BAB WAKTU KESEPULUH

3.9K 440 25
                                    







Aku ingin berada di waktu itu
Saat semua bermula
Dan aku belajar untuk mendengar






Waktu kesepuluh

"Mas, jangan lupa istirahat yang cukup ya, makan yang benar, pokoknya harus sehat, nanti Nata sedih kalau papa nya sakit..."

Taruna hanya membalasnya dengan senyum sendu. Dan Kirana sangat tahu jika Taruna masih terguncang. Biasanya suaminya itu akan menanggapi kekuatirannya dengan bercanda.

"Iya, aku pasti jaga kesehatan. Kamu juga, habis ini langsung tidur saja. Mas juga mau tidur.."

Kirana mengangguk.

"Iya mas, selamat tidur..."

"Ya...selamat tidur...". Kirana memberikan ciuman jauh dengan tangannya. Demikian juga Taruna membalasnya. Mereka saling tatap sebentar lalu mengakhiri panggilan itu.

Kirana meletakkan ponselnya di nakas dekat lampu tidur. Ia membaringkan dirinya disamping Nata yang sudah terlelap sambil memeluk guling kesayangan nya.

Guling yang ia dapatkan dari rumah sakit sewaktu Nata sakit dan dirawat cukup lama. Entah dari siapa guling berwarna pink itu.

Bahannya yang halus dan lembut membuat Nata langsung menyukainya  dan tak mau lepas dari bantal itu, dan Nata bisa terlelap dalam hitungan menit.

Ada resah bergayut direlung hati Kirana. Kematian Lima adalah hal yang tidak pernah ia duga. Sepanjang hidupnya dengan Taruna, tak pernah dirinya merasa terancam dengan keberadaan Lima.

Karena Lima sendiri yang berjanji padanya.

Ya, itu adalah rahasia yang belum pernah ia ceritakan pada Taruna.

Ia bertemu langsung dengan Lima bertahun tahun yang lalu. Dan hanya mereka berdua yang tau.

Lima datang Ketika Kirana memutuskan untuk pergi meninggalkan Taruna karena ia tak sanggup melihat pria yang dicintainya itu menikah.

Dan ia pun tak mau menjadi perusak sebuah ikatan pernikahan. Apa pun Bentuknya. Beribu kali Taruna meyakinkannya jika pernikahan itu hanya status. Tapi Kirana tidak mau, ia tidak yakin jika wanita yang akan menjadi Istri Taruna juga menganggap itu sebagai status.

Ia tidak mau melukai sesama wanita terlebih ia tak mau melukai diri sendiri dengan berharap pada suami orang.

Pagi itu, ketika ia tengah menyiapkan kopernya, untuk bersiap pergi meninggalkan semuanya. kamar kost nya diketuk dan ketika ia membuka pintu, seorang wanita anggun dengan mengenakan gaun floral berwarna biru muda dengan kacamata hitam berdiri dengan senyum tipis dibibirnya.

"Mba Kirana?".  Suara itu terdengar ramah dan penuh percaya diri.

Kirana hanya bisa memandang dengan tatapan bingung.

"Maaf menganggu..." Lalu wanita itu tanpa ragu masuk ke kamarnya tanpa dipersilakan.

Sikap tubuhnya yang terlihat elegan, bahkan ketika wanita itu masuk tanpa dipersilakanpun, hal itu tidak menunjukkan ketidaksopanan sama sekali, ia terlihat seolah sudah terbiasa masuk ke kamar Kirana.

"Mba mau pergi?" Tanyanya dengan lembut.

Kirana yang masih bingung, mengikuti arah pandangan wanita itu ke kopernya yang sedang terbuka lebar.

"Jangan pergi Mba...."

Kembali Kirana terkejut, dengan ucapan itu. Siapa wanita ini?.

Wanita itu meraih tangan Kirana lalu mengajaknya duduk di ranjang dan ia menurut saja seperti terkena hipnotis.

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang