12

2.3K 424 8
                                    

Ketegangan sedang terjadi di kamar Medina. Antara mami dan Kabiru tidak ada yang mau mengalah sedang Medina tidak tahu cara melerai keduanya.

"Aku menikahinya," kata Kabiru. Menjelaskan keberadaannya di kamar Medina, laki-laki itu harus menelan ucapan pedas dari mami.

"Dia yatim piatu, Kabiru."

"Aku tidak menanyakan orang tuanya."

"Suatu saat kamu akan peduli dan melimpahkan padanya."

Yang diinginkan Kabiru adalah Medina, bukan orang tua wanita itu. "Rencanaku baik, kenapa tidak diterima saja?"

Bagaimana cara mami mengatakannya? "Medina belum ingin menikah."

"Dia hanya belum tahu rasanya," balas Kabiru dengan cepat. 

Di tempatnya Medina tertegun mendengar kalimat Kabiru. Laki-laki itu salah menempatkan niat. Kepada mami Medina sudah memberikan jawabannya.

"Mami tahu, aku tidak pernah menyentuh wanita di sini."

Ingin mami menampar Kabiru. Apa yang dikatakan Kabiru di depan Medina?

"Pikirkan lag---"

"Satu bulan seharusnya aku berada di sana, mami tahu kan?"

Benar. "Kalau berkenalan aku masih bisa mempertimbangkan, sedang menikah, kamu akan membawanya dan aku tidak akan tahu kabar Medina."

"Mami bisa menjenguknya." Kabiru tidak ingin berdebat lagi. Ditatapnya Medina, laki-laki itu berkata, "Kita akan menikah, dan segera bercumbu."

Mami tidak asing dengan kalimat itu, bagaimana dengan Medina? Apa yang dipikirkan wanita itu?

"Berikan dia waktu berpikir."

"Tiga hari." karena Kabiru telah menyiapkan semuanya. Medina hanya perlu mengangguk dan mereka akan bulan madu.

Kabiru tidak mengenal Medina. Nafsu yang membuat laki-laki itu ingin menikahinya. Dengan mata bukan hati Kabiru melihat Medina. Pesona Medina telah mempengaruhi kesadarannya.

"Tidak usah berpikir, karena saya akan mengajakmu ke surga paling indah."

Wajah ragu Medina, diabaikan Kabiru. "Kamu pasti menikmatinya."

Apakah tidak ada cara mencegah niat laki-laki itu?

Kepada mami, Medina menyerahkan note. "Aku tidak gadis lagi."

Mami sudah menduga, segera ia berikan note itu pada Kabiru.

Tidak butuh waktu lama, emosi Kabiru langsung terlihat. "Cara kamu menolak?"

Medina menggeleng. Dan mami semakin yakin pada dugaannya melihat raut Medina.

"Kamu akan membuktikan sekarang atau setelah menikah?"

Salah. Kabiru melontarkan tanya yang salah. "Saya telah jujur. Demi Tuhan. Anak kepala desa telah memperkosa saya."

Kabiru membanting note kecil Medina. "Kamu menutupinya dengan kecantikanmu?"

Siapa yang menutupi? Bukankah Medina sudah mengatakannya?

"Kalau begitu, kita menikah besok." Kabiru membanting pintu kamar Medina dari luar.

Memungut notes yang sedikit rusak, Medina menulis pikirannya. "Apakah aku harus kabur?"

Dan mami memeluk wanita muda itu. Finansial Kabiru tidak diragukan, tapi mami tidak bisa memastikan keberanian laki-laki itu dalam bersikap.

"Mami akan bicara dengannya."

Kepada mami, Medina menyerahkan urusannya. Medina percaya mami.

Kabiru belum pergi ketika mami keluar dari kamar Medina.

"Apa yang bisa kamu janjikan tentang Medina?"

Kabiru sedang marah. "Pantaskah jaminan untuk wanita seperti itu?"

"Tidak ada yang memaksamu menikahinya, jadi tidak ada hak kamu menghakimi."

Kabiru tersenyum sinis. "Kalau memang dia pelacur, kenapa harus di simpan?"

"Medina tidak seperti yang kamu sangkakan."

Kabiru tidak menerima ucapan mami. "Aku akan menikahinya." apapun yang terjadi lihat saja nanti.

"Setelah itu kamu akan memukulnya karena tidak sesuai ekspektasi? Atau kamu akan mengurung dan membuat jiwanya tergoncang?"

Kabiru menatap tajam manik mami. "Sepertinya mami lebih mengenalnya dibandingkan aku."

"Setidaknya aku pernah tahu caramu melampiaskan kecewa." walaupun bukan target yang disakiti, tapi wanita tahu rasa sakit jika berkenaan dengan hati.

"Salah sendiri. Pelacur haram punya perasaan."

Sampai di sini, mami tidak lagi mendebat. "Aku akan sering berkunjung." Kabiru tidak mendengar, dan tetap menikahi Madina.

Terlahir dalam keadaan seperti ini bukan pilihan Medina jika tidak ada yang menjanjikan masa kecil bahagia. Ditinggal sejak masih kecil, Medina harus bertahan hidup dan tahu kerja keras akan menghidupi. Saat sudah besar seperti ini, gemilang seolah enggan menyapa. Malah hal fatal tentang harga diri telah direnggut, kini datang lagi ancaman baru. Apakah hidupnya harus dikelilingi masalah?

Kembali ke kamar Medina, mami bertanya. "Apakah kamu punya tujuan lain jika tidak mau menikah?"

Medina menggeleng. Mami adalah harapan terbesar bagi Medina sejak pertama kali wanita itu menawarkan kenyamanan. Medina tahu diri, ingin meminta jaminan pada mami membuatnya ragu.

"Maafkan Mami." mami memeluk Medina. Keinginan Kabiru sudah final, mami tidak bisa membantu Medina. Merasa tidak berguna, mami mengatakan, "Jika terjadi apa-apa, hubungi Mami. Tempat ini terbuka untukmu."

Medina mengangguk. Ia tidak menangis. Nasib hari ini pernah dilihat dari pantulan diri di cermin. Setelah Raffi, mungkin kelanjutan praharanya adalah Kabiru.

"Mami hanya bisa membantumu sampai di sini." tak pernah disangka olehnya jika Kabiru akan jatuh pada pesona Medina.

Medina bersyukur, karena mami pernah menjadi orang penting dalam hidupnya. Sekalipun memaksanya, Medina tahu mami tidak bisa membantu.

Medina tidak tahu sehebat apa kuasa Kabiru, namun sedikitnya wanita itu merasakan beban besar akan segera menyapa.

Ada proses yang akan dijalani Medina. 

Dalam benak melintas tanya, apakah hanya orang-orang berkuasa yang terlibat dalam hidupnya? Jika benar, selamanya Medina terkungkung dalam ketidakberdayaan. 

Terlepas dari Raffi, sekarang Kabiru. 

"Mami tidak tahu, apakah dia orang baik?"

Mendapat pertanyaan seperti itu, sulit untuk dijawab oleh mami. Baikkah lelaki itu, apalagi setelah tahu keadaan Medina yang tak gadis lagi? Enggan, karena mami takut Medina menggantung harap pada lelaki itu.

"Harap Mami, semoga kamu bahagia. Kapanpun, Tuhan menjagamu."

Mami pasrah, Medina apalagi.

Aku tidak bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang