44 : flashback《7》

288 24 4
                                    


⚠️ Perhatian chapter lebih panjang...

.

.

'tiada hal yang berarti selain menerima cinta'

9 Agustus 1996

1 tahun berlalu, seonhee masih dalam keteguhan nya. ia masih enggan menyentuh putra bungsunya terlebih memberikan kasih sayang kepadanya. Bayi mungil itu tumbuh dan berkembang tanpa campur tangan sang ibu, ia baru bisa belajar merangkak dan sudah sedikit mengenal benda-benda dan itu dari bantuan sang ayah dan nenek.

1 tahun dia tumbuh dan dia hanya akan mendapatkan kasih sayang hanya saat ayah dan nenek nya ada dirumah, akan tetapi dua sosok yang selalu menemani nya itu tidak bisa selalu ada disisinya, terkadang sang ayah terlalu dituntut oleh pekerjaan yang membuat nya lebih sering meninggalkan si kecil bersama sang ibu dirumah. Seonhee tidak perlu ditanya, dia tidak pernah mau mengurusi putra bungsunya. Itu membuat sang nenek yang harus turun tangan untuk merawat si bungsu.

Terlihat jimin tengah asik bermain sendirian diatas karpet ruang tv, mainannya yang sangat banyak itu berceceran kemana-mana, bayi mungil itu tengah asik dengan dunianya tanpa peduli rasa sepi yang menemani disetiap hari. Saat tengah sibuk memainkan mobil mainan kesukaannya, manik bola kecil bocah itu menelisik setiap sudut mencari pacifier nya yang tak kunjung ia temukan.

"Ba~ ba~"

Mulutnya terasa kosong dan ingin menggigit sesuatu. manik amber milik si kecil tidak sengaja melihat benda kecil berbentuk kotak, ia membungkuk mengambil mainan lego yang berada tak jauh dari tempat dirinya berada, bayi bulat yang baru belajar berjalan itu akhirnya mendapatkan balok lego yang tadi terpental jauh dari karpet, namun ia yang tak tau apapun dengan innosen memasukkan balok lego itu kedalam mulut mungilnya mengira kalau itu mungkin permen.

Sang nenek datang tergopoh setelah menjatuhkan tasnya begitu saja disembarang tempat, ia mengangkat tubuh kecil cucunya.

"Astaga, keluarkan.. cepat keluarkan!" ujar sang nenek segera membuka paksa mulut jimin untuk mengeluarkan kembali benda kecil yang hampir ditelan anak itu. Setelah berhasil mengeluarkan benda tersebut, Bocah mungil itu mulai menangis kencang mengira kalau sang nenek telah mengambil permen dari nya.

Seonhee tiba-tiba keluar dari kamar setelah menidurkan yoongi yang sedang demam dari kemarin. Namun seonhee tampak tak peduli dengan presensi salah satu putranya yang tengah menangis kencang digendongan sang ibu.

"Eomma disini, Sejak kapan?"

"Sejak putramu hampir celaka!" ujar sang nyonya kim dengan kekesalan tiada tara, masih menimang si bayi yang mulai rewel.

"Dari mana saja kau?! Dasar ibu tidak becus, bisa-bisanya kau membiarkan jimin bermain sendirian dengan pintu rumah yang terbuka sedangkan kau enak-enakkan tidur didalam kamar!" Ujar nyonya kim dengan amarah yang hampir membludak

"Eomma pikir aku hanya berleha-leha didalam kamar. Aku sedang merawat yoongi, dia demam, eomma juga tahu itu kan?"

"Aku tahu kau sedang sibuk merawat yoongi, tapi sisihkan juga waktu mu untuk anak mu yang lain, kau ibu dua anak, seonhee-ah. Jimin juga putramu kau juga harus memperhatikan dia" bagaimana mungkin ia tidak kecewa dengan perlakuan putri nya, anak tak berdosa harus menanggung kebencian yang tak seharusnya dia dapatkan dari sosok ibu.

A Hope In Winter ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang