11. Pro Player Sesungguhnya

256 35 26
                                    

Berbeda dengan sikapnya terhadap Megumi. Perasaan khawatir Utahime jauh lebih besar terhadap (Name). "Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Utahime dengan suara pelan. Ia benar-benar terkejut dengan kondisi Putrinya. "Oh ini, tadi (Name) jatuh di tangga. Tidak sakit kok!" (Name) tersenyum, mencoba meyakinkan sang Ibu. Utahime memeluk (Name) sesaat, memperhatikan lebam di pipi (Name) lebih detail. "Mandilah, Bunda akan mengobatimu nanti." (Name) menggangguk, kemudian bergegas menjalan perintah Utahime.

Satoru tengah asik bermain dengan kucing (Name) di ruang tamu. Karena terlalu fokus dengan kucing Satoru tidak menyadari kepulangan (Name). Padahal saat (Name) baru-baru memungut kucing itu Satoru menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi sekarang Satorulah orang yang sepertinya paling menyayangi kucing gembul tersebut. Bahkan Satoru yang memberi nama untuk sang kucing. Miko namanya. (Name) tak masalah dengan hal ini. Yang terpenting bagi (Name) ia tidak perlu khawatir lagi Satoru akan membuang Miko seperti yang Megumi katakan tempo hari.

Penampakan Miko:

Lima belas menit berlalu (Name) sudah kembali turun dengan piyamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima belas menit berlalu (Name) sudah kembali turun dengan piyamanya. "Loh anak Ayah kapan pulangnya?" Satoru memperhatikan (Name) dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Ayah sih! Terlalu sibuk dengan Miko!" Timpal (Name) malas. Satoru tertawa kaku. Utahime yang tengah menyusun masakan di meja makan menatap (Name) iba. "Sepertinya Ayah lebih sayang anak bulunya dari pada kamu." (Name) mencebikkan bibirnya. Ayah Ibunya sama saja. Sama-sama menyebalkannya. Tapi sungguh (Name) sangat menyayangi keduanya.

Malam ini di meja makan hanya ada mereka bertiga karena Megumi langsung ke rumah temannya setelah mengantar (Name) sampai ke depan gerbang.
"Bagaimana sekolahmu? Apa ada kesulitan sayang?" Tanya Satoru. (Name) menggeleng cepat, "Tidak Ayah, semua berjalan baik. (Name) suka bersekolah di sana." Senyum (Name) merekah seketika saat bayangan teman-temanya muncul begitu saja. "Benarkah? Ayah pikir kau bisa pindah ke sekolah lain jika kau mau. Ke sekolah yang lebih baik mungkin?" Utahime menghela napas, "Sudahlah Ayah, yang terpenting (Name) nyaman di sekolahnya sekarang. Iyakan (Name)?"
(Name) mengiyakan ucapan sang Ibu. "Bukan begitu maksudku Hime-sama, sebagai seorang orang tua aku hanya ingin memberikan apapun yang terbaik untuk (Name).." Jelas Satoru. "Untuk (Name) atau untukmu?" Sarkas Utahime. Suasana jadi sedikit memanas. "Apa kau buta? Lihat wajah cantiknya. Sekolah itu punya tingkat safety yang rendah. Aku tak ingin (Name) terluka lagi nantinya!" Balas Satoru tak mau kalah. "Ayah itu salahku bukan salah sekolahnya." Kali ini (Name) ikut membela dii. "Kau dengar sendiri Satoru? Aku mengerti kau menyayangi (Name). Tapi tidak dengan pola pikirmu!" Helaan napas terdengar dari Satoru. "Ahaha ya. Kau benar, maafkan aku. Aku terlalu berlebihan." Utahime mengangguk lalu menambahkan makanan ke piring Satoru. "Kesukaanmu." Kalimat singkat Utahime seolah memiliki mantra ajaib. Suasana mulai mereda. Begitulah Satoru dan Utahime, hate love relationship mereka memang luar biasa. Seperti orang baru pacaran saja.

__

Mikey mendribble santai bola basket lalu memasukkannya ke ring, terus begitu hingga waktu bermainnya habis. Tiket keluar sesuai dengan skor yang Mikey dapat. Sebenarnya Mikey ak butuh tiket tersebut, tapi ia teringat saat ini Emma juga ikut. Di pungutnya tiket-tiket tersebut.

Complicated - Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang