WAKTU KETIGAPULUHDUA

3.2K 470 49
                                    

Satu persatu Kuhitung hari
Menit demi menit hingga berubah menjadi satu hari

aku mencoba diam mengingat segala marahku yang kutuju padamu.

Dan akhirnya kemarahan itu berbalik menyerangku, lengkap dengan mengajak serta segala sakit yang kamu rasa.

Seperti ini rasanya jadi kamu?

Bagaimana kamu bisa bertahan?

.
.
.
.
.



WAKTU KETIGAPULUH DUA

Ini yang dicemaskan Jericho, Alin kembali drop. Untung tadi malam Lulu masuk ke kamar Alin untuk meminjam hairdryer, karena miliknya tiba-tiba rusak. Lulu tidak ingin tidur dengan rambut masih basah.

Ketika ia melihat Alin sudah tidur, ia langsung menuju laci dimana Alin biasa menyimpan Hairdryer.

Tapi telinganya menangkap suara lirih, dan ketika ia menoleh ke arah Alin, ia bisa melihatnjika kakaknyanitunsedang tidak baik-baik saja.

lalu ia mendekat dan melihat Wajah pucat Alin dan kakaknya sedang meracau, buru-buru ia memegang kepala Alin, dan benar saja suhu tubuhnya sangat tinggi. Lulu segera berteriak memanggil Mateo dan mereka segera membawa Alin ke Rumah Sakit, tak lupa memberitahu Jericho yang baru saja tiba di rumahnya.

Alin kini sudah dipindahkan keruang perawatan. Setelah ditangani di IGD. Belum tahu penyebab Alin sakit. Mereka menunggu hingga hasil lab keluar.

Mateo mengantar Lulu pulang, karena besok masih harus masuk. Dan Jericho yang menemani Alin. Besok Mateo terpaksa izin kuliah untuk menemani Alin, karena ia sudah menghabiskan jatah cutinya sewaktu Alin kecelakaan. Mama dan papa masih di Malaysia dan Mateo memutuskan untuk tidak memberitahukan perihal kakaknya, sampai mereka tahu kondisi Alin setelah hasil pemeriksaan lab dan yang lainnya keluar.

Jericho tengah menggenggam tangan Alin yang dipasangi infus, menahan nyeri melihat jarum yang ditusukkan disana.

Andai saja ia bisa mengambil alih rasa sakit itu.

"Sayang...sayang...." Bisik Jericho berharap bisa meredakan nyeri dan semua sakit yang dirasa Alin.

Jericho mengangkat wajahnya ketika mendengar Alin bergumam.

"Sayang....?" Jericho mendekatkan wajahnya mencoba mengerti apa yang Alin gumamkan.
Tapi hanya gumam yang tak jelas yang ia dengarkan. Wajah pucat itu menunjukkan seberapa sakit Alin dimata Jericho.

Tenggorokan Jericho tercekat ketika hendak memanggil Alin, berakhir dengan jatuhnya air mata disudut matanya.

"Please, jangan pergi lagi Alin..." Jericho mendengar suaranya yang tercekik, Lalu air mata itu semakin menderas.

.
.

****

.
.

Taruna membuka matanya. Suara alarm di ponsel yang disetting nya mengeluarkan bunyi yang membuatnya terjaga.

Taruna mengambil ponsel dan mematikan alarm, sembari melihat jam yang menunjukkan pukul empat subuh. Ia harus berangkat pagi sekali karena jarak yang cukup jauh. Taruna tidak keberatan, entah mengapa ia merasa tenang ketika tidur di ranjang milik Lima.

Segera ia bangun dan bersiap, segera ia teringat belum melihat notifikasi yang bermunculan ketika ia mengaktifkan ponselnya. Tapi ia pikir ia bisa periksa nanti, ia harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat.

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang