BAB 12

103 16 0
                                    

□■□■□■□■□

Hinata tidak pernah berpikir bahwa pria itu memiliki kehidupan berat sebagai anak-anak. Ditipu oleh keluarganya sendiri tanpa tahu alasannya—setidaknya mereka memberitahu apa kesalahannya hingga mungkin sedikit memaklumi saat diperlakukan seperti itu.

Naruto memiliki nama anak-anak sebagai Menma, dia lahir tanpa seorang ayah, sementara ibunya adalah ibu tunggal yang kabur dari rumah. Kemungkinan yang terjadi, bahwa ayahnya sudah tiada, atau ibunya sendiri telah ditinggalkan oleh seorang pria.

Setelah kematian nenek dan kakeknya, Tsuki menceritakan semua kisah itu sedikit demi sedikit, beralasan bahwa dia sudah tidak muda lagi, dan akan menyesal suatu hari nanti bilamana dia tidak dapat menceritakan kenyataannya kepada Naruto. Dia ingin pensiun di masa tua tanpa memiliki beban begitu besar.

Tsuki berkata kepada Naruto. "Saya tidak tahu banyak mengenai Nyonya Kushina, lantaran pada saat itu sebelum saya menjadi kepala rumah tangga Uzumaki sekarang, saya hanya pelayan biasa yang masih perlu banyak belajar sebelum menggantikan kepala rumah tangga pada saat itu."

Tidak pantas menyalahkan Tsuki, sudah cukup pria itu dapat menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Karena masalah atau bukti-bukti di hari itu telah dilenyapkan oleh neneknya, tidak banyak sisanya yang dapat ditemukan kecuali tentang Hinami, yang begitu saja nama itu tak dapat ditelusuri. Namun, ketika dia akhirnya tahu bahwa mungkin saja Kushina terhubung oleh keluarga Hyuuga, dia tidak bisa berhenti menyelamkan diri pada kehidupan Hinata Hyuuga.

"Naruto," dia memutar tubuhnya saat Hinata keluar dari rumahnya lagi, hanya untuk mencegah dirinya masuk ke dalam mobil, setelah acara makan malam mereka yang berakhir membongkar misteri di antara keduanya. "Apa kamu tidak mau masuk ke dalam?"

"Kenapa?"

"Aku ingin mendengarnya," kata Hinata. Sejak dia tahu Naruto ada kaitannya dengan sang nenek, Hinata tidak ingin melepaskan pria itu, dan keinginannya semakin kuat untuk mendengar cerita di masa lalu pria itu. "Aku tidak akan membuatmu kesal."

Naruto tersenyum, dia melihat Tsuki, yang kemudian pria tua itu membungkuk, segera meninggalkan mereka.

Mereka masuk ke dalam rumah yang lebih hangat. Tempat itu bersih, menurut Naruto, tidak terlalu banyak barang, tapi beberapa sudut dipenuhi oleh pakaian dan pernak-pernik anak perempuan. Sepatu, tas, mantel, dan bermacam-macam pakaian yang sepertinya tidak muat ke dalam lemari.

"Jika kamu setuju, kamu bisa tinggal di salah satu apartemenku, ada banyak ruang kosong yang bisa kamu gunakan untuk menyimpan semua barang-barang berharga."

"Tidak, aku ingin tetap berada di sini."

"Di rumah pelacuran ini?" Hinata berhenti menuangkan minuman ke gelas yang akan disuguhkan kepada Naruto. "Aku masih merasa penasaran mengapa kamu masih perawan," segera saja gadis itu memutar tubuhnya. Dia melihat Naruto yang bersandar di bagian jendela balkon. "Kenapa kamu tidak bertanya, apakah pada malam itu kita benar-benar melakukannya?"

"Aku selalu penasaran, tapi aku tidak tahu bagaimana mengatakannya."

Naruto masih berada di tempatnya, dia kemudian tersenyum karena merasa geli melihat wajah Hinata yang kurang nyaman pada pembahasan yang tidak dikiranya akan terjadi di antara mereka malam ini.

"Itu terlalu sempit, aku tidak bisa meneruskannya."

"Apakah menurutmu aku hina?"

"Hina?" tanya Naruto, merasa heran dengan pertanyaan itu. "Mengapa seorang gadis perawan bisa disebut hina? Ini seperti tidak masuk akal, bagaimana bisa seorang pelacur mempertahankannya, mengingat kamu cukup terkenal di sini sebagai primadona dengan tarif fantastis mengalahkan pelacur kelas atas yang hanya akan mau tidur bersama pejabat negara."

OVER MISTAKES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang