41 : let it go

388 38 4
                                    

'Who will go'

.

.

Sret

Bunyi decitan pintu yang bergeser mengambil atensi pemuda yang masih terjaga disamping ranjang pasien itu menoleh. Seokjin menatap pada remaja berkisar lima tahun dibawahnya yang berdiri diam diambang pintu.

"Kau dari mana?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang lebih tua, si pelaku hanya terdiam dengan kepala tertunduk. dari awal masuk raut wajah anak itu terlihat murung dan tampak sedang kehilangan suasana hati.

"Maafkan aku, aku seharusnya tidak meninggalkan jimin hyung begitu saja"

"Kau baru saja meninggalkan nya?" Seokjin saja baru tahu.

Jungkook hanya tertunduk dalam.

"Kau tahu setelah kau meninggalkan nya aku justru menemukan jimin bersama seorang dokter dikoridor, katanya dia berjalan-jalan sendirian dan aku langsung diminta untuk menjaganya dengan baik agar kejadian itu tidak terulang lagi"

"Maafkan aku, tadi aku ada urusan dengan taehyungie hyung, aku tidak tahu kejadian nya akan begitu hyung, ini salah ku"

Terlihat masih ada jejak air mata yang kering dipelupuk mata jungkook. Ini mungkin bukan sepenuhnya salah jungkook, ini kesalahan mereka semua karena membiarkan jimin tanpa seseorang disisinya pada saat dia hanya dapat berbaring diranjang pasien. Selama ini mereka selalu berusaha tetap peduli namun nyatanya abai saat dibutuhkan.

"Ini juga salahku karena baru bisa menjenguk sekarang" seokjin juga jadi merasa bersalah.

"Setelah bicara dengan taehyung kau kemana? Tidak mungkin kalian menghabiskan waktu berjam-jam, kan, ini juga sudah malam"

"Aku pergi kekantor polisi" kepala yang tertunduk itu mendongak menatap seokjin.

"Aku sudah dengar berita nya, hyung. Jadi itu benar ya, appa akan dihukum mati"

Pemuda berbahu lebar itu hanya diam membisu.

"Hyung, apa yang bisa kulakukan sekarang. Apa ini sudah benar-benar berakhir?"

Seokjin terdiam, ia tahu memang sudah sangat terlambat untuk bertindak, karena pengadilan sudah menentukan hukuman yang menurut para saksi setimbal dengan apa yang ditudingkan. Entah bisa dikatakan setimpal atau tidak, sebab disini tidak hanya wooji yang berakhir mengenaskan⎯⎯ justru dia adalah sumber dari semua permasalahan yang terjadi.

"Maaf, Kita sudah tidak bisa berbuat apapun, jungkook-ah "

Remaja yang sedang mengeyam pendidikan dibangku SMP itu kembali menjatuhkan liquid bening yang mengenang dipelupuk matanya, seakan belum puas menangis saat menghadap ayahnya yang mungkin akan menjadi pertemuan kedua dan terakhir. seokjin lekas mendekat dan membawa remaja itu kerengkuhan hangat dalam dekapnya.

"Semua akan baik-baik saja"

"Tidak ada yang baik-baik saja. Semuanya sudah hancur, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Aku akan kehilangan seseorang yang sangat berharga bagaimana mungkin kau meminta ku untuk berpikir semua akan baik-baik saja"

Seokjin mengusap surai adik temannya itu, meski keduanya sudah saling mengenal, rasanya seokjin masih agak canggung ketika mengusap helai surai bocah SMP ini. ia tidak pernah membayangkan akan sedekat ini dengan jungkook, terlebih sampai meminjamkan bahu untuk jungkook yang sedang butuh teman berkeluh.

Saat dirasa mulai tenang anak itu melepaskan dekapannya dengan seokjin, lalu memandang hyung nya yang masih tertidur damai diranjang pasien.

"Biar aku yang menjaga jimin hyung. Kau temui yoongi hyung saja"

A Hope In Winter ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang