Bab 12 || Jujur

1K 111 26
                                    

Bab 12
Jujur

“Gue serius, Mas.” Gerald berdiri di samping Gerald, menatap tajam ke arah sang kakak. Mungkin ini pertama kalinya Alex melakukan hal ini kepada Gerald. Hingga membuat pria itu mengernyit heran.

“Soal menikahi Tashima?”

“Gue kenal, Lo, Mas. Dari dulu. Lo nggak bisa bohongin gue. Walaupun iya, Lo cinta sama Tashima, alasan Lo nggak make sense, tiba-tiba ngajak anak orang menikah? Nggak, gue tahu, itu bukan Lo! Pasti ada sesuatu yang Lo tutupin dari gue, kan?”

Seorang Gerald, tidak akan menikah seorang perempuan secata tiba-tiba, apalagi perempuan tersebut masih begitu muda, tidak begitu berpengalaman dalam kehidupan percintaan. Alex mengenal kakaknya ini, sangat. Apalagi setelah perceraian dengan Tasya, Gerald benar-benar menutup diri selama 3 tahun terakhir dari percintaan, bahkan melihat ia melirik perempuan saja tidak pernah. Ia hanya fokus bekerja di kantor dan mengurus Raka. Luka yang diberikan Tasya sangat besar hingga meninggalkan trauma hebat, bahkan Alex masih mengingat jelas, betapa berantakan seorang Gerald tanpa kehadiran Tasya. Raka bahkan tidak diperhatikan selama 1 tahun.

Maksudnya Alex, semua ini tidak masuk akal untuk dicerna oleh otaknya yang sangat teliti mengamati, apalagi sekarang, ia sadar bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Tashima, ia mau terus berada di samping gadis itu, ia tidak tahu harus mencari perempuan seperti Tashima mana lagi.

“Apapun alasannya, nggak ada urusannya dengan kamu, Lex. Kenapa kamu kayak gini?” Gerald menepuk pundak Alex pelan. “Lebih baik sekarang kamu tidur, besok hari yang panjang, kan?”

Alex menyibak kasar rambutnya. Ingin sekali berteriak di depan wajah Gerald, mengatakan bahwa ia menyukai kakak iparnya itu, akan tetapi, Alex masih sadar diri dan tahu batasan kepada kakaknya sendiri. Perannya ini adalah mengamati saja gerak-gerik Gerald, ia tahu pasti ada sesuatu dibalik semua ini. Pasti.

“Gue cuma minta satu hal, Mas. Selama gue nggak tahu alasan Lo nikahin Tashima, jangan sakiti hati dia. Jangan berbuat seenaknya yang Lo mau. Jangan berlagak seakan-akan apa yang Lo berbuat itu udah paling bener untuk Tashima. Tanyain dulu ke dia, bahagia nggak?” Alex mengakhiri percakapannya anggukan lemah. Sedangkan Gerald bergeming di tempatnya.

Mau tidak mau, Alex memutar rumit kakinya dan berjalan meninggalkan Gerald di dapur sendirian. Ia masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya dengan kasar, memaksakan diri untuk tertidur secepat mungkin, dan melupakan hal yang baru terjadi.

Semetara di luar kamar, Gerald menyadarkan diri di depan pintu kulkas seraya menghela napas gusar. Apapun alasannya, Gerald tidak melakukannya tanpa berpikir panjang, walaupun ia kebingungan sendiri, mengapa ia harus mengambil tindakan sejuah ini untuk menikahi Tashima. Padahal, ia bisa saja melakukannya secara diam-diam, atau memakai cara lainnya. Dulu, yang ada di pikirannya, dengan menikahi Tashima adalah satu-satunya cara cepat agar ia bisa menjaga gadis itu. Iya, dan memang itu tidak salah sama sekali, sekarang Tashima tidak perlu memikirkan bagaimana ia bisa makan setiap harinya, ia juga tidak memikirkan untuk membayar uang kontrakan, dan berbagai biaya kehidupan lainnya. Itu terbukti bahwa ia tidak salah menikahi Tashima, hanya pertanyaan lainnya muncul setelah itu.

Apakah Tashima bahagia dengan pernikahan mereka selama ini? Apa ia begitu egois, seperti kata Alex tadi? Kedepannya, ia mungkin harus lebih terbuka lagi kepada Tashima. Dan memberikan gadis itu kesempatan untuk berbagai keluh kesahnya. Terlebih lagi, Gerald memang harus benar-benar berkaca dari masa lalunya. Rumah tangga yang tidak sehat, kurang ada rasa respect dan gengsi, ego yang tinggi.

Walaupun ini pernikahan mendadak, Gerald tidak mau kisah mereka berakhir seperti pernikahan pertamanya. Ia memiliki harapan bersama Tashima, sebuah doa yang ia panjatkan bahwa rumah tangga mereka bisa terus bertahan.

Gerald masuk ke dalam kamar, dan menemukan Tashima dan Raka sedang berpelukan. Raka begitu dekat dengan ibu sambungnya itu. Bagaimana pun, Raka benar-benar hidup tanpa seorang ibu selama ini, dan rasanya sungguh mengharukan melihat ada perempuan yang memberikan kasih, cintanya kepada Raka seperti anak kandungnya sendiri.

“Mas? Nggak tidur?” Tashima berseru pelan, ia mengangkat kepalanya sedikit supaya ia bisa melihat sang suami di depan pintu.

Gerald mengangguk, lalu berjalan dan merangkak naik ke kasur. Tangannya terulur, mengelus kepala Raka, kemudian berpindah kepada Tashima. “Makasih, ya, sudah mau menjaga Raka dengan sangat baik.”

Tashima mengernyit, matanya yang sedikit memerah karena kantuk menghilang dibalik kelopak matanya yang menyipit. “Udah kewajiban aku, Mas. Lagian cuma Raka yang manggil aku Mama. Cuma Raka yang benar-benar aku miliki sekarang, Mas. Dia manggil aku Mama, di saat aku nggak punya siapa-siapa, dia kasih aku harapan baru, aku punya keluarga baru karena dia.”

Gerald tidak bisa menahan kerutan halus di keningnya. “Kamu nggak anggap mas?”

“Memangnya Mas menganggap aku, istri mas?” tanya Tashima kembali.

Ada apa dengan hari ini? Kenapa banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang menghantam Gerald.

“Kamu mau mas ngapain supaya kamu tahu, selama ini mas anggap kamu istri, Mas?”

“Jujur. Aku mau mas jujur sama aku, mas ngalain, apa yang mas rasain, apa yang mas pikirkan, dan apa yang mas lihat dari aku? Maksudnya aku, apa beneran mas anggap aku istri? Atau adik aja?"

Tidak terhubung berapa kali Gerald menghela napas gusar dan panjang hari ini. “Mas usahakan, ya?”

Memang, Gerald tahu, itu bukanlah jawaban yang memuaskan bagi Tashima, sangat jauh, gadis itu mungkin berharap Gerald berkata ia mencintainya atau melakukan sesuatu yang membuat keadaan hatinya baik-baik saja, namun Gerald tidak mau membuat Tashima bertambah kecewa. Yang bisa ia pastikan sekarang adalah berusaha, melakukan apa yang baik untuk rumah tangga mereka kedepannya.

“Makasih, Mas. Kedepannya, aku akan lebih terbuka lagi," ujar Tashima, seraya menutup mata dan mencoba untuk tertidur.

“Mas sayang kalian berdua,” bisik Gerald, ia kemudian merebahkan diri di samping mereka. Tangannya ia rentangkan hingga sampai di pinggang Tashima, mengelus pinggangnya dengan lembut.

Mengetahui bahwa Tashima belum benar-benar tertidur, Gerald kembali berseru. “Mas benar-benar peduli sama kamu, Shima. Enggak ada hal aneh yang pernah mas lakuin seumur hidup mas, hingga tiba-tiba mas menikah dengan kamu secara mendadak. Mas harap, kamu bisa menunggu sebentar lagi. Sedikit saja berikan mas waktu untuk memilah-milah semua ini."

Setelah itu, kepala Tashima mengangguk kecil, ia kemudian membuka matanya. “Akan aku tunggu sampai mas bisa ngucapin kata cinta ke aku.”

Jadi, begitu? Gerald tersenyum lebar. “Terima kasih, Shima.”

To be Continued

Tiba-tiba Menikah [Duda Dan Si Gadis] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang