11

2.6K 450 13
                                    

"Dia menemuimu?"

Medina mengangguk. Kedatangan mami ke kamarnya untuk menanyakan seorang lelaki yang mengenakan kemeja flanel biru dongker yang tak lain adalah Kabiru.

"Dia hanya bertanya namaku."

Wajah mami murung. Apa yang harus dilakukannya pada wanita muda itu? Menyuruhnya pergi sama saja menyerahkan Medina pada kekejaman ibu kota.

"Kamu mau pindah dari sini?"

Mengerjap, Medina lantas menulis jawabannya. "Aku membuat kesalahan?"

Mami menggeleng. "Mami takut terjadi apa-apa sama kamu."

Medina mengerti. "Aku bisa jaga diri."

Dengan cara apa? Karena mami tahu jika Kabiru sangat menginginkan Medina.

"Jika ada yang mengajakmu menikah, kamu mau?"

Lagi, Medina dibuat bingung. Kenapa tiba-tiba mami kelihatan takut? "Aku tidak tahu." banyak pertimbangan, dan Medina tidak bisa mengatakannya pada mami.

Dan mami menarik nafas panjang. Wanita itu mengenal baik sosok seperti apa Kabiru. Laki-laki itu pasti akan mendapatkan Medina ada atau tanpa perlawanan. Melihat Medina, kepercayaan diri mami seketika surut. Saat mengajak Medina ke tempatnya, mami melupakan seseorang yang tak lain adalah Kabiru. Niatnya menolong dan tidak menyangka mata elang Kabiru bisa menangkap sosok Medina.

Sebelum Kabiru kembali dari pekerjaannya, mami harus mencari cara. 

"Mami mengkhawatirkan keamananmu."

Medina bingung, apakah sesuatu yang besar akan dihadapinya? "Aku akan menjaga diri." 

Bisa dilihat mami keyakinan Medina, namun mami tidak ingin menyampaikan keraguannya.

"Jika menyangkut laki-laki manapun, aku tidak takut." apakah Medina harus mengatakan keadaan yang sebenarnya? Lagi, Medina menampakkan note kecilnya. "Mami tenang saja." dan tiba-tiba, tubuh kurus Medina memeluk mami. Apapun yang masih samar, bagi Medina mami adalah penyelamatnya.

Terharu, tentu. Mami pernah di posisi Medina hingga seseorang menjadikan dirihya bisa bangun dan hidup layak seperti saat ini. Mami tahu betul bagaimana perasaan Medina saat ini.

"Tentang menikah, aku akan melakukannya ketika menemukan lelaki yang benar-benar menginginkanku," tulis Medina lagi.

"Termasuk laki-laki yang menanyakan namamu itu?"

Medina tersentak. Mulutnya kaku.

"Dia menginginkanmu." mami berterus terang. "Mami mengenalnya dengan baik."

"Dia baru tahu namaku." Medina masih tertegun.

"Dia sudah menyukaimu sebelum tahu nama."

Tidak bisa dipercaya. Laki-laki itu menyukainya? Dari penampilannya saja sosok laki-laki itu tidak pantas untuknya. Medina yang polos, buta pada parasnya. Sederhananya, Medina menganggap dirinya tak lebih fakir miskin yang lusuh. Medina tidak pernah bercermin seperti wanita pada umumnya. Saat mata itu melihat pantulan diri dicermin maka masa depan suram terlihat. Karena itu, cermin bukan teman dekatnya.

Jika benar seperti kata mami, "Aku akan memikirkannya." Medina akan mengatakan pada Kabiru jika dirinya bukan wanita baik-baik, Medina yakin laki-laki itu akan mundur.

Medina tidak pintar menilai orang. Selama ini ia hanya tahu neneknya dan tidak terlalu memperhatikan tetangganya. Begitu polos Medina, hingga anak kepala desa bisa merenggut kehormatannya.

Ketika mami keluar dari kamarnya, Medina mendekati cermin dan memberanikan diri melihat pantulan dirinya.

Masih sama. Wajah cantik dengan pesona kuat sebagai seorang wanita tidak terlihat di matanya. Selingan masa depan yang dipercaya logika dan diyakini hatinya, itu yang dilihat Medina. Seseorang menyukainya, itu bukan kabar baik. Terserah apa yang membuat lelaki itu menyukainya, karena Medina tidak melihat kelebihan pada dirinya. Jika kekurangan, bisa ditulis satu persatu oleh Medina.

Siapa yang tidak bisa merincikan wanita lusuh sepertinya?

Sekalipun di desa hubungannya dengan tetangga baik-baik saja, Medina tidak memiliki teman. Karena keterbatasannya, Medina merasa minder. Alhasil, wanita itu sering memendam perasaannya sendiri. Termasuk ketika Raffi memperkosanya. 

Setelah kejadian di malam kepergiannya dari desa, Medina semakin yakin jika mata manusia selalu memandang hina dan rendah orang sepertinya tanpa perlu mempertimbangkan permasalahannya.

******

"Kamu pasti tahu kualitasnya."

Pagi itu, Medina baru bangun dari tidurnya dan terkejut melihat lelaki yang seminggu lalu dilihatnya. Dari mana lelaki itu masuk?

"Kamu akan percaya setelah menggunakannya."

Dua buah tas kertas yang cukup asing di mata Medina diletakkan di kaki Medina yang masih terbungkus selimut.

Medina bangun ketika melihat pergerakan Kabiru. "Di sini saja." Kabiru menahan Medina dalam dekapannya. Sontak saja Medina meronta melepaskan diri. Apakah semua lelaki kurang ajar?

"Tidak perlu menulis jawabanmu, karena saya tidak akan bertanya apapun."

Tubuh kurus Medina terperangkap dalam pelukan Kabiru.

"Saya baru mendarat dan langsung ke sini," kata Kabiru sedang Medina terus berusaha melepaskan diri. "Temani saya tidur." karena sejak dalam perjalanan pulang, Kabiru tidak tidur. Wajah Medina selalu membayangi dirinya.

Sengaja tidak membawa mobil, memilih menggunakan taksi agar mami tidak tahu kedatangannya. Jatah satu bulan, dipersingkat Kabiru. Rindunya pada wanita bernama Medina tidak bisa dibendung.

Seperti yang diinginkan Kabiru, mata lelah itu melihat Medina. Jika beberapa jam yang lalu hanya menjadi bayangan, maka detik ini wanita itu sudah didekapnya.

Dengan tubuh Medina dalam dekapannya, Kabiru tidur. Dan isak tangis dalam diam seorang wanita tidak diketahuinya. 

Semurah inikah dirinya? Apakah itu juga yang terbersit di benak Raffi sehingga berani melakukan hal keji itu? Apakah raut wajahnya sudah ber-stempelkan harga diri yang murah?

Adakah hal yang lebih dipentingkan oleh  seorang wanita selain dihargai marwahnya? 

Jika benar, kenapa masih ada wanita yang sampai detik ini menjajakan tubuh pada lelaki tanpa menjunjung nilai marwah? Apa yang dikejar? Rupiah atau dolar?

Aku tidak bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang