'kebenaran'3 November
Terhitung sudah 2 hari jimin dan sang ayah meninggalkan kota kelahiran dengan tujuan membenahi hidup mereka menjadi lebih baik. Dan cukup banyak pula waktu yang dihabiskan anak dan ayahnya selama ada dikota tempat tinggal baru mereka, seperti saat ini, apa yang jimin inginkan benar-benar diwujudkan oleh sang ayah.
Mereka menghabiskan waktu seharian bersama ditaman dengan menikmati se-cone es krim, lebih tepatnya hanya jimin yang memakannya sang ayah hanya memperhatikan. Namun setelah es krimnya habis jimin meminta pulang karena ia sudah mulai merasa kelelahan karena terlalu banyak beraktivitas seharian, hanya saja ia tak mengatakan nya pada sang ayah kalau ia sangat lelah. Perlu diingat kalau 4 hari yang lalu ia baru saja pulang dari rumah sakit, sementara kemarin lusa ia baru saja melakukan perjalanan jauh sampai kekota ini, tentu itu menguras banyak energi nya yang memang sudah tak sebanding dengan orang-orang yang sehat.
Jimin akhir-akhir ini memang sering kelelahan tanpa sebab, jongmin sungguh dibuat cemas karena nya. Tetapi disisi lain jongmin akan rela bahkan bersedia melakukan apapun keinginan anak itu asalkan jimin bisa melupakan semua hal buruk yang pernah terjadi dihidupnya. Meski terbesit rasa khawatir saat melihat anak itu aktif kesana kemari, namun melihat lagi arah pancaran mata bulan sabit putranya membuat jongmin sadar bahwa ia tak pernah melihat jimin seceria itu saat bersama dengan nya, hal itu mampu membuat jongmin mengukir senyuman saat mengamati putranya, ia semakin berkeinginan membuat putranya bahagia seutuhnya, ia akan berusaha untuk mewujudkan apapun permintaan anak itu selagi ia bisa memberikan nya.
"Jimin-ah, Mau appa gendong atau jalan sendiri, heum?"
"Aku ingin jalan sendiri saja appa, nanti appa keberatan"
"memang sejak kapan kau berat. Appa rasa semakin hari tubuh mu itu semakin kurus dan kecil saja, tidak berat sama sekali" ujar sang ayah terkekeh mendengar alasan klasik putranya itu.
"Kemari, biarkan appa menggendong mu" jimin mendekat dan bersiap naik kebelakang punggung sang ayah, usai naik jimin menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah, menikmati kenyamanan punggung tegap pria tangguh didekapannya itu.
"Gomawo, appa"
"Tidak, maafkan appa. Appa hanya bisa memberikan hal sederhana ini untukmu "
"Appa sudah memberikan semuanya untuk ku bahkan lebih, aku sangat bahagia hari ini bisa menghabiskan waktu seharian bersama appa, pokoknya hari ini aku bahagia sekali "
"Bahagia jimin, bahagia appa juga" ujar jongmin dengan senyum bulan sabit mirip seperti milik putranya.
Jimin ikut tersenyum manis sebelum menelungkup kan kepala nya diatas pundak sang ayah, mencari sensasi nyaman dari punggung yang selama ini memikul begitu banyak beban dan tanggung jawab yang begitu besar. Peran ayah bagi nya adalah sosok yang selalu ia gambarkan sebagai seorang pahlawan kendati pun pahlawan itu juga pernah menorehkan luka yang masih terasa membekas sampai sekarang.
Namun nyatanya kisah hidupnya tidak akan pernah lengkap tanpa figur pria itu. Selama ini ia memang tak pernah sedekat ini dengan sang ayah semenjak ia tahu bahwa ayahnya ingin menikahi wooji. selama hampir belasan tahun ini beliau lebih sering menghabiskan separuh hidupnya dengan bekerja, ya semacam workaholic. Namun sekarang tidak lagi karena keadaan berhasil mengubah segalanya menjadi 180 derajat lebih sederhana dari kehidupan mereka sebelumnya.
"Cha, pegangan yang erat, pesawat akan segera terbang.. " Sang ayah mulai sedikit bermain-main untuk menghilangkan kejenuhan putranya. Jimin yang melihat tingkah ayahnya mulai terkekeh geli, hal itu mulai menyadarkan dirinya bahwa sebesar apapun ia tumbuh ia akan tetap jadi bayi bagi ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Hope In Winter ✔️
Teen Fictionᴘᴇʀsɪᴛᴇʀᴜᴀɴ ᴇᴏᴍᴍᴀ ᴅᴀɴ ᴀᴘᴘᴀ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴛɪᴛɪᴋ ᴛᴜᴍʙᴜʜɴʏᴀ ᴘᴇʀᴘᴇᴄᴀʜᴀɴ ᴅɪ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ ᴋᴜ. ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇᴛᴀᴘ ᴛɪɴɢɢᴀʟ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ɴʏᴀᴛᴀɴʏᴀ, sᴇᴍᴜᴀ ᴏʀᴀɴɢ ɪɴɢɪɴ ᴘᴇʀɢɪ. ᴘᴇʀɢɪ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴋᴜ sᴇᴏʀᴀɴɢ ᴅɪʀɪ. sᴜʟɪᴛ ᴋᴜ ᴘᴇʀᴄᴀʏᴀ ʙᴀʜᴡᴀ ʀᴜᴍᴀʜ ᴋᴜ ʏᴀɴɢ ᴅᴜʟᴜ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ʟɪᴍᴀ ᴘɪʟᴀʀ ʏᴀ...