mr. top student ga sepinter yang dikira

88 9 1
                                    

"mana gua ga dibolehin nonjok cowoknya,"

"pfft."

gua spontan noleh ke shirabu yang bahkan ga keliatan berusaha nyembunyiin ketawanya. "what."

"you know what's funny? ga perduli seberapa lu anjing anjingin adek lu, rasa sayang dan khawatir lu sama dia tetep aja keliatan."

"..i mean, thats how sibling relationship works."

"indeed. tapi di kasus ini keliatannya lu ga perduli seberapa banyak uang yang dia curi dari tabungan lu sama dia, dan dari cerita tadi lu malah keliatan ngebiarin dia ngambil karena dia keliatan happy pas make uangnya. what a sweet yet dumb brother."

i- "oke emang bener gua ngebiarin dia ngambil uangnya, karena waktu itu dia ngambilnya pun masih tau diri dan pake otak. yang gua ga suka kenapa dia bohong mau pake uang itu buat trip sama temen temennya, eh tau taunya ke villa bareng pacarnya. dan tadi, tu anak mau ngelakuin kesalahan yang sama,"

"mhm mhm. lu marahin?"

"i-iya, gua bentak."

"heh. ga terdengar meyakinkan."

"lu tau shira? kayaknya emang salah gua dari awal buat cerita sama lu."

"senang mengobrol dengan anda juga."

-

"hmpf."

mentang mentang balkonnya lumayan tinggi, semi ngelipet tangannya dan ngubur mukanya di situ. don't blame me now, i can't help it when he uses that face. apalagi tadi pas cerita pipinya udah mirip pipi tupai. makin aja gue gangguin biar wajah itu ga ilang.

tapi mungkin gue kelewat batas.

sigh

"gue lega karena lu masih bisa ngeladenin gue, 'oh berarti lu gapapa' gue pikir gitu. tapi gue hargain lu mau ngeluapin masalah lu ke gue. i'm sorry if i went too far, i guess."

"..."

"and no doubt your sister is lucky to have you as her brother."

"...and where do you think your hand is going?"

tangan gue yang hampir nyentuh kepalanya tiba tiba berhenti. tapi lanjut ngelakuin misi utama lagi setelah ngeliat tatapan mata semi yang ga usah ditanya senyebelin apa.

"ngajarin lu cara head patting yang baik dan benar, mungkin?"

ga deng, rambut jeleknya itu gue acak. sampe wajahnya nongol lagi.

"oh," respon singkatnya.

"ngerti? coba praktekin,-" gue keselek ludah sendiri pas dia megang kepalanya dan setelah itu natap tangannya sendiri, terang terangan ngeluarin ekspresi puasnya di depan gue. sebelum ngelirik,

"mau banget gua praktekin?"

tanpa urat malu bilang gitu dengan wajah setengah warna tomat. najis siapa juga yang mau head patnya.

dia ngehela napas.

"you suck at apologizing, sama sekali ga bisa dijadiin temen curhat, dan banyaknya hal lain yang ngebuat gua sadar 'oh pantesan ni anak gada yang nemenin'."

"eh ada ya yang nemenin gue-"

"gua selalu pengen nanya ke adek gua kenapa dia suka sama cowok yang jauh dari kata idaman, tapi sekarang gua gada muka buat ngomong itu."

"maybe you're just one of those protective brother- wait what?"

"you heard me, shirabu. i like-"

"SORRY BANGET NIH GANGGU MOMENNYA, ABANG ABANG."

gatau cara kerja volume suara, ga perlu gue kasih tau lagi kan siapa yang mendadak muncul.

"oh hai bubu. pinjem seminya bentar ya,"

tendou ngerangkul pundak semi dan bisikkin sesuatu di kupingnya. kedengeran? oh jelas. ditambah reaksi semi yang spontan noleh ke parkiran tempat karaoke ini.

dan saat gue liat lebih teliti, i know what they mean.

"who the hell invites him?" tanya tendou kali ini pake suara normal yang otomatis kedengeran jelas.

hayato.

"oh- sorry?"

tendou menarik rambut merahnya dengan dramatis ke atas, "lu yang ngajak?"

"sekedar basa basi sih, dia juga bilangnya tadi ada urusan. mungkin urusannya dah selesai?"

"aaaa shirabu, gua dah capek jinakkin singa masa nanti ganas lagi,"

"hah?"

"hah?" semi ngulang reaksi gue, tapi dengan ekspresinya yang punya arti yang sama sekali berbeda.

gue yang niatnya mau ngambil tas dari lantai langsung ga jadi dan natap cowok di sebelah tendou.

"bukannya gue dah bilang kalo gue abis kerkom."

dan mendadak tas gue ilang dari tempatnya. "right."

that was a lie. gue jelas jelas liat dia ngelewatin gue, dan ngomong sesuatu pas posisi wajah kita pas pasan. "tapi lu? ngajak orang?"

"lu ga ngerti arti basa basi dan itu keliatan."

"memang."

gue tarik tas gue yang ada di tangannya.

"seriously what's so wrong with- emang ngajak dia sefatal itu apa?"

"...pfft."

"??"

"got you." ekspresi semi seketika balik lagi ke yang semula. gue terlalu sibuk mikirin what the fuck just happened dan kenapa sifatnya bisa berubah secepat itu, buat sadar tangannya yang ngelepas tangan gue dari tas gue dan caranya yang enteng ngegendong tasnya seakan itu milik dia.

"it's no big deal actually, taichi dah sering ngamuk dan malam ini kita cuma terpaksa ngeliat pemandangan itu sekali lagi."

setelah itu gue baru tau cerita tentang taichi (orang yang kemungkinan besar ngasih judul ini chapter) dan kesialannya hari ini, serta kenapa sebisa mungkin dia ga boleh berhadapan dengan hayato untuk sekarang.

well obviously, too late.

"eh tapi ini lantai tiga jadi mungkin gua masih bisa ngestop dia-"

"telat. anaknya dah di sini,"

gue agak jinjit karena tubuh besar tendou yang ngehalangin, dan bener kata semi. hayato di ujung lorong. kita sempet kontak mata. dan dia ngelambai.

seinget gue gue hampir ngelambai balik sampe semi dengan akhlaknya yang pastinya masih ada di dirinya nyubit pinggang gue. ngebuat gue yang masih jinjit reflek ngegenggam semi buat support keseimbangan.

can someone give me clue of what the actually fuck is wrong with him.

greysam - semishiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang