Bab 05 || Mama

1.2K 127 2
                                    

[ Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian, ya! ]

Bab 05
Mama

Gerald memilih Tashima sebagai pasangan hidupnya, bukan tanpa alasan yang jelas. Ia tidak mungkin menikahi anak gadis orang tanpa memikirkan hal-hal tertentu secara matang, mulai dari kesiapan, dan mental. Dan beberapa alasan yang membuat ia yakin untuk mempersunting Tashima, sebab gadis itu sangat baik dan keibuan. Itulah kira-kira yang pria itu pikirkan sekarang.

Bukan hanya kepada Raka saja, namun semua anak yang ia temui. Jiwanya yang suka membuat orang tertawa alias humoris mampu mengimbangi sikap Raka yang kadang terlalu pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang selain keluarganya.

Gerald tidak tahu, kenapa Raka sangat tertutup di usia yang seharusnya ia gunakan untuk bermain bersama teman-teman di komplek dan paud. Dengan adanya Tashima, Raka harap, mereka akan cocok dan saling menjaga sebagai ibu dan anak.

["Hallo, Mas Gerald?"]

Seruan dari balik layar ponsel menarik Gerald dari pikirannya. "Ah. Iya. Makasih, ya." Pria itu mematikan panggilan.

Gerald kembali ke kamar dan tidak menemukan keberadaan Tashima. Mencari ke kamar mandi dan memanggil nama gadis itu berkali-kali pun tidak ada jawaban. Bertanya-tanya kemana perginya, padahal Gerald tidak lama meninggalkan kamar hotel ini untuk berkunjung sebentar ke kamar mama dan papa untuk melihat keadaan Raka yang ikutan menginap di hotel.

Cara satu-satunya yaitu menghubungi Tashima, namun ternyata ponsel gadis itu ada di atas ranjang. Kemana perginya?

Setelah itu, buru-buru Gerald keluar dari kamar hotel dan berpapasan dengan mama yang disusul dengan, kemudian disusul oleh Kevin yang menggendong Raka. Raut khawatir terpancar dari wajah mereka.

"Ada ap—"

"Adekmu, Gerald. Alex masuk rumah sakit, dibawa sama Tashima. Alergi Udang!" Setelah memberitahukan kepada Gerland, Cinta kembali melangkah lebar menuju elevator.

Pantas saja tiba-tiba Tashima menghilang, terjawab sudah. Namun rasa lega setelah mengetahui keberadaan Tashima ternyata hanya sesaat, sebab detik berikutnya ia ikut panik mengetahui kabar Alex.

"Anak itu!" desisnya sambil merebut Raka dari ayahnya dan berjalan beriringan menuju basemen.

"Ayahh? Om Alek sakit?" tanya Raka dengan sendu, anak kecil itu bahkan ikut merasakan kekhawatiran orang-orang di sekitar.

Memasang senyum di wajah, Gerald mengelus rambut Raka dengan lembut. "Nggak papa, om Alex udah dirawat sama dokter."

"Telus Mama?" Kepala Raka celingak-celinguk mencari keberadaan Tashima, sejak kemarin ia terus diberitahukan oleh Alex dan kakeknya bahwa ia harus menjaga Tahsima karena sekarang gadis yang sering ia panggil dengan sebutan kakak itu telah menjadi istri ayah dan mamanya.

Ada sesuatu yang kembali menggelitik dan menghangatkan hati Gerald bersama ketika Raka menyebutkan Tahsima dengan kata mama. Untuk pertama kalinya ia mendengar Raka menyebutkan kata mama.

"Mama ada sama Om. Kita ke sana sekalian kamu ketemu mama, ya?" Gerald mengecup kening Raka, dan kembali melanjutkan langkah yang tertahan karena terkejut.

"Oke papa."

••••

Tashima bernapas lega setelah keadaan Alex membaik setelah ditangani tenaga medis. Jangan tanyakan perasaan Tahsima sejak tadi, sebab ia hampir ikut pingsan melihat Alex yang sakit. Sepanjang hidup, ini pertama kalinya ia melihat pria yang selalu berlagak galak dan kuat itu terkapar lemah di pundaknya.

Tunggu saja sampai Alex sembuh, akan Tashima marahi habis-habisan karena memakan makanan terlarang itu. Padahal, sebelum-sebelumnya, Alex cukup selektif dalam memilih makanan, semua yang berbau seafood ia hindari, kenapa kali ini ia bisa kecolongan? Mana datangnya ke kamar Tahsima. Gadis itu kan ikut panik.

"Shimaa?"

Tashima mengedarkan padangan ketika namanya disebut. Itu suara Cinta, dan benar saja, Cinta, Kevin, Gerald dan Raka tengah memasuki UGD. Tadi, sebelum keluar dari hotel, Tashima meminta bantuan bagian resepsionis hotel untuk menghubungi Cinta dan Kevin bahwa Alex sedang sakit dan dilarikan ke rumah sakit. Untungnya dari pihak hotel siap membantu menyediakan mobil, sehingga tidak menghabiskan waktu di saat Alex merintih kesakitan.

"Mama!" Raka merentangkan tangan dan meminta Tahsima untuk menerima pelukannya.

Demi apapun. Tashima bergeming untuk sesaat mendengar kata mama. Ia memang tidak pernah melahirkan, namun kata itu seperti mantra sihir yang menguasai isi hati dan kepala gadis itu. Sebagai sosok yang kini hidup sebatang kara, dan telah lama ditinggal mati oleh orang tua, Tashima begitu terharu. Ketika dulu, tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan kakak, adik, anak, om, atau Tante, kini ia memiliki Raka yang memanggilnya mama.

Ya Tuhan, Tashima seperti memiliki harapan baru sekarang. Tanpa sadar, mata gadis itu berkaca-kaca, ia kemudian mengambil alih Raka dari Gerald.

"Raka sayang." Tashima mengelus punggung anaknya dengan penuh kasih sayang.

Raka memeluk erat tubuh Tahsima. Ia ikut tersenyum ketika ibu sambungnya itu mencium pipinya dengan gemas. "Om udah sembuh?"

"Belum sayang. Tapu om udah mendingan sekarang." Tashima kemudian mengalihkan fokusnya kepada Cinta dan Kevin. "Dokter udah kasih obat. Om dan Tante tenang aja."

"Kok, masih om dan Tante? Papa dan mama!" Sahut Kevin, sambil tersenyum tipis.

"Ah. Iya, maaf papa, agak lupa tadi." Tahsima menyengir kaku. Ia sedikit kesulitan mengganti kata sapaan kepada mereka, bagaimana pun, ia lebih lama memanggil mereka dengan sebutan om dan Tante.

Cinta yang sejak tadi berdiri di samping Alex, memperhatikan keadaan anaknya yang tertidur tidak berbicara sepata katapun. Alex memang anak kesayangan mamanya, apapun yang Alex mau adalah keharusan bagi Cinta. Kadang Tashima sedikit iri, namun ia menepis semua itu dan ikut berbahagia.

Membuang wajah ke samping, Tashima baru menyadari jika sejak tadi Gerald menatapnya tanpa henti, atau ia saja yang terlalu percaya diri? Mungkin poin terakhir yang paling benar. Untuk apa juga pria itu melihatnya terus? Seperti tidak pernah bertemu saja.

"Mas. Saya bawa Raka keluar dulu, ya. Di dalam terlalu lama nggak baik buat anak kecil." Tahsima kemudian membawa Raka keluar UGD.

Namun tidak disangka-sangka, ternyata Gerald mengikuti langkahnya dari belakang. Memperhatikan setiap gerak-gerik Tahsima bersama Raka yang sangat hati bergetar. Mereka memang cocok. Tatapan Tashima yang hangat, dibalas dengan Raka dengan tak kala hangatnya. Kadang mereka tertawa, kadang Tashima berpura-pura kesakitan ketika Raka menarik rambutnya.

Hingga, Raka terlihat kehadiran Gerald, ia menunjuk ke arah ayahnya, memberikan informasi kepada Tahsima dan gadis itu berbalik badan.

"Eh, mas? Udah dari tadi di sana?"

Sudah ketahuan memperhatikan, tidak mungkin Gerald berlagak omong kosong dengan alasan baru datang. Ia mengangguk kecil dan berjalan mendekati mereka.

"Tadi mau nimbrung, tapi kalian serius banget mainnya," sahut Gerald.

"Maaf, mas."

"Papa, Mama!" Raka menyahut seru, sambil menunjuk berulang-ulang secara bergantian Gerald sebagai papa, dan Tahsima untuk mama.

Gerald melirik Tashima, bertepatan dengan gadis itu yang juga secara diam mengangkat kepala dan melihat Gerald yang menjulang tinggi. Keduanya saling bertukar pandang untuk sesaat di bawa pohon beringin, dengan celotehan Raka yang belum jelas.

Entah refleks dari mana, Gerald mengangkat tangannya dan menyapu kepala Tashima dengan lembut. Ia gadis baik, cantik walaupun terkadang pecicilan, ia mandiri, sangat. Hidup tanpa orang terkasih bukanlah hal yang muda, pasti berat dan menyesakkan dada. Maka, ini bisa disebut sebagai alasan atau bukan, yang jelas Gerald ingin melindungi Tashima. Bahkan, sejujurnya, perasaan ini telah ada sejak lama, hanya ia saja yang belum menyadarinya atau tertutup dengan anggapan adik yang ia sematkan kepadanya.

To be Continued

Tiba-tiba Menikah [Duda Dan Si Gadis] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang