Chapter 12 | Secret Mission

88 15 9
                                    

Sunwoo menyelesaikan pembacaan setengah naskah dramanya dengan baik karena ia meminta Heejin untuk tetap di sana berada dalam pandangannya di luar ruangan berkaca itu.

Gadis itu tentu saja tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan karena naskahnya bersifat rahasia tentu saja.

Jadi Seungkwan menemani gadis itu di luar ruangan dan membuat gadis itu tetap berada dalam jangkauan pandang Sunwoo.

Kini pemuda itu sedang membereskan naskahnya bersiap untuk pulang.

Sunwoo mengambil langkah untuk pergi ketika tangannya dicekal oleh Ryujin. "Oppa. Kau mau kemana? Kita masih ada makan malam bersama."

Ryujin menatap sebentar pada arah pandang Sunwoo. "Kau tidak bisa melewatkannya karena kau tokoh utamanya. Masa kami makan malam tanpa tokoh utama?"

Gadis itu berusaha keras membuat Sunwoo tetap berada dalam pandangannya.

"Ya. Benar. Masa kau tidak ada." Ujar Hyunjun yang juga ikut berperan dalam drama sebagai sahabat dekat Namoo.

Sunwoo masih memandang Heejin yang sedang duduk menatap langit di luar ruangan. Sutradara Jang yang melihat itu kemudian berseru.

"Temanmu. Bisa ikut makan malam kok, jika itu yang kau mau."

Ryujin menoleh cepat pada sang sutradara. Ia sedikit cemberut karena bukan itu yang ia rencanakan.

Sunwoo melepaskan pegangan tangan Ryujin dan menatap sutradaranya. "Terimakasih sudah mengizinkannya."ujarnya dengan sopan.

Sutradara Jang mengangguk. "Kalau begitu mari kita pergi ke restoran. Sunwoo, jangan lupa ajak temanmu itu." Pria itu bangkit dari bangku dan mempersilahkan para artisnya untuk keluar ruangan dan menuju restoran dekat sana.

Sunwoo langsung pergi menghampiri Heejin yang kini sedang memainkan handphonenya. Ryujin yang melihat itu menghembuskan napasnya. Hyunjun menatap gadis itu dengan mata menyipit. "Kau masih belum merelakan mantan pacarmu?"tanyanya pada Ryujin.

Gadis itu menoleh cepat dan mengerjap menatap pemuda di sampingnya. "Ha? Apa maksudmu?"tanyanya berusaha mengelak.

Hyunjun menggedikkan kepalanya ke arah Sunwoo dan Heejin berada. "Kau— terlihat cemburu."

Ryunjin melebarkan matanya kaget lalu tertawa canggung. "Ah bukan seperti itu. Sudah lupakan saja. Ayo kita pergi juga."Ujar gadis itu mengalihkan topik lalu segera melarikan diri dari sana.

Hyunjun ikut melangkah masih sambil menatap gadis tadi dengan curiga.

"Yuk." Ajak Sunwoo yang baru saja sampai di samping Heejin.

Heejin yang tadi sedang menghubungi pacarnya mendongak dengan bingung. "Ayo kemana?"tanyanya heran.

"Makan malam." Jawab Sunwoo sambil tersenyum. "Makan bersama kru drama dan artis. Yuk." Pemuda itu meraih tangan Heejin hendak menariknya pergi ketika Seungkwan dengan tiba-tiba memisahkan tangan mereka.

Astaga, anak ini tidak sadar sekitar banget sih. Batin pria itu lalu tertawa dengan canggung. Sunwoo menoleh pada manajernya dengan kesal.

"Ah. Sutradara Jang pasti menyuruh Sunwoo untuk mengajakmu juga berhubung kau ada di sini. Yaudah ayo ikut saja. Kau juga belum makan kan?"tanya pria itu pada Heejin.

Heejin mengerjap lalu menatap Sunwoo sebentar. Gadis itu sebenarnya enggan berada di sana lebih lama lagi apalagi berada dekat dengan pemuda yang mulai merecoki hatinya tapi dia juga tak enak kalau menolak ajakan sang sutradara. "Ah. Baiklah."ujarnya setuju.

Seungkwan merentangkan tangannya mempersilahkan gadis itu berjalan duluan. Heejin pun berjalan lebih dulu. Melihat itu Sunwoo menatap manajernya dengan sebal. Pria tadi beralih pada Sunwoo lalu memincingkan matanya. Bisa tau tempat gak? Tanyanya tanpa suara.

Sunwoo mengalihkan pandangannya sambil menghembuskan napas kesal. Pemuda itu lalu melangkah mengikuti Heejin. Seungkwan menatap punggung kedua anak muda itu lalu menggelengkan kepalanya, bernapas pasrah. Kelakuan anak itu kenapa mirip sekali dengan ayahnya sih. Batinnya.

Pria itu pun segera menyusul keduanya dan langsung berusaha mendorong Sunwoo menjauh dari Heejin karena pemuda itu berjalan terlalu mepet dengan gadis itu.

.
.
.

Jeno menatap gadis yang duduk dihadapannya lalu tersenyum manis. Gadis itu kembali menyuap cheese cake yang ia ambil dari etalase kafe. Tangan pemuda itu bergerak menyeka cream yang ada di ujung bibir gadis itu. "Makannya pelan-pelan. Gak akan ada yang ngambil kue kamu kok."ujarnya lalu terkekeh.

Gadis tadi tersenyum manis membuat Jeno gemas lalu mengelus kepala gadis itu. "Sampai kapan aku harus pacaran dengan gadis itu?"tanyanya.

Gadis tadi kembali mendongak menatap Jeno. "Hhmm.... sampai kau mendengar sesuatu dari ayahnya. Seperti kesalahan dari temannya yang bisa membuat ia tidak diterima sebagai pewaris TBZ grup."ujar gadis itu lalu tersenyum.

Jeno menghembuskan napas lelah. "Ayahnya tak pernah membicarakan soal pekerjaan."

Gadis itu menaruh garpunya lalu menyilangkan tangannya di depan dada lali bersandar di kursi kafe. "Kau seharusnya berusaha memancing pembicaraan."

Pemuda itu cemberut. "Aku sudah melakukannya tapi ayahnya dengan cepat mengalihkan topik."ujarnya sedih.

Gadis tadi menghembuskan napas lalu tersenyum. Ia kemudian meraih tangan kekasihnya lalu digenggamnya. "Kau harus berusaha lebih keras. Ayahku mempercayakan hal ini padaku. Harusnya aku mendekati anak pewaris itu. Tapi kan aku sudah memilikimu, ini satu-satunya cara agar aku tidak dijodohkan."ujarnya.

Jeno membalas genggaman gadis itu dan menatap gadis itu sambil menghela napas. "Aku akan berusaha lebih keras. Karena aku tidak mau kehilanganmu." Katanya berusaha menghibur dirinya sendiri.

Gadis itu tersenyum senang. "Ya. Aku juga tidak ingin kehilanganmu. Lagi pula aku tidak menyukai anak itu. Dia terlalu bersikap baik pada perempuan, membuat para perempuan itu berkerumbun di sekitarnya. Melelahkan."ujarnya.

Pemuda itu terkekeh mendengar kalimat kekasihnya. "Dia pernah beberapa kali ke sini."ujarnya mengingat kalau Sunwoo kerap mengunjungi kafenya baik itu sendiri ataupun bersama dengan Eric dan Haknyeon.

Gadis itu mengerutkan dahinya bingung kemudian tersadar. "Ah. Dia mengunjungi teman-temannya ya? Dia pergi ke sini bersama dua laki-laki kan?"tanya gadis itu sambil menyampaikan rambutnya ke bahu.

Jeno mengangguk mengiyakan. "Eum. Iya dia bersama dua temannya."

Gadis berpikir sebentar. "Kalau begitu aku tidak boleh sering-sering ke sini. Kita bertemu di luar saja." Katanya.

Pemuda pemilik kafe itu langsung cemberut tapi kemudian mengangguk mengerti maksud kekasihnya. "Tapi memangnya pewaris itu ingin mewarisi perusahaan itu? Maksudku pria itu kan sekarang sudah menjadi aktor sukses dan kelihatannya tidak tertarik sama sekali dengan bisnis bahkan perusahaan entertaiment pun dulu istrinya yang mengurus kan?"tanyanya pemuda itu penasaran.

Gadis itu menghembuskan napas. "Ya. Sebenarnya pria itu tidak ingin tapi si kakek tua itu ingin mewariskan perusahaan rintisannya pada anak satu-satunya itu. Dia pun anak tunggal jadi tak punya garis waris lain. Ayahku adalah adik tiri dari istri si kakek. Dan nenek-ku dulu sangat cerewet masalah uang sehingga nurun ke ayahku. Aku dan anak pewaris itu tidak ada keturunan darah sama sekali. Sialnya aku adalah anak perempuan pertama, semua kakak-ku laki-laki jadilah aku yang berusaha dijodohkan."ujarnya panjang lebar. Ia lalu mendengus dengan sebal.

Jeno menatap kekasihnya sambil sedikit mayun. "Hidup kamu berat banget sih."ujarnya bersimpati. "—Tenang aja. Aku akan berusaha mencari kekurangan dari aktor itu supaya kamu bisa hidup lebih tenang tanpa tekanan." Lanjutnya.

Gadis itu tersenyum. "Cuma kamu yang bisa ngertiin aku."ujarnya menatap Jeno. Ya, kalau kau gagal, aku hanya perlu meninggalkanmu dan menerima perjodohan itu. Lumayan kan dengan begitu aku tidak perlu mengkhawatirkan tentang uang seumur hidupku. Gadis itu tersenyum licik dalam hati.

————————————————————————————————————————————————————————————
Konflik percintaannya udah mulai rumit nih hihi 😁

Dan terimakasih selalu sudah membaca cerita aku. Udah vote, komen, dan bahkan mungkin share cerita-ku ini. Kamsahamnida 🙏🥰

Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Adiós 🙋‍♀️

RESTART 2 [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang