3. Ada apa?

95 17 11
                                    

Meninggalkan hamparan rumput hijau yang disinari rembulan, ia berjalan sambil memasukan tangan ke dalam saku. Cukup dekat, tidak terlalu jauh.

Hanya melamun, menghadap ke depan, bergumam kecil.

Sampai di rumah, memencet bel dan keluar seorang wanita dengan baju hitam putih menyambut nya dengan senyum yang lebar.

"Eh, den. Sudah pulang?". Tanya nya, Alan mengangguk.

"Ayah.. Mana?".

"Ouh, tuan ada di dalam. Di ruangan nya".

Tanpa menjawab pertanyaan bibi pembantu itu Alan langsung masuk dan meninggalkannya.

.

.

Sampai di ruangan sang ayah, tampak ia sedang fokus pada komputer terlihat berkas-berkas di samping nya yang mulai sedikit. Sudah mau selesai, kah?

Mengetuk pintu walau sudah terbuka, itu kebiasaan yang diterapkan di rumah ini. Ketukan yang keras itu membuat sang pemilik ruangan menoleh. Terkejut, namun juga gembira.

"Sudah pulang? Tadi melihat bulan dulu, ya?" ucap sang ayah mengawali topik.

Alan mengangguk, "Bulan nya, bulan sabit"

"Aku suka bulan yang utuh," lanjutnya.

"Oh ya, sesuai. Seperti nama mu," Ayahnya tertawa kecil.

Diam beberapa saat, Alan memandang sang ayah yang masih tidak memalingkan wajahnya dari komputer.

"Ah, ya. Kamu sudah makan? Bagaimana kalau kita keluar malam ini?"

"Lalu.. Berkas-berkas ini?"

"Tidak apa, itu tinggal sedikit. Lagipula kita sudah jarang keluar bersama, kan?"

Alan mengangguk kecil, menatap sang ayah.

Mereka pergi ke suatu restoran, dengan membawa mobil yang terkenal sebagai mobil berpacu di jalanan kota Jogja yang ramai.

Sampai, mereka memesan makanan dan menunggu. Hening, hanya ada suara hiruk-pikuk orang-orang di restoran. Hingga salah satu nya bicara.

"Ayah.. Aku bertemu gadis"

——° • °——

Berangkat ke sekolah dengan lesu dan tanpa semangat. Hingga membuat kedua temannya bingung.

"Kamu kenapa, ra? Sakit? Ke UKS aja yuk," khawatir Vio.

"Ah, nggak. Gausah, aku gak popo"

"Lah trus? Muka kamu kenapa gitu? Suram banget kayah kelas sebelah"

"Halah! Ribut ae! Aku lagi halangan," kesal Zara.

"Oh, ngomong dong dari tadi," santai Ana, yang mana malah tambah mengundang emosi.

Zara menahan emosi, umpatan, dan sumpah serapah nya pada Ana.

Seseorang tidak sengaja menguping. Lalu, seseorang itu mengambil arah lain untuk ke kelasnya.

Zara sungguh bosan mendengar ocehan Ana, sungguh berisik seperti merpati. Terus berbicara acak dan sesekali sedikit berteriak membuat Zara malu, dan Vio yang masih setia mendengarkan Ana dan sesekali menanggapi nya.

Hingga sampai di loker mereka, Zara melihat seseorang yang menurutnya tidak asing. Ia langsung berlari kecil dan menyapanya.

"Alan!" sembari Zara berikan lambaian tangannya.

Bulan dan Rotasi [TAMAT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang