6. Carlyn & kekhawatiran nya.
_________________________________________
Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Samudera Hindia—orang-orang memanggil nya Einstein, dia adalah siswa kebanggan guru-guru. Tidak, lebih tepatnya kebanggaan sekolah SMAN 1 ANDROMEDA. Lalu kenapa namanya harus seperti itu? Tidak ada alasannya, karena kedua orang tuanya sendiri tidak tahu kenapa menamainya seperti itu.
Dari kelas 10 sampai kelas 12 laki-laki itu tidak pernah membuat sekolah malu. Entah apa yang orang tuanya ajarkan hingga membuat Sam sepintar ah ralat se jenius itu.
Sam pernah sampai masuk olimpiade astronomi tingkat internasional dan itu mendapatkan perak. Meski begitu Sam tidak pernah sombong, ia selalu tidak merasa puas.
Kini Sam tengah nongkrong bersama ketiga temannya di cafe baru yang berada di dekat rumahnya, mumpung sedang promo.
"Lah-lah, lo menang lagi?!" Heran Fabian, ia mematikan ponselnya kesal lalu beralih meminum kopi luwak kesukaannya.
"Raja Ludo gitu loh," sahut Agha membanggakan diri.
"Cih."
"Sam?" Panggil Danang, laki-laki itu melirik Danang sekilas lalu kembali menatap layar ponselnya "Hm?"
"Ngapain si? Dari tadi lo liatin ponsel mulu dah," ujar Danang.
"Enggak ngapa-ngapain," jawab Sam seadanya.
Setelahnya ponsel Danang berbunyi, ia pergi keluar untuk mengangkat panggilan masuk.
"Kayaknya bentar lagi gue bakal ngasih kalian pj deh," ucap Agha, ia memakan keripik kentang original.
Kerutan dahi Fabian dan Sam muncul secara bersamaan. Sam yang tadi menatap ponsel kini mengalihkan pandangannya pada Agha.
"Maksud X?" Tanya Fabian bingung.
"Carlyn udah buka hati?"
Agha menyeringai lalu mengangkat kedua bahunya "Gak tau sih... Tapi respon dia waktu sore positif banget hahah, gue jadi geer." Fabian berdecak sedangkan Sam yang mendengar itu lantas memutar bola matanya malas. Mereka semua sudah kenyang dengan kata-kata itu. Bukan hanya sekali Agha pernah berkata seperti ini, tapi beberapa kali.
Dia terlalu positif thinking, ah tidak. Dia terlalu pede.
"Udahlah diemin aja," tukas Sam yang sudah malas.
"Emang ya ngatasin orang bucin tuh susah!"
Agha hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
****
Hyun-ki membuka tirai jendelanya, ia meminum susu coklat hangat seraya menatap pemandangan dimalam hari.
Sangat sepi. Namun damai.
Ia melirik jam dinding lalu beberapa menit kemudian suara adzan berkumandang.
Rumah yang Hyun-ki tempati berlokasi tak jauh dari masjid besar, jadi otomatis ia akan selalu mendengar suara adzan.
Laki-laki itu menutup kembali tirai jendela, ia kemudian duduk di kursi belajar dan meletakkan cangkir yang berisi susu coklat. Ia beralih mengambil benda persegi yang tergeletak di atas meja belajar.
Hyun-ki membuka kamera, ia menulis huruf L dibuku tulis dengan alfabet Korea, lalu memotretnya menggunakan kamera hp iPhone 11 Pro miliknya.
Tanpa pikir panjang ia langsung meng-uploadnya di story Instagram.
YOU ARE READING
Vernal Equinox
FanfictionHyun-ki, mantan aktor Korea yang tidak mempercayai keberadaan tuhan. Dan Lilian, anak dari pemilik pondok pesantren besar di daerah Banten. Dua orang yang sudah jelas berbeda, kepercayaan, negara dan kasta. Lilian adalah penggemar berat Hyun-ki. Ia...