8

2.5K 541 45
                                    

Deva dan Fabian menatap Robert yang sudah teler di atas meja bar salah satu club' malam yang ada di tengah kota Malang. Mereka hanya bisa duduk di sisi kiri dan kanan Robert sambil mendengarkan Robert berkicau tidak jelas tentang perasaannya.

"Gue kurang apa sampai Senja gantungin gue."

Brukk...

Deva dan Fabian langsung mengangkat kedua alis mereka ketika melihat Robert menjatuhkan kepalanya di atas meja bar. Beberapa saat Deva dan Fabian saling berpandangan, tanpa mengeluarkan kata-kata, seolah mereka sepakat untuk membawa Robert kembali ke resort yang mereka tempati saat ini.

Saat Fabian memegang kedua lengan Robert untuk mengajaknya bangkit berdiri, ternyata Robert masih bisa menjawab.

"Gue nggak mau pulang, gue malu sama Senja. Gue mau disini aja."

Deva mendengus mendengar kata-kata Robert, sedangkan Fabian melepaskan genggamannya di kedua sisi lengan Robert.

"Bet, dengar ya, perempuan itu nggak cuma Senja doang. Lo itu ganteng, dokter, walau Lo pelit tapi saldo di rekening bank Lo sudah di atas setengah milyar pas gue dulu sidak kamar Lo. Jadi gue yakin kalo sekarang mungkin duit Lo sudah hampir atau malah sudah lebih dari satu milyar, Lo mau perempuan yang kaya gimana aja bisa."

Fabian menatap sang istri yang terlihat berapi api menghadapi sang sahabat yang baru saja di tolak oleh sang pujaan hati setelah mencoba mempertahankan perasaannya selama hampir 15 tahun pada satu orang.

"Dev," Fabian coba memperingatkan sang istri dengan memanggil namanya pelan.

"Shut up, Bi! Gue nih lagi emosi sama Senja. Robert kurang apa coba? Dia pikir cuma dia cewek cantik di dunia? Hallo, 3 sahabat Robert termasuk gue ini cantik-cantik, berkualitas, jadi kalo dia gantungin Robert kaya gitu, kita bakalan dukung Robert buat cari pasangan dari circle kita aja."

Fabian memutar kedua buah bola matanya.
Circle? Circle Deva hanya Robert, Salma dan Nada saja bersama pasangan mereka. Selain itu hanya sekedar teman jadi Fabian memilih diam.

"Dev, gue jelek banget ya sampai Senja nolak gue?"

"Kejelekan Lo cuma dua."

"Apa?"

"Pelit sama nggak modal."

"Cuma sama kalian bertiga aja gue pelit. Soalnya sama aja nguyahi Segara."

"Sak karepmu, Bet. Sekarang ayo, kita pulang," kata Deva sambil bangkit berdiri dari kursi bar yang ia duduki.

Melihat sang istri sudah bangkit berdiri, Fabian mengikuti Deva dan segera memapah Robert untuk diajak keluar dari club' malam tersebut.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Nada sedang menatap Senja dengan pandangan membunuhnya, apalagi ketika Deva mengirimkan di grup yang beranggotakan dirinya dan Salma jika Robert sedang patah hati parah. Bahkan hingga mabuk berat. Ia dan Fabian harus menemani Robert malam ini.

"Sen," panggil Nada dengan suara penuh peringatan.

"Ya?"

"Lo tolak Robert?"

Senja hanya tersenyum dan ia menatap Nada dengan pandangan teduhnya.

"Gue nggak nolak."

"So?"

"Gue cuma bilang kita butuh waktu untuk saling mengenal, apalagi gue juga mau ambil kuliah S3 gue di luar negri. Gue juga mau jadi relawan sebelum gue menikah."

Nada menyunggingkan senyum sinisnya.

"Alasan Lo basi."

"Iya, basi buat Lo. Tapi bagi gue, menikah itu hanya sekali. Nggak ada jilid dua, tiga dan seterusnya. Gue masih punya impian yang ingin gue capai."

Senja Untuk RobertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang