WAKTU KEDELAPANBELAS

3K 380 37
                                    

Kukira kita ditakdirkan bersama
Ternyata tidak.
Aku hanya ingin mewujudkan mimpiku,
Tapi ternyata aku harus puas dengan tetap bermimpi.
Karena kenyataannya
Kamu tidak pernah memilihku
.
.
.
.
.
.

Lima keluar dari kamarnya, hari ini mereka akan sarapan bersama dengan seluruh keluarga di restoran hotel yang sudah mereka pesan.

Ia sudah melihat sosok Taruna dari belakang yang sedang berdiri di balkon dengan kedua tangan dalam saku celananya.

Taruna selalu menepati janji, apalagi jika ia telah berjanji pada mama Gendhis. Mertuanya itu tadi malam mengingatkan kembali kepada mereka, karena sebagian besar kekuarga akan pulang ke jakarta  hari ini.

Mereka berdua harus hadir pada saat sarapan pagi, sebagai ucapan terimakasih pada mereka yang telah memberikan waktunya untuk datang ke Bali.

Lima meraih minuman di meja ketika Taruna masuk dan menatapnya dengan tajam.

"Kamu lupa jika mama meminta kamu memakai gaun yang dibelikan  Tante Sarah?"

Tante sarah adalah istri om Bram adik Papa Hardiatmaja. Sepasang suami istri yang sangat dihormati oleh Taruna.

Selama ini Om Bram yang dekat dengan Taruna, tempat Bram berkeluh kesah atas kerasnya tuntutan Hardiatmaja atas dirinya.

"Dan..ada apa dengan kacamata hitam itu? Kita mau sarapan, bukan mau kepantai!!"

Lima meminum air putih itu dengan tenang, tapi sebenarnya perutnya bergolak hebat.

"Gaunnya basah, tadi aku ngga sengaja numpahin air pas kumur kumur..."

"Dan euumm..aku sedang sakit mata, makanya aku pakai kaca mata hitam..."

Lima berbalik dan segera menuju pintu, ia tidak tahan berlama lama berbalas kata dengan Taruna.

"Aku baru lihat kesombongan mu Lima, tidak bisa menghargai keluarga, kamu hanya memikirkan diri sendiri...tidak salah kata om Bram, kami selama ini memelihara ular..."

Lima hanya memejamkan matanya,
Ia harus kuat.

Lima meraih pintu dan keluar, ia perlu menghirup udara yang banyak agar ia bisa waras.

Bahkan di lift yang membawa mereka turun, Lima bisa merasa kemarahan Taruna menghancurkan dirinya.

Lima tersentak karena ia merasa tangannya diraih oleh Taruna, jemarinya terselip diantara jemari Taruna yang besar. Ia baru sadar mereka telah tiba direstoran.

"Tersenyum Lima...." Lima kembali berjengit merasakan hangatnya nafas Taruna ditelinganya.

Lima menemukan pemandangan seluruh keluarga sedang tersenyum ke arah mereka berdua. Mereka terlihat seperti pasangan pengantin baru yang tengah bermesraan saling berbisik.
Otomatis Lima tersenyum lebar. Meskipun ini hanya pura pura, tapi Lima sungguh bahagia bisa berada sedekat ini dengan Taruna.

Ia benar benar Gila!!

"Lhoo Lima kenapa ngga pake gaun yang dari tante?? Kamu ngga suka??" Tanya Sarah ketika Lima baru saja duduk di kursi yang diberikan Taruna padanya.

Lima tersenyum,menggumamkan terimakasih pada Taruna

"Suka tante....cumaa...mmm..euu..ada.." Lima berbisik pada Adera yang duduk disebelahnya.

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang