BAB 5 WAKTU KELIMA

5K 548 30
                                    

"Mari berjalan".kata sang waktu.
"Tidak!"Teriak ku.
"Aku ingin waktu ini segera berlalu!"
Lalu aku berlari tak mau tahu.
Sang Waktu terus berjalan"

.
.
.
.

****

Waktu Kelima

Nata baru saja menunjukkan gerakan tarian lebah untuk penampilannya disekolah. Gadis kecil dengan pipi chubby itu tampak semakin menggemaskan dengan menggunakan bando antena lebah warna kuning dan hitam itu.

Taruna bertepuk tangan memberi dukungan pada putrinya yang terlihat sudah menghapal seluruh gerakan tariannya. Nata terlihat senang mendapat pujian dari sang Papa.

Setelah Taruna mendengar berbagai pesan dari gadis kecil itu tentang jangan makan terlambat,  no junk food, no begadang dan lain lain,  seolah Nata yang lebih tua dari papanya, akhirnya gadis kecil itu Mau memberikan giliran mamanya untuk berbicara dengan Taruna.

"Mas baik baik saja kan disana?"

Taruna menatap wajah cantik Kiran dengan kerinduan yang besar. Baru dua hari ia meninggalkan Kiran dan Nata, tapi ia merasa sudah ingin segera pulang.

"Mas kangen...." Bisiknya pelan.

"Apaan sih mas...ada bude Inay lho...."

Wajah wanita itu bersemu merah, menahan malu.

"Kenapa malu? Mas kan suami kamu..."

"Iyaa...tapi tetap ajaa...malu mas..."

Taruna terkekeh dengan kirana yang salah tingkah.

"Mas, masih seminggu lagi disini...tapi kalau urusannya bisa lebih cepat,  Mas usahakan bisa langsung pulang..."

Kirana mengangguk

"Iya mas, semoga semua lancar ya...."

Taruna tau ada banyak hal yang ingin ditanyakan Kirana, tapi istrinya itu berhati hati untuk tidak menyuarakannya. Dan itu membuat Taruna semakin membenci keadaannya selama lima tahun belakangan. Dimana ia harus menyembunyikan keberadaan Nata dan Kirana.

"Kamu fokus dengan Nata dan Mas saja, yang lain menjadi urusan mas..Mas hanya minta kamu bertahan, sebentar lagi...sebentar lagi semua selesai...kamu percaya kan?"

Kirana tersenyum. Ia percaya sepenuhnya pada pria yang menjadi suaminya itu. Tak mungkin ia bisa bertahan selama ini jika ia tidK percaya.

"Aku percaya mas...kami tunggu disini...jaga kesehatan ya..."

Taruna memutuskan sambungan setelah mereka membicarakan hal hal ringan seputar urusan sehari hari Kirana dan Nata.

Begitu sambungan tertutup, mendung kembali menggayut diwajah Taruna.

Harusnya setelah kemarin semuanya berakhir. Ia tau tidak selancar apa yang bisa dia inginkan, tapi tak pernah terbayang akan berakhir seperti ini.

Seluruh informasi yang ia dapatkan hanya ada satu kesimpulan, Lima tidak seperti yang ia pikirkan selama  ini.

Taruna menepuk nepuk keningnya dengan punggung tangannya. Kepalanya berdenyut akibat belum tidur dari kemarin

Dering ponselnya menginterupsi pikiran kacaunya. Sebuah nomor tidak dikenal.

Seperti biasa ia tidak menjawab nomor asing yang menghubunginya. Biasanya jika perlu orang tersebut pasti mengirimkan pesan.

Sekali lagi nomor tak dikenal itu menelpon dan tak lama
berhenti panggilan itu pun berhenti.

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang