14

4.2K 436 24
                                    

Medina tahu Kabiru seorang pengusaha, tapi ia tidak perlu tahu sedetail mungkin. Keberadaannya di sini karena laki-laki itu, pernikahan yang tidak dijalankan sesuai dengan norma kewajaran. Kata-kata sadis dan penghinaan diterima Medina. Sakit hati tentu, tapi wanita itu tidak melakukan apa-apa.

Hari ini tepat satu bulan Medina menjadi istri Kabiru. Tidak ada yang berubah, selain Kabiru tidak ada di tempat. Tanggung jawabnya dalam pekerjaan mengharuskan laki-laki itu pergi ke luar negeri. Karena perintah, Medