13. Kepergian Mas

38 13 0
                                    

Siang ini, Zara pulang lebih cepat. Ini karena Gio yang melapor pada guru bahwa ia sangat pucat dan baru saja pingsan, jadi wali kelasnya menelpon orang tua Zara. Tak lama, hanya 10 menit, mobil penjemputan nya sudah datang, awalnya Zara menolak saat Gio ingin melapor bahwa ia sakit, ia masih kuat sebenarnya, tapi Gio tetap keukeuh.

Apa yang merasuki Gevan hari ini, ia mengajaknya berjalan-jalan dan membelikan apa yang ia inginkan.

"Apa lagi?"

"Udah, itu aja. Mas kenapa? Kok tiba-tiba banget ngajak aku jalan?"

Gevan hanya mesem "Yah, gapapa. Emang gaboleh?"

"Ngga gitu, cuman.. Kaya ngga biasanya aja"

Sesampainya di rumah ia langsung membersihkan diri, jujur ia merasa ia berbau amis ikan. Entah mengapa Gevan seperti nya tidak menyadari, apakah karena pengharum stella yang ada di mobil atau dia memang pura-pura tidak mencium? Huh, sudahlah. Lebih baik aku cepat-cepat mandi.

Saat sudah selesai mandi, Zara langsung melaksanakan Sholat Ashar, setelah selesai ia mulai bersholawat, dan memanjatkan do'a. Hari ini buruk, setidaknya besok tidak lebih buruk.

"DEK!! UDAH SELESAI BELOM MANDINYA?!! CEPET!!" suara melengking Hana menyeruak menggema.

"Emang kenapa, mbak?"

"Kitakan mau nganterin Mas Gevan berangkat"

Mendengar itu Zara hanya diam, diam seribu bahasa.

~~°•°~~

Benar adanya, disini Zara sedang duduk dikursi tunggu menemani Gevan yang menunggu pesawat penerbangan nya siap untuk take off.

Zara terus melamun, sedangkan keluarganya mulai mengobrol dengan Gevan, tentang pesawat yang akan Gevan tumpangi, berapa lama lagi pesawat itu siap. Sementara Zara di sini, otaknya tiba-tiba memutar kilas balik. Kilas balik, saat-saat Zara sering bercerita atau curhat pada Gevan, dan Gevan yang selalu memberikan nasehat atau mungkin arahan apa yang harus Zara lakukan selanjutnya.

Kepulangan Gevan tahun ini hal yang sangat berkesan Zara, kepulangannya kini terasa lebih ada- maksudnya kepulangan Gevan terasa lebih dekat dengannya daripada kepulangan sebelumnya.

Dan kepergian Gevan ini juga yang membuatnya kembali terpukul, sudah cukup ia sudah terlalu banyak menangis saat pertama ia tau bahwa kakaknya akan pergi bekerja diluar daerah dan sangat jauh. Air matanya kering, ia hanya terus melamun, bagaimana jika ia rindu? Siapa yang akan memberinya arahan? Nasehatnya? Ucapannya yang lembut? Zara masih terus melamun hingga tepukan di bahunya membuat lamunannya buyar.

"Dek, mas udah mau berangkat. Salim dulu sana," ucap ayah. Zara hanya mengangguk sambil tersenyum dengan terpaksa, berusaha mati-matian untuk tak menampakan tetes air matanya di hadapan Gevan, ia harus membuktikan pada Gevan bahwa ia bisa, ia kuat.

"Mas pergi dulu, ya," ucapnya tak luput dengan senyum manisnya.

"Mas, pergi juga kan karena mas udah gede. Mas harus cari uang buat mas sendiri sama keluarga mas nantinya, lebaran nanti mas pulang, ya?"

Anggukan ku sebagai balasan.

Setelah bersalaman dengan Gevan, dan melihat Gevan yang mulai melangkah jauh, mereka langsung pulang. Zara lelah dengan hari ini, Zara melihat keluar jendela, hujan sedang menyelimuti Jogja, menghunjamnya dengan tetesan air tanpa henti disertai gemuruh petir yang hebat dari langit.

Zara yang memang sedang kelelahan memilih menutup mata dan mulai tertidur di mobil, hingga sampai di rumah. Ia membuka ponselnya yang sedari tadi siang belum ia buka sama sekali.

Langsung terpampang chat dari seseorang yang sebenarnya sedang ia butuhkan, dan rindukan.

Alannn!
Gimana kabarnya?
Ada tugas apa kita?
10.45

Alannn!
Offline

Today

|Gimana kabarnya?
|Ada tugas apa kita?
10.45

PR Fisika halaman 27|
Maaf, baru bales|
18.25

Zara membaringkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar dan mulai menghela nafas, lalu ia mulai menutup mata.

--°•°--

Zara membuka matanya dengan malas saat mendengar suara alarm di hpnya, ia mulai turun dari lantai dua dan melakukan rutinitas pagi sebelum kembali tertekan karena sekolah.

Di sekolah biasa saja, kecuali firasat Zara yang mengatakan sesuatu akan terjadi. Yah, sama seperti kemarin Alan masih belum berangkat, hal itu yang membuat Julliete semakin leluasa membully nya seperti kemarin.

Baru saja Zara mengambil beberapa langkah setelah melewati gerbang, lututnya harus mengeluarkan cairan merah. Julliete sengaja membuatnya jatuh, lututnya berdarah, darah itu mengenai rok abu-abu Zara, darah yang tak terlalu banyak namun kentara.

Jatuhnya Zara adalah hiburan sederhana bagi Julliete, lalu Julliete berkata pada Zara yang kesulitan berdiri karena lututnya yang sakit dan sedikit ngilu.

"Makanya, kalo jalan pake mata. Tolol"

Zara hanya mengerang menahan sakit, sampai pada akhirnya kepalanya terasa sakit. Julliete menjambak rambut Zara hingga Zara terpaksa berdiri.

"Mau kamu apa sih, Julliete?!"

"Aku mau kamu ngga ada, atau kamu ngga usah deketin Alan," selepasnya berkata seperti itu ia langsung menghempaskan tubuh Zara dan meninggalkan nya.

Setelahnya Zara berlari ke toilet, membersihkan lukanya dan mulai menatap ke arah cermin, melihat bayangan dirinya yang nampak sedang hancur, cukup kepergian Gevan kemarin jangan ini.

Bel berbunyi dengan nyaring, tanda jam pertama akan dimulai. Zara menghapus air matanya dengan membasuh muka, bodoamat bedaknya akan luntur atau tidak.

Tepat ditengah perjalanan menuju kelas Zara berpapasan kembali dengan Julliete, terlihat Julliete menyeringai sambil menatapnya hina, di dalam hatinya ia pikir ia menang.

.

.

Sepulangnya kini, Zara hanya dijemput oleh pak supir. Biasanya jika dengan Gevan ia pasti akan bercerita dengan segala hal yang terjadi di sekolah, semuanya bahkan sampai sedetail-detailnya. Tapi kini tidak, Zara hanya mengobrol sepi dengan bayangan samar di kaca jendela mobil, sambil menatap langit jingga yang sedikit dipenuhi oleh burung-burung yang berterbangan.

Hana juga, akan mulai pre-klinik. Ya, dia kuliah jurusan fisioterapi, terkadang ketika ia di rumah Zara yang bosan mendengar Hana yang selalu menghafalkan nama-nama tulang, otot, sendi, penyakit, dengan suara yang lumayan nyaring. Sampai-sampai Zara juga hafal sebagian, dan saat Hana lupa Zara pasti akan memberitahu Hana, ya bagaimana lagi? Terlanjur hafal.

Kembali lagi pada Zara yang mulai sadar dari renungan nya menatap keluar jendela. Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada notifikasi yang masuk, lantas ia membuka kunci layar, dan mulai memencet aplikasi berbalas-pesan berwarna hijau tersebut.

Alannn!
Online

Today

|Aku udah mendingan, aku besok berangkat
|Ayo kita belajar bareng lagi
|Aku rindu
15.50
ㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ






Yah, sampe sini aja. Kuota gweh sekarat, tunggu aja ampe kemiskinan gweh ilang, dan bisa beli kuota buat selamanya!
Dan maaf klo gaje, karna authornya aja gaje:^
Pokoknya tengs yang udah baca, tunggu chapter selanjutnya, ya!

Bulan dan Rotasi [TAMAT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang