2

3.3K 572 68
                                    

"Bet...Obet..." Teriak Deva, Salma dan Nada ketika Robert meninggalkan mereka bertiga setelah hukuman dari OSIS selesai ia jalani

"Bet, masa laki gitu?" oceh Deva pada Robert

Mendengar kata kata Deva, Robert berhenti berjalan dan membalikkan badannya untuk menatap 3 perempuan yang sedang berdiri bak tangga dengan Nada paling ujung kiri, tengah Salma dan ujung kanan Deva.

"Kalo sama Lo bertiga gender nggak bisa di pakai."

"Why?"

"Soalnya Lo bertiga juga nggak anggap gue laki laki. Terus juga kalian kenapa nggak ngasih tau gue minimal lewat SMS kalo ratu kota gede itu Silver Queen."

Kini tiga perempuan itu menelan ludahnya.

"Bet...." Panggil Nada pelan

"What?" Jawab Robert ketus

"Kita nggak punya nomer HP Lo, gimana mau SMS? Lo juga cuma bilang rumah Lo daerah Timoho. Lha kan Timoho luas Bet, masa gue mesti pakai toa masjid buat nyari rumah lo."

Robert menghela nafasnya dan menutup matanya sekejap sebelum akhirnya ia membuka matanya lagi dan kini ia fokus menatap tiga perempuan di depannya. Karena apa yang di katakan Nada memang benar adanya. Mereka belum saling bertukar nomer telepon.

"Okay. Kali ini gue maafin. Tapi besok gue nitip bawain nasi helikopter," terang Robert.

"Beres itu Bet. Lo mau berapa porsi? gue bawain tapi kudu di habisin" kata Salma pada Robert

"100 porsi kalo Lo beneran mau bawain," jawab Robert setelah itu ia membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan ketiga temannya

"Bet...Obet, Lo mau ke mana?"

"Kencing, mau ikut Lo?"

"Nggak deh Bet, kita ke kelas duluan ya." Teriak suara yang Robert yakin suara Deva namun Robert tidak menjawabnya lagi.

Setelah keluar dari toilet Robert menuju kantin sekolahnya. Ia masih sebal dengan ketiga teman barunya. Kini ia duduk di kantin dan melihat senja duduk di sana sambil sibuk menggambar. Karena kantin sedang cukup penuh, mau tidak mau Robert duduk di dekat senja karena hanya di sana bangku yang masih cukup untuk di duduki.

"Boleh numpang duduk?" Tanya Robert pada Senja

"Boleh. Duduk aja," kata senja sambil menggeser duduknya.

Robert memperhatikan gambar yang di buat Senja. Gambar Kantin sekolah mereka dengan hiruk pikuk anak anak sedang mengantri untuk membayar dan sebagian sedang duduk di kursi yang ada di kantin.

"Gambar Lo bagus, pelukis ya?"

"Nggak Bet, cuma iseng saja. Percuma juga di tekuni toh masa depan gue sudah di atur sama emak bapak," kata Senja mencoba santai

"Idem kayanya, Mama sama Papa maunya gue jadi dokter biar bermanfaat buat orang banyak," terang Robert sambil menyeruput teh botol Sosro

"Masih mending Bet. Mama sama Papa gue pisah gitu saja tanpa status. Gue di Jogja ikut Opa sama Oma. Mereka mau gue meneruskan bisnis keluarga," terang senja pada Robert

"Duh, orang kaya ribet ya." Desis Robert sambil geleng-geleng kepala

Bukannya marah, Senja justru tertawa di sebelah Robert

"Keluarga gue nggak kaya Bet. Cuma ya gitu lah, ada usaha yang Papa nggak mau pegang. Beliau lebih milih kerja di perusahaan perminyakan di Dubai."

"Wow...duit banyak ya," puji Robert begitu saja.

Jika biasanya Senja merasa marah karena orang menganggapnya hidup bergelimang harta, namun tidak ketika ia berbicara dengan Robert yang terkesan ceplas ceplos untuk mulut seorang laki laki. Mungkin karena wajah Robert yang terlihat jenaka tidak ada serius seriusnya.

Senja Untuk RobertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang