14. Perasaan Itu

167 23 4
                                    


🦋🦋🦋

(Name) mengedarkan pandangan ke luar jendela. Melupakan orang yang kita sayangi bukanlah hal yang mudah. Inilah yang tengah dialaminya. Raga berbaring tapi pikirannya jauh menerawang ke masa lalu. Semakin (Name) mencoba berhenti, semakin ia mengingatnya.

Flashback on

"Bukan begitu (Name), cara mencharger ponsel yang benar itu begini.." Jelas Rindou sembari mengubungkan adaptor charger pada stopkontak di dinding. Lalu menghubungkan ujung kabel datanya pada ponsel milik (Name).

(Name) hanya mengangguk sok paham. Rindou yang gemas mencubit kedua pipi gadis itu. "Hmmph! jangan menyentuh pipiku sembarangan!" Omel (Name). Rindou malah tertawa melihat reaksi gadisnya. Bagaimana tidak? Kini (Name) tengah mengembungkan pipinya sembari berkacak pinggang. Rindou semakin dibuat gemas saja. Lalu ia menggendong (Name) ala karung beras.

"R-rin, turunkan aku, aku malu." Rengek (Name).

Rindou menyeringai, "Kau masih memakai baju, kenapa harus malu?"

"Bagaimana kalau orang lihat? Lepaskan aku Rin!" (Name) tetap berusaha melepaskan diri walaupun akhirnya sia-sia.

Ini kali pertama (Name) mampir ke rumah Rindou, tentu saja ia tak ingin memberi kesan buruk pada keluarga Rindou. Sayangnya ketakutan (Name) benar terjadi. Haitani Ran, satu-satunya saudara Rindou sekaligus penghuni lain di rumah ini baru saja pulang. Sama seperti (Name) dan Rindou, Ran juga masih memakai seragam sekolahnya.

"(Name)?!"

"Ran senpai?!"

Manik violet milik Ran yang sama seperti Rindou bertemu dengan iris ocean blue milik (Name). Keduanya bertatapan cukup lama. Rindou yang tak suka dengan situasi ini langsung menurunkan (Name), kemudian menyembunyikan (Name) di balik tubuhnya.

Ran merasa pasokan udara di dadanya mendadak berkurang. Beberapa bulan yang lalu Ran menyatakan perasaannya pada (Name) namun (Name) menolak dengan alasan dia menyukai orang lain. Sekarang Ran mengerti, orang yang dimaksud (Name) adalah Rindou. Adik kandungnya sendiri.

"Okaeri Aniki.." Sambut Rindou.

"A-aniki??!" (Name) yang masih terkejut dengan kehadiran Ran semakin dibuat bingung.

"Haha sepertinya aku menganggu ya?, Aku mandi duluan ya Rin."

Rindou hanya mengangguk. Setelah Ran menghilang dari hadapannya Rindou menundukkan kepalanya agar sejajar dengan wajah (Name). Ia mengecup sekilas kening (Name). Pipi (Name) memanas seketika. Senyum kecil terukir di bibir tipis (Name). Sayang sekali senyuman itu tak bertahan lama karena Rindou tiba-tiba mencengkram kuat kerah seragam (Name).

"Kenapa kau bertatap mesra dengan Ran?"

"Apa karena Ran jauh lebih tampan dariku?"

"Atau jangan-jangan kau menyukai Ran!"

(Name) meremas kuat roknya. Tubuh mungilnya mulai gemetar ketakutan.

"A-anu.."

Bibir (Name) mendadak kelu. Ia kesulitan mengeluarkan suara karena rasa takutnya yang lebih besar. Rindou semakin marah dengan respon (Name) yang tidak memuaskan. Dengan murka ia hempaskan tubuh gadis itu ke lantai.

(Name) memegangi punggungnya yang terasa ngilu. "Sakit Rin.." Lirihnya.
Rindou tak peduli, ia membanting keras pintu rumah lalu keluar entah kemana.

Complicated - Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang