WAKTU KETUJUHBELAS

3.1K 383 28
                                    


Waktu yang berlalu hanya memberi kenangan
Tanpa ada satu kuasa bisa menghapus atau memperbaiki




Senyuman diwajah Lima mengembang, wajahnya berbinar. Taruna berada disisinya membiarkan lengannya dipeluk dengan hangat oleh Lima yang hari ini resmi menjadi istrinya.

Acara resepsi yang melelahkan itu baru saja selesai. Dan mereka berdua tengah berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke kamar pengantin.

Seluruh keluarga menampilkan senyum dan tawa menggoda ke arah mereka berdua. Dan demi kesopanan Taruna berusaha tersenyum, dan begitu juga dengan Lima.

Begitu pintu lift tertutup, senyum diwajah keduanya serentak  hilang. Dengan lembut Lima melepas rangkulan tangannya. Taruna hanya menanggapinya dengan diam.

Mereka berdua telah sepakat untuk bersandiwara di depan keluarga. Mereka akan punya kehidupan masing masing yang tidak boleh dicampuri.

Mereka berdua akan membicarakan sebatas kesehatan mama dan masalah pekerjaan. Selebihnya Lima tak berhak apa pun atas hidup Taruna.

Ting!

Bunyi denting yang memberitahukan jika mereka telah sampai ke lantai yang mereka tuju.

Tidak ada adegan seorang pengantin wanita yang memasuki kamar pengantin digendong ala bridal oleh suami, mereka memasuki kamar itu dalam diam. Lima telah lama mengubur hal romantis itu.

Tapi Meskipun hanya cinta sendiri, ini pernikahan yang ia impikan, tema pernikahan, gaun pengantin, bahkan pengantin prianya adalah semua yang diinginkan Lima.

Ia tidak melewatkan kesempatan sekali seumur hidupnya ini. Meski pahit, setidaknya ia bisa menjalani pernikahan impiannya.

Tapi tidak semua hal bisa kita dapatkan bukan?

Lima tidak mendapatkan sesuatu yang penting dari sebuah pernikahan.

Rasa cinta

Lima hanya bertepuk sebelah tangan.

Taruna meraih kartu akses masuk ke kamar dari saku jas nya. Lima menunggu dibelakang Taruna dengan sabar hingga pria itu masuk terlebih dahulu.

Lima memesan President Suite dengan tiga kamar. Ia yakin Taruna tidak akan mau tidur sekamar apalagi seranjang dengannya.

"Wow...tidak tanggung tanggung kamu pesan president suite ya..." Sinis Taruna sambil mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan.

Lima menahan getir di dadanya, ia telan sendiri alasan mengapa ia memilih kamar ini.

"Bukan kah ini hari special mas..? tidak ada salahnya kan ?" Lima berusaha menanggapinya dengan santai, walau hatinya menahan gejolak.

"Yah...apa sih yang ibu Direktur Utama  tidak bisa pesan Humm..?" Kembali ucapan setajam pisau menghujam.

Lima hanya terkekeh, mencoba untuk tidak membalas ucapan itu.

"Saya akan tidur di kamar yang ini...Mas silakan pilih kamar yang lainnya..."

"Sesuai perintah anda Ibu Direktur...katakan  saja apa yang harus saya lakukan untuk anda, tidur di sofa pun tidak masalah bagi saya..." Sarkas Taruna sambil menatap Lima dengan getir.

"Maaf, bukan begitu maksud saya, kamar itu...ummm..."

Taruna tiba tiba melangkah mendekati Lima. Menatap wanita cantik didepannya ini dengan tatapan yang tak bisa dibaca

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang