□■□■□■□■□
Setelah pergi minum bersama keponakannya, Hirumi bergegas untuk pergi ke aula utama, di mana pesta para orang kaya sedang berlangsung di kelab malamnya. Dan mereka sudah dipenuhi oleh hasrat, sebagian telah memesan kamar untuk bercinta, sementara yang tersisa hanya laki-laki yang mungkin sudah punya istri dengan dalih tidak ingin berselingkuh, tapi si pria kaya dari Uzumaki itu anehnya tetap berada di salah satu kursi sambil menikmati minuman tanpa bersuara. Atau barangkali, mendengarkan dengan serius apa yang kali ini temannya ceritakan, tapi itu tidak cukup menarik baginya.
"Halo," Hirumi menyapa si punya acara. Wajah pria itu tampak merah karena mungkin saja mabuk, tersirat kebahagiaan kecil bahwa si pemilik menyapanya. Parasnya yang cantik meski melewati usia empat puluh, membuat sebagian terpaksa luluh atau bertekuk lutut. "Bagaimana acaranya? Menarik? Aku lebih senang dapat pujian soal servis kami."
"Tentu saja, semuanya sangat meriah, anak-anakmu dididik dengan sangat baik, dan mereka punya sopan-santun yang membuat tamu-tamuku terus memujiku. Kamu tahu, mereka mengatakan tidak mudah untuk mendapatkan tempat ini, tapi sayang sekali, mereka saja yang tidak tahu bagaimana caranya merayumu."
Hirumi tertawa mendengarnya.
"Oh iya, aku ingin tahu siapa itu Lilith. Aku dengar dia keponakanmu yang sangat cantik. Apakah dia ada di sini? Aku sungguh penasaran dengan kecantikan yang terus dibicarakan oleh mereka."
"Tidak, dia sedang ada di kamarnya. Suasana hatinya sedikit buruk," Hirumi kemudian melirik laki-laki di sampingnya. Beberapa menit lalu, dia membicarakan laki-laki itu bersama keponakan tersayangnya. "Apakah ini tamu spesial yang sedang kamu bicarakan?"
"Kenalkan, dia Naruto Uzumaki. Coba saja merayunya, dia akan sukarela berinvestasi pada bisnismu."
"Astaga, aku ingin sekali mengambil kesempatan itu, tapi aku tidak pandai merayu."
Naruto melirik Hirumi. Laki-laki itu tersenyum sebentar, dan belum sempat untuk meraih tangan Hirumi, sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel pribadi.
"Maaf, aku ingin menerima telepon sebentar."
"Silakan."
Naruto segera meninggalkan tempat pesta untuk mencari tempat yang sekiranya tidak terlalu ramai. Sampai pada akhirnya dia pergi ke bagian arah yang menghubungkan kelab malam itu dengan rumah pelacuran.
Sambil menerima telepon dari asistennya, Naru melihat sosok perempuan yang berjalan tanpa alas kaki memasuki rumah pelacuran itu, sembari membawa botol minuman. Meskipun dia mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan oleh asistennya, Naru tidak dapat mengalihkan pandangan dari kaki seputih susu di depannya. Gadis itu berhenti sebentar untuk bersandar, meletakkan botol itu ke lantai, lalu dia melanjutkan merokok.
"Sialan, kurang selangkah lagi, tapi kepalaku sakit," gerutunya.
"Apa kamu baik-baik saja?" Lilith mendongak, dia melihat ke dalam mata biru laki-laki yang muncul secara tiba-tiba di depannya. Memberikan sapu tangan beraroma tubuh seorang pria. Parfum yang kuat dan nyaman, membuat Lilith merasa sangat tergoda untuk menjamahnya. "Pakai saja."
"Kamu memberikannya agar kamu bisa tidur denganku?"
"Apa?"
Lilith tersenyum sambil jemarinya menyentuh dada, lalu turun ke perut laki-laki di depannya itu, sedangkan Naru sendiri hanya mengikuti ke mana jemari itu pergi, dan akhirnya berhenti tepat pada selangkangannya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku tidak tidur dengan sembarang pria!"
Naruto tertawa geli. "Aku juga tidak sembarangan tidur dengan wanita!"
"Tidak mungkin," Lilith menampik kata-kata pria itu. "Jika aku menyentuh adik kesayanganmu, kamu akan meminta lebih padaku."
Naru malas untuk membalasnya. Maka dia segera mengembalikan sapu tangan itu ke sakunya, segera pergi dari sana, tapi lengannya tiba-tiba ditarik, hingga dia kembali ke hadapan gadis mabuk itu lagi.
