Lauren duduk termenung sembari menatap pemandangan taman belakang sekolah melalui jendela kelas, pikirannya menerawang memikirkan masa lalu.
Masa lalu kelam yang ia berusaha tutup rapat-rapat dan ia lupakan kini terbuka lagi ketika melihat Rina sang pelaku yang membuat dirinya terluka muncul kembali dihadapannya.
Lauren menghembuskan nafas berat, tangan nya terulur mengambil buku diary miliknya yang selalu ia bawa kemanapun. Jemari nya meraba sekitar permukaan buku lalu membuka nya secara perlahan.
Matanya berkaca-kaca ketika melihat sebuah foto dimana dirinya sedang ber pose bahagia bersama seorang laki-laki yang merangkul mesra pundaknya. Ia pun mengambil foto itu lalu memeluk nya dengan erat seakan akan ia memeluk orang yang berada dalam foto tersebut. Dadanya merasa sesak seakan ditusuk ribuan jarum tak kasat mata.
"Gue gak terima lo pergi secepat itu hiks" Lauren menggigit bibir bawahnya, menahan agar isakan tangis nya tak terdengar oleh siapapun. Kepala nya menoleh kesamping, lebih tepat nya memandang Rina yang sedang tertawa bahagia bersama Rasya. Entah mengapa ia merasa marah melihat Rina bahagia tanpa rasa bersalah sedikitpun. Lauren bertekad untuk membalas dendam nya yang sempat tertunda.
*****
Setelah pulang sekolah, Rina memutuskan untuk pergi mencari jawaban tentang teka-teki yang diberikan oleh hantu yang selalu menganggunya. Ia pun pergi menuju taman komplek di rumah nya dengan menaiki angkutan umum.
Setelah membayar sejumlah uang sesuai dengan tarifnya, Rina berjalan kaki melewati taman tersebut lalu berbelok kiri saat di pertigaan jalan.
Disinilah dirinya berada, tempat dimana dia pertama kali bertemu dengan hantu perempuan yang selalu membuntuti nya. Kepala nya mendongak memandang rumah megah berlantai tiga yang berada dihadapan nya. "Ternyata hantu itu orang kaya semasa hidup" gumam nya pelan.
Rina melangkahkan kaki nya memasuki pekarangan rumah Dina. Ia berhenti sejenak lalu Menghela nafas pelan menyemangati diri nya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. setelah nya ia pun menekan bel yang berada tepat disamping pintu. Tiga kali ia membunyikan bel, tak kunjung ada orang yang membukakan pintu hingga saat Rina menekan bel untuk yang ke empat kalinya barulah seseorang membukakan pintu untuknya.
Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang memandang nya dengan mengernyit bingung "Siapa ya?" Rina mengatupkan bibirnya ke dalam, bingung sendiri ingin menjawab sebagai apa dirinya.
Rina mengulurkan tangan nya untuk menyalami punggung tangan wanita yang ada di hadapannya, meski merasa ragu dan bingung, namun wanita tersebut tetap menerima tangan nya di salami oleh Rina.
"Eumm nama saya Rina nek" ujar Rina sembari tersenyum.
"Saya Dewi panggil saja bu dewi jangan nenek ya kan saya masih muda" jawab nya sembari terkekeh kecil. Sedangkan Rina hanya tersenyum kikuk.
"Jadi kamu itu siapa? Ada perlu apa datang kemari?" Rina meremas jarinya gugup, ingin menjawab bahwa kedatangan nya kesini ingin membantu arwah Dina yang selalu datang untuk meminta bantuan nya. Namun di sisi lain jika ia memberitahu hal tersebut, maka sudah ia pastikan kalau Dewi tidak akan mempercayai ucapan nya.
Karena merasa tak punya pilihan lain, Rina pun terpaksa berbohong "saya sahabat nya almarhumah Dina" Rina bersyukur sekali karena sempat menanyakan nama hantu tersebut.
"Dina?" Gumam Dewi. Raut wajah nya yang semula bersinar pun kini redup digantikan dengan wajahnya yang sendu begitu mendengar nama Dina.
"Sahabat? Apa Dina punya sahabat anak kecil?" Rina memutar bola matanya malas. "Oh ayolah yang benar saja gue udah segede gini di bilang anak kecil" batin Rina
Rina menggaruk pelipisnya memikirkan kebohongan apalagi yang akan ia ucapkan agar Dewi mempercayai dirinya. "Saya sahabat nya Dina dari luar kota, memang badan saya kecil tetapi umur saya hanya terpaut 2 tahun dengan Dina" ujar nya pelan.
Dewi membuka pintu rumah nya dengan lebar mempersilahkan Rina untuk masuk "kita bicara di dalam saja" ucapnya yang di jawab anggukan kecil oleh Rina. Lalu ia pun berjalan masuk sembari bola matanya bergulir ke sekeliling memperhatikan setiap sudut Rumah Dina.
"Silahkan duduk dulu ya, saya tinggal sebentar untuk ambil minum" sebelum Rina sempat menjawab, Dewi sudah melenggang pergi ke dapur.
Saat sedang asyik memperhatikan sekeliling, fokus Rina pun teralihkan saat mata nya tak sengaja menangkap sebuah bingkai foto berukuran besar yang terpajang rapih di tengah ruangan ini. Karena merasa penasaran, Rina melangkahkan kaki nya mendekati bingkai foto tersebut.
Kepala nya mendongak memperhatikan setiap orang yang tengah berpose bahagia disanaa. Terdapat sepasang kekasih yang tengah mengenakan gaun pengantin dengan sang pengantin wanita memegang sebuah bucket bunga ditangan nya. Sedangkan Disamping nya sang pengantin pria yang tengah merangkul pinggang pengantin wanita sembari tersenyum lebar membuat ku ikut tersenyum juga.
Rina memicingkan mata nya berusaha melihat wajah kedua pengantin dengan jelas, detik berikutnya ia tertegun, jemari nya terulur mengusap foto wajah sang pengantin wanita. "Ini... Dinaa, jadi ini foto pernikahan Dina" gumam nya pelan. Entah mengapa Rina lebih suka melihat pancaran mata Dina semasa hidup, pancaran mata yang bersinar bahagia seakan akan ia hidup bahagia ingin membangun kehidupan rumah tangga nya. Sangat berbeda sekali dengan arwah Dina yang memancarkan amarah, kecewa dan sedih menjadi satu.
Karena hal itulah yang membuat Rina bertanya tanya hal apa yang menyebabkan Dina begitu kecewa hingga arwah nya sangat menginginkan sekali bantuan dari Rina.
Tak berselang lama, suara panggilan dari Dewi membuyarkan lamunan Rina. Dewi menghampiri Rina yang masih berdiri mematung di dekat bingkai foto tersebut.
"Dina anak saya meninggal karena kecelakaan dihari ulang tahun pernikahan nya" ucap Dewi memulai cerita dengan pandangan lurus menatap foto wajah putri nya.
"Boleh saya tau penyebab kecelakaan nya?" Dewi menoleh kesamping, lalu menunduk untuk menyeka air mata nya yang menetes membasahi pipinya, setelah nya ia menghela nafas sejenak.
"Mobil dia jatuh ke dalam jurang karena menyetir mobil saat sedang mabuk berat"
"Mabuk?" Rina mengernyit lalu menoleh ke belakang, tepat disudut ruangan ini, arwah Dina sedang memperhatikan mama nya dengan tatapan sendu seraya menggeleng pelan.
"Apa ibu merasa anak ibu sering mabuk-mabukan?" Tanya Rina.
"Apa maksudmu?"
"Apa ibu tidak merasakan bahwa kematian anak ibu terasa janggal?" Dewi terdiam membisu karena jauh di lubuk hati nya membenarkan ucapan Rina, ia sendiri pun merasa bahwa anak nya tidak mungkin melakukan hal itu. Sejauh yang Dewi tahu, Dina adalah anak yang baik, penyayang, menyukai hobi nya sebagai seorang penulis. Saat mendengar kabar bahwa anaknya meninggal karena kecelakaan diakibatkan mabuk berat, membuat Dewi merasa sangat terkejut.
Rina menceritakan semua nya kepada Dewi, bahwa arwah anaknya masih bergentayangan di sini karena ada satu masalah yang belum terselesaikan sedangkan Rina sendiri belum bisa menemukan jawabannya.
Dewi tidak percaya terhadap cerita Rina. Ia berpikir, Rina hanyalah menceritakan hal-hal omong kosong padanya. Sampai saat ini Dewi percaya kalau anaknya sudah pergi dengan tenang. Tetapi, karena dirinya merasa dipermainkan oleh Rina yang terus menerus menceritakan kebohongan membuat Dewi mengusir Rina dari rumahnya.
Sedangkan Rina sendiri tak menyerah, ia terus berusaha membujuk Dewi agar mempercayai nya dan memberikan nya kesempatan untuk mencari tahu.
Dewi memalingkan wajahnya enggan menatap Rina yang masih berusaha membujuk nya. Karena merasa tak tega terhadap seorang gadis kecil, Dewi pun mengiyakan permintaan Rina membuat Rina bernafas lega. "Apa yang mau kamu lakukan?" Rina terlihat berpikir detik berikutnya hal yang ia lakukan adalah mencari buku diary sesuai teka-teki yang diberikan oleh arwah Dina lalu mereka pun pergi menaiki anak tangga menuju kamar Dina.
🍁🍁🍁🍁🍁
Hayyieeee guys
Jangan lupa votment nya ya ☺️
See you next part ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense (On Going)
HorrorSabrina Elvina putri....gadis cantik dan periang berusia 16 tahun pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma beberapa tahun. Akibat kecelakaan itu, Sabrina dapat melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata. Hidupnya berubah men...