.....
Mengenangmu dimasa lalu,
Menanam ingin yang terlambat,
Yaitu melihatmu lagi
Dengan semua kebenaran yang jelas kamu pendengarkan dan kamu lakukan.
Hanya saja kebodohan tak memandang rupa dan tahta
Ia membutakan dan menghancurkan.
.
.Anjani keluar dari ruangan Taruna. Mantan suami ibu Lima itu tampak terguncang.
Sekilas senyum sinis menghias bibirnya. Jika saja ia tidak menghormati Lima, ia akan tertawa pada kesialan yang menimpa Taruna.Lima sangat menghormati Taruna, meskipun pria itu tak menghargainya.
Lima pernah bercerita jika dirinya berhutang budi pada keluarga Hardiatmaja yang telah berbaik hati menerima dirinya menjadi bagian dari keluarga itu. Hutang budi dibawa mati, begitu kata wanita panutan Anjani itu.
Karena itu Anjani berusaha sopan pada Taruna. Apa pun yang penting bagi Lima, itu juga penting baginya.
Meskipun tadi ia sedikit menikmati pemandangan seorang Pria yang seolah kehabisan darah, pasi dengan raut wajah seolah membaca surat kematian.
Tapi ia tahu jika itu akan membuat Lima tidak senang. Karena itu Anjani kembali mengingatkan dirinya untuk menjalankan pesan-pesan Lima, untuk tetap membantu Taruna.
Satu bulan yang lalu, Lima memanggilnya.
Menyerahkan beberapa dokumen penting padanya.
"Saya mempercayai kamu Jani, sudah bertahun-tahun kamu bersama saya. Kesetiaanmu tidak saya ragukan. Banyak hal yang sudah kamu tahu tentang penyelidikan-penyelidikan intensif terhadap beberapa petinggi, dan semua hal yang bersifat rahasia, sudah saya percayakan sedikit demi sedikit pada kamu."
"Termasuk masalah rumah tangga saya..."
Jani mengangguk, memandangi Lima yang kini duduk bersandar di headboard ranjangnya. Wajah pucat Lima terlihat jelas, syal di lehernya membuat Lima tampak semakin tampak rapuh.
Tangan ringkihnya memegang setumpuk dokumen yang anjani tahu itu adalah semua bukti yang akan menghancurkan seseorang.
Lima terdiam sejenak, menutup matanya dan mencoba mengatur kembali nafasnya. Fungsi paru-parunya menurun dan semakin menganggu aktifitas nya.
"Semua dokumen ini saya percayakan sama kamu, saya...."
Kembali Lima menata nafasnya. Sudah dua hari ini kondisi ya cukup payah. Ia terpaksa mencari alasan tugas luar kota agar ia bisa istirahat di rumah ini. Bermain bersama anak-anak panti membuatnya rileks.
"Kamu baca dan simpan dokumen ini diruangan saya, di brangkas. Saya sudah tulis instruksi apa saja yang harus kamu lakukan..."
Lima menatap Anjani lekat-lekat
"Saya mengandalkan kamu Jani, jaga Pak Taruna!, dan dampingi beliau seperti kamu mendampingi saya. Apa yang saya tahu kamu bisa beri tahu Pak Taruna, kamu cerdas dan kamu tahu apa yang harus kamu lakukan..."Anjani tahu jika ini akan tiba. Lima selalu mewanti wantinya. Meskipun ia sudah tahu, tapi ia tetap merasa gemetar menghadapi kenyataan yang akan ia hadapi. Ia sudah mendampingi Lima melawan penyakit yang terus menggiring Lima pada sebuah fakta, kematian.
Anjani merasa ada hujaman tak kasat mata menusuk tepat di jantungnya. Mengapa wanita baik ini harus mengalami nasib tragis?
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINJAM WAKTU
RomanceAda banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang paling dibenci. Bertahan sampai akhir adalah satu satunya pilihan bagi Lima. Ia tidak peduli sebesar apa dunia membencinya. Dirinya hanya pu...