20. Kenyataan

31 4 0
                                    

CW//JIJIK!




"Waktu kalian masih ada dua minggu sebelum ujian akhir," celetuk Bu Etik dari mejanya selagi menggerakkan pena di atas kertas-kertas kerja hasil murid.

"Jadi, belajar yang rajin, ya," kini kepalanya mendongak, menatap seluruh sudut murid-murid di kelas IPA 2 yang tampak sibuk mencatat materi pembelajaran di papan tulis. Sesekali beberapa siswa hanya mengangguk disaat Bu Etik berbicara, namun, mata mereka tak teralihkan sama sekali.

Mereka sedang mencatat materi terkait teks cerita sejarah, pada mapel bahasa Indonesia bab 2.

Sudah hampir bel untuk pulang, sebagian siswa mulai memperhatikan detik jam yang berputar dengan seksama, penantian lama setelah stress penumpukan beban pikiran.

Sebagian lagi bahkan sudah berkemas, sudah dapat terhitung jari sisa siswa yang memperhatikan pembelajaran.

Hingga bel mendering nyaring, mengisi sudut-sudut sekolah, biarkan orang-orang dengar jam apa sekarang? Semua murid menyiapkan diri, membereskan sisa yang ada di meja, bersiap untuk berdoa, dan bersalaman dengan guru, sebelum ngacir pergi.

Tak terkecuali Alan yang sudah mulai merasa hal yang menganjal di kerongkongannya, tidak nyaman, hal tersebut memaksa keluar, hingga saat semua siswa keluar ia lebih bergegas. 

Ia menuju ke kamar mandi, tempat yang pertama ada di pikirannya.

Sekali masuk ke kamar mandi, Alan terbatuk hebat, spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya, hingga saat tangannya turun segumpalan darah sudah hadir menghinggapi telapak tangannya, bahkan masih ada darah yang mengalir di sela bibir.

Alan tercekat, dia bukan menganggap kata dokter kemarin bualan semata! Dadanya mulai sesak, nyeri, rasanya seperti tertusuk seribu anak panah.

Dahak yang keluar lumayan banyak, bahkan tenggorokannya sedikit perih setelah batuk dahak yang lumayan kuat tadi, kepalanya pening, ia bahkan mulai mimisan. Salahkan dia yang malas untuk meminum obat yang disuruhnya untuk diminum, itu masih ada di laci!

Sesekali Alan meludah tatkala masih merasakan rasa besi; darah di mulutnya.

Badannya meluruh, hampir jatuh. Segera ia meraih ponselnya dan menelpon seseorang dinomor yang dituju.

"A-yah.. Sa-kit, yah," ucapannya sedikit tercekat beberapa kali.

Setelah ia menutup telepon sepihak, ia biarkan kalimat Chakra terpotong di sana. Alan menatap layar ponselnya, pukul limabelas lewat lima menit.

Alan kembali terbatuk, bebercak darahnya mengenai layar ponsel, pun sedikit pada baju seragam putihnya. Alan menyesal, seperti diawal, bukannya ia tidak percaya. Namun, tadi pagi ia lupa, karena harus cepat-cepat datang ke sekolah untuk upacara.

Setelah beberapa saat, tidak ada gunanya terus terdiam di kamar mandi, ia akhirnya memilih keluar, berjalan tertatih sembari memopoh tasnya di sebelah bahu. Sedikit meremat kain bagian dada, pasokan udara semakin menipis baginya, suatu kesalahan karena ia malah mencoba meraup oksigen lebih banyak.

Karena pada dasarnya sesak napas terjadi karena paru-paru yang kaku dan saluran udara pada paru-paru yang menyempit, sehingga, jika penderita memilih untuk meraup oksigen lebih banyak, oksigen itu hanya akan bisa masuk tanpa tau bagaimana untuk keluar dari saluran sempit tersebut, yang menyebabkan penderita merasakan sesak yang lebih dan pasokan udara yang menipis.

Maka, lebih disarankan pada penderita gejala asma maupun sesak napas, untuk menghirup oksigen secara perlahan dan dalam jumlah yang normal.

Mari kita kembali pada Alan, cowok tersebut merasakan pening yang bertambah, darah segar tidak hanya keluar dari mulut ketika dahak, kini juga ikut mengalir dari hidung mancungnya.

Bulan dan Rotasi [TAMAT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang