Hai!
Siap baca?
Janji gak ngakak😔✊
Let's Go!
...
.
.
."Mau nyoba," pinta Adel.
Tangan kanannya yang memegang sendok itu mengambil sedikit kuah seblak milik Alfaries, belum sempat mencicipi nya tangannya dipukul pelan oleh Alfaries.
"Ah! Kok dipukul?" kesal Adel.
"Punya sendiri juga," balas Alfaries.
"Mau nyicip doang, pelit amat," ocehnya kembali menarik tangannya.
"Nyah," Alfaries mendorong pelan mangkuk berisi seblak nya di depan Adel.
"Ndang cicip en,"
"Pedes?" tanya Adel.
"Pait," jawab Alfaries.
"Gak jadi deh, punya Adel aja. Punya mu pait, dah sana!" balas Adel mendorong pelan mangkuk Alfaries.
"Dih?"
Beberapa menit kemudian, "Buat kamu aja, Adel eneg," ujar Adel sembari memberikan seblak nya pada Alfaries.
"Habisin," titah Alfaries.
Adel menggeleng, "Gak mau," Alfaries menghela nafas.
"Minum,"
"Obatnya," lanjut Alfaries memberikan obat dari Dokter Dinda.
"Kenapa minum obat? Kan Adel udah sembuh," ujar Adel.
"Lupa pesen Dokter Dinda?" Adel menggeleng.
"Sekarang minum, jangan banyak protes."
"Yaudah," Adel dengan terpaksa meminum obat tersebut.
"Abisin," titahnya.
"Alhamdulillah,"
"Sekarang istirahat,"
"Nanti dulu ih, baru aja makan. Gak boleh langsung tidur," tahan Adel.
"Iya tau, sini senderan," Alfaries menepuk pundaknya sendiri.
Adel mendekat ke Alfaries, memeluk tubuhnya dari samping. Ditaruh nya kepalanya di bahu Alfaries.
"Mau nonton TV," ujar Adel.
"Nonton apa?" tanya Alfaries sembari menyalakan televisi.
"Em, upin ipin!" Alfaries terkekeh pelan, ia mengganti chanel televisi nya yang menayangkan kartun si kembar botak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aisyah [ END ]
Teen Fiction"Hah, kapan Adel nikah Bunda? Kan Adel baru pulang dari supermarket," "Sepuluh menit yang lalu sayang," "Hah?! Siapa suami Adel?" "Tuh, lagi natap kamu. Gih salim," "WHAT?!" Jika orang lain pulang dari supermarket mendapatkan belanjaan, maka Adel ti...