4. (Name) Kambuh

347 57 12
                                    

"Ken-chin, aku sudah bertemu dengan gadis itu. Sepertinya aku harus segera memeriksa jantungku ke Dokter." Cerita Mikey bak anak kecil yang tengah mengadu pada Ayahnya.

"Ha? Apa dia melukaimu?." Tanya Draken keheranan. Di periksanya sekujur tubuh Mikey. Nihil. Tak ada luka sedikitpun. Mikey seratus persen dalam keadaan baik-baik saja.

"Jantungku berdebar kencang saat dekat dengannya. Aneh, tapi aku senang." Jelas Mikey. Senyum tipis tercetak di bibirnya.

"Jadi kau menyukainya ya? Lalu bagaimana dengan Senju hm?" Tanya Draken, sedikit menggoda Mikey.

Mikey mengernyit, "Sepertinya begitu. Senju? Ada apa dengannya?"

Draken menghela nafas kasar, bangkit dari ranjangnya. Berniat ingin duduk di kursi dekat jendela. Ia agak sedikit kesulitan bergerak karena luka di perutnya. Mikey sigap membantu.

"Apa dia secantik yang kau ceritakan?"

Mikey mengangguk, "Umm. Dia seperti peri penolong yang sengaja dikirimkan Kami-sama untukku." Sahutnya.

"Lain kali jika tidak bisa berenang jangan memaksakan diri. Merepotkan orang lain saja!" Omel Draken.

Mikey mendengus kesal. "Aku bisa berenang! Saat itu kedua kakiku mendadak keram. Jika (Name) tak menolongku mungkin sekarang aku tidak akan ada di sini, Ken-chin."

"Oh namanya (Name). Nama yang indah."

"Ku adukan pada Emma!" Ancam Mikey.

"Iya-iya, (Name) milikmu!" Respon Draken cepat.

Mikey tersenyum puas mendengar pernyataan Draken. Draken sendiri hanya memasang muka datar. Yah, walaupun Draken memiliki tato di pelipisnya, Draken adalah tipikal penakut. Takut pada gadisnya. Sano Emma, satu-satunya kelemahan Draken.

Tadinya Mikey ingin menginap di rumah sakit. Tapi Draken melarangnya. Lebih tepatnya mengusir Mikey. Bukan karena terganggu tapi Draken tak ingin Mikey berada di ruanganya hingga larut malam. Besok masih hari sekolah, bisa-bisa Mikey terlambat nantinya.

Dengan malas Mikey melangkahkan kakinya menuju parkiran. Hingga sosok di lorong rumah sakit berhasil menarik perhatiannya. Mood Mikey membaik seketika. Ia berjalan mendekat.

"Oi (Name)-chan!" Panggil Mikey.

(Name) tersenyum ramah. "Halo.."

"Siapa yang sakit?"

"Sepupuku. Aku baru selesai menjenguknya." Bohong (Name).

Raut wajah (Name) begitu meyakinkan. Membuat Mikey percaya saja dengan jawaban yang (Name) berikan.

"Begitu ya, mau pulang bersama?"

(Name) terhenyak. Rasanya seperti deja vu. Memori itu terekam jelas di kepala (Name). Seperti lagu lama yang di putar kembali tapi dengan penyanyi yang berbeda.

Melihat respon (Name) yang mendadak diam Mikey berinisiatif meraih pucuk kepala (Name). Mengusapnya lembut.

"Jika kau tidak mau tidak apa, aku duluan ya!" Titah Mikey.

Mikey tersenyum tapi netra obsidian miliknya tak bisa berbohong. (Name) dapat melihat kekecewaan di sana. Dan (Name) tidak suka itu.

Mikey mulai berjalan menjauh, kembali dengan tujuan utamanya untuk pulang.
(Name) refleks menyusul, di raihnya tangan kekar Mikey. "Chotto Mikey-kun.."

Complicated - Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang