9

1.9K 445 38
                                    

"Aku sakit, aku sakit hati...kau terbangkan ku ke awan lalu jatuhkan ke dasar jurang," suara Juna sudah bernyanyi di iringi petikan gitar di sebelah Robert membuat Robert melemparnya dengan kotak tisu.

"Brisik Lo, Junaidi!"

Deva, Nada dan Fabian yang menonton itu mencoba menhan tawanya namun gagal.

"Sumpah ya, Bet. Hidup Lo lebih tragis daripada gue," Deva mulai membuka mulut sampahnya.

"Maksud Lo apaan, sampah?"

"Gue masih mending ya kan, cuma gagal nikah kurang dari dua Minggu. Lha elo? Sudah menanti belasan tahun buat dia, tapi dianya ya gitu, kayanya memang dia bukan jodoh Lo."

"Mungkin jodoh Lo belum lahir, Bet," kata Fabian menimpali istrinya.

"Sekate-kate emang Lo berdua kalo sama gue. Nggak ingat apa, dulu gue yang sering bantuin lo berdua biar dekat."

"Nggak ingat, Bet. Soalnya gue amnesia kalo sama jasa-jasa Lo," kata Deva menimpali Robert.

Kini giliran Nada yang menghela nafas dan menatap Robert dalam-dalam.

"Bet, sekarang gue serius nih. Andai ada yang lebih baik dari Senja, apa Lo bisa belajar membuka hati?"

"Kok Lo nanya gitu?" Tanya Robert pada Nada.

"Soalnya percuma aja ada orang baru tapi kalo hati Lo sudah di selimuti kabut Senja. Orang baru yang lebih baik nggak akan kelihatan baik dan ada di depan mata Lo."

"Setuju gue sama Lo, Nad."

"Gue nggak bisa jawab," jawab Robert mencari jalan aman.

"Berdasarkan pengalaman sih, sekeras apapun hati manusia, kalo tiap hari di kasih perhatian lama-lama luluh juga," kata Juna di sebelah Robert.

Robert menoleh ke Juna dan mendekatkan wajahnya. "Cie, Lo curhat ya, Jun?"

Bug...

Juna kembali melemparkan kotak tisu yang tadi di lempar oleh Robert ke arah wajah Robert.

"Bangke Lo, Bet. Di nasehatin malah ngeledek."

Malam ini Robert bersama para sahabatnya menghabiskan waktu bersama. Mereka sedang berusaha menghibur Robert dan menyadarkan Robert jika wanita di dunia ini tidak hanya Monica Senja Sahana saja.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Senja telah tiba di Jogja. Segera ia menuju rumah Oma dan Opanya. Sejujurnya ia merasa bersalah kepada Robert, namun ia sedikit sakit hati dengan sikap teman-teman wanita Robert yang terlihat memusuhinya. Mereka sudah dewasa, namun kenapa teman-teman Robert melakukan hal ini kepadanya? Mungkin mereka tidak akan mengerti rasa kegalauannya. Namun Senja memiliki keyakinan andai saja Robert memang jodohnya, mereka tetap akan bertemu dan bersatu bagaimanapun caranya.

Saat tiba di kamarnya, segera Senja membersihkan diri dan beristirahat. Sebelum ia mematikan handphonenya, terlihat sebuah pesan dari Robert yang masuk. Segera Senja membuka pesan itu.

Robert : Sen, lusa aku pulang. Aku main ke rumah kamu, ya?

Senja menghela nafas dan segera ia membalas pesan Robert.

Senja : Iya, Bet. Aku di rumah, kok.

Tidak lama pesan itu terkirim, akhirnya pesan balasan dari Robert masuk ke handphonenya.

Robert : Okay. Kamu mau di bawain oleh-oleh apa? Besok sama anak-anak aku mau petik apel. Habis itu mau ke Jatim Park 1,2 dan 3 dulu.

Entah mengapa mendapatkan pesan dari Robert seperti itu saja, Senja sudah bisa tersenyum.

Senja Untuk RobertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang