terjaga, dia masih di atas kasur, mengamati punggung lebar telanjang pria itu yang seperti sibuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa asing dimengerti olehnya.
Begitu si pria memutar tubuhnya, dan pandangan mereka bertemu, dia tersenyum kepada Lilith dengan sangat hangat, dan segera dari itu dia menutup panggilannya.
"Apa aku harus mengucapkan selamat pagi?"
"Tidak perlu. Tidak penting," Lilith mengedarkan pandangan, malas untuk terus memandang pria itu pagi ini ketika dia baru bangun dari tidurnya. Kepalanya sangat sakit, tapi beruntung bisa ditahan. "Di mana ini? Aku penasaran mengapa aku di sini dan mengenakan kemejamu."
"Gaunmu sedang dicuci, semalaman kamu mabuk, membungkuk terus-terusan di depan kloset."
"Itu tidak pernah terjadi, aku tidak pernah muntah karena mabuk, lagi pula itu hanya sampanye," Lilith kembali melihat Naruto Uzumaki sembari mendongkol. Ditemuinya bahwa wajah itu terlihat menahan tawa. "Kamu menipuku?"
"Ya," Lilith ingin kembali marah, tapi dia rasa itu akan percuma. "Aku hanya mengganti pakaianmu saja, kita tidak melakukan apa-apa selain tidur bareng."
"Tidak melakukan apa-apa?" alis Lilith terangkat, terdengar tidak mungkin jika tidak terjadi apa-apa kepada mereka berdua semalaman. "Kenapa? Kamu tidak tertarik padaku? Apa kejantananmu tidak tegang saat menatapku tidur?" Naruto masih mengamati. "Katakan sesuatu sekarang."
"Tidak banyak yang bisa aku katakan," Lilith tiba-tiba kesal, dia seperti sedang dipermainkan, sementara pria itu sudah membuatnya kesal sejak awal—begitu memasukkan obat tidur itu ke sampanye, dari sana pria itu sudah membuat darahnya mendidih karena marah. "Siap-siap, kita akan keluar dari pulau ini, tapi mungkin bibimu masih tidur dengan Gaara."
"Mereka berbagi kamar?"
"Kenapa? Apakah dia harus melapor kepadamu dulu, dengan siapa dia pergi tidur?" itu tidak perlu, Lilith meyakininya, tapi Hirumi hampir tidak tertarik dengan seorang pria, dia lebih senang berpesta dan mengobrol dengan seorang teman sampai lupa waktu. Atau, selama ini dia memang tidak tahu apa yang diinginkan oleh Hirumi?
Selama pagi itu, Lilith masih harus berbagi ruangan dengan si pria yang sibuk menelepon seseorang. Sarapan mereka datang, tapi pria itu hanya minum segelas air putih, lalu mengambil roti selapis. Lilith bertanya-tanya, apa yang sebenarnya diobrolkan sampai pria itu hanya bermondar-mandir, sedangkan Lilith melihatnya sampai merasa dia bisa pusing.
Tanpa disadari oleh Naruto, Lilith pergi dari kamar itu untuk meredakan rasa bosannya. Dia melihat piano berwarna hitam di dekat meja dan sofa di ruangan itu, Lilith mendekat untuk memastikan apakah piano itu berfungsi, dan bisa dimainkannya di tengah rasa kesalnya masih harus terjebak di tempat ini entah sampai kapan. Lilith tidak mahir banyak lagu, tapi dia menyukai himne yang diciptakan oleh neneknya, dan satu-satunya yang bisa dimainkannya di luar kepala hanya itu.
Lilith menekan tuts secara lembut, dia senang mendengarnya masih berfungsi, dan tentu saja mengapa pemilik tempat ini masih membiarkan piano itu ada di sana jika benda itu tidak berfungsi. Pada bait pertama yang dimainkannya, dia sudah bisa mengingat neneknya. Wanita itu mudah tersenyum oleh kejenakaan yang dibuatnya. Orang lain menganggap bahwa Lilith sulit didekati, tetapi neneknya mengatakan padanya, Lilith tidak sulit didekati, dia hanya pemalu saja. Tapi mungkin bila neneknya masih hidup, wanita tua itu akan menyayangkan apa yang dipilih oleh Lilith untuk keluar dan hidup yang mungkin akan merusaknya.
Tidak sampai habis untuk memainkannya. Lilith mendengar seseorang bertanya di sampingnya, dan begitu menoleh, dia melihat pria itu menatapnya tajam. "Mengapa kamu bisa memainkan lagu itu?" Lilith terdiam, dia tidak tahu lagi harus bagaimana menjawabnya. "Kamu belajar dari seseorang?"
"Aku memainkannya sejak kecil," Naruto mendekati Lilith dengan langkah kecil, lalu dia mengangkat tangannya untuk menutup mata Lilith, maka dia hanya bisa melihat bibir gadis itu yang lurus. "Apa yang kamu lakukan?" sama seperti saat itu, seseorang anak gadis pernah bertanya padanya, tapi Naruto tidak tahu kapan persisnya itu terjadi. Pertanyaan itu menggema mengisi kepalanya yang kemudian berdengung sakit, tapi Naruto masih menutupi mata Lilith, menyisakan bibir gadis itu yang mulai terbuka sedikit. "Uzumaki!"
Uzumaki, namaku Uzumaki Naruto... di sana aku tinggal bersama ibuku, aku tidak punya ayah... aku akan ikut bersamamu... mainkan lagu itu lagi... dan seolah berada di dimensi lain, Naruto melihat jalan dari posisinya yang sepertinya terbaring. Isi kepalanya berubah seperti memori rusak yang tidak lagi dapat mengulang semua rekaman tersebut agar terus berjalan dengan sangat baik, tanpa terpotong, dan tanpa menyulitkan dia untuk mengingat.
"Ibu," masih berada di posisinya, Naruto bergumam, sementara mata birunya menggenang oleh air mata. Dia tidak pernah secara emosional mengingat seorang wanita yang tidak pernah dikenalnya, apalagi ditemuinya. Tapi ingatan mengenai Kushina Uzumaki jauh di dalam sana setelah dia mendengar lagu yang dimainkan oleh Lilith, atau yang lebih dia tahu sebagai Hinata Hyuuga.
Naruto, kita akan hidup berdua selamanya.
Lilith menyentuh secara lembut tangan Naruto, memintanya untuk berhenti menutupi matanya, yang sangat ingin tahu apa yang terjadi padanya. Lilith kira, dia akan menemukan wajah menipu pria itu, tapi nyatanya hanya ada kesedihan yang terpancar, dan itu sangat dalam, tertutup, rahasia. Lilith tidak berani untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi padanya, maka dia hanya terdiam sambil masih terus menatapnya.
"Kurasa kita harus kembali," Naruto memutar tubuhnya, meninggalkan Lilith masih di samping piano besar di ruangan itu.
Ada lebih banyak pertanyaan kembali muncul di benak Lilith, tapi dia tidak tahu mengapa dia harus memaksa untuk bertanya. Dia hanya ingin diam, tidak penting untuk tahu segalanya—apalagi sesuatu yang tidak boleh dia tahu, lebih-lebih menjaga rahasia seseorang itu sangat berat. Dia tidak mau beban semacam itu kembali menyulitkannya.
□■□■□■□■□
BERSAMBUNG

KAMU SEDANG MEMBACA
OVER MISTAKES ✔
FanfictionNaruto tidak dikenal sebagai orang kaya pada awalnya. Dia anak jalanan yang kehilangan ingatan karena trauma semasa kecil, sebelum akhirnya dia diadopsi oleh keluarga Uzumaki. Masa lalu penuh trauma itu menciptakan pribadi yang tidak percaya pada si...