"Sepertinya aku pernah melihatmu. Tapi aku lupa di mana."
"Aku tidak pernah ingat kita pernah bertemu. Lagi pula, aku jarang bertemu orang."
"Ah," seru Lilith. "Aku tahu sekarang. Kamu yang wajahnya muncul di majalah bisnis edisi bulan ini. Aku melihatmu di toko buku sekitar distrik," Naru masih mengamati, dia juga melirik buah dada gadis itu yang sepertinya kurang sedikit akan keluar dari baju tidur super seksinya. "Kamu si pria kaya raya itu, 'kan?"
"Lalu?"
"Hmm, karena kamu tamu spesial, apakah aku perlu memberikan bonus servis untukmu?" Naru bergeming. "Aku bisa melakukannya, kecuali tidur denganmu."
Naru menghela napas, setelah itu tangannya kembali ditarik. Dia berakhir terdampar di sebuah gudang penyimpanan. Ia tak tahu apakah mereka berdua boleh berada di sana. Lebih takut lagi, kalau hal seperti ini akan membuat paparazi senang. Lantas, ketika sampul majalah memakerkan kesuksesannya digantikan oleh foto sevulgar sekarang, neneknya mungkin saja bangun lagi untuk menampar pipinya.
Tidak tahu mengapa hanya diam saja, Naru memandangi gadis gila itu yang sedang berlutut di bawahnya tanpa mencegah tangan mungil itu melepas sabuknya. Sejujurnya, dia bisa saja dengan mudah tidur dengan siapa pun, tapi masalahnya dia tidak pernah puas pada mereka yang masih membuka mata. Mungkin sekarang tetap sama, satu-satunya yang dia terima adalah kehampaan.
"Suatu hari, kamu akan berterima kasih padaku."
"Untuk apa?" Naru menyipitkan matanya. "Apakah kamu sesenang itu dengan penisku?" katanya tanpa sungkan. Si gadis gila itu menyentuhnya dan menempelkannya di pipi sebelum akhirnya mengulumnya. "Ini servis gratis, bukan? Jangan meminta bayaran tambahan padaku nanti."
Ketika Lilith akan menyentuh dadanya, Naru segera menahannya. Dia menarik tangan gadis itu ke atas, sedangkan mulut gadis itu tetap bekerja.
"Jika kamu berhasil membuatku keluar, akan aku jadikan kamu milikku."
Sejak dulu, dia tidak pernah menyukai wajah gadis-gadis yang mencoba memuaskan nafsunya. Namun, wajah gadis tak dikenalnya itu begitu menggoda. Matanya sangat sayu, mungkin karena minuman. Bibirnya tipis, dan mulutnya terasa sangat hangat. Bagaimanapun, tidak disangka-sangka bahwa dia benar-benar terangsang untuk pertama kalinya pada gadis yang tidak berada dalam kuasanya.
"Teruskan!" hanya saja saat berada di ujung yang dia harapkan selama ini, gadis itu berhenti. Tangannya yang bebas menyapu pinggiran bibirnya setelah melepaskannya. "Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu sedang melakukan servis gratis untukku?"
"Kamu menikmatinya?" tanya Lilith. "Sampai di sini saja, karena wajahmu cukup mengerikan."
Gadis itu menarik tangannya, sementara Naru hanya membiarkan gadis itu melewatinya. Anehnya, dia sangat marah dan tidak bisa terima dengan perlakuan tersebut.
Setelah merapikan penampilannya, Naru kembali ke aula di mana pesta itu semakin sepi, dan hanya menemukan temannya masih berbicara bersama Hirumi.
"Kamu induk semang di sini, 'kan?"
Hirumi memutar tubuhnya, sedikit heran dengan nada yang berubah jauh lebih dingin dari tadi. Ia masih mengamati sebelum mengiyakan.
"Aku tidak tahu siapa dia tadi, tapi aku ingin gadis itu sekarang juga."
Hirumi menelengkan kepalanya, tidak mengerti mengapa laki-laki itu terdengar marah, sedangkan si punya acara, Yanagi, mencoba menenangkan pria itu.
"Aku akan membayar berapa pun! Seret gadis itu ke hadapanku! Sekarang!
□■□■□■□■□
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER MISTAKES ✔
أدب الهواةNaruto tidak dikenal sebagai orang kaya pada awalnya. Dia anak jalanan yang kehilangan ingatan karena trauma semasa kecil, sebelum akhirnya dia diadopsi oleh keluarga Uzumaki. Masa lalu penuh trauma itu menciptakan pribadi yang tidak percaya pada si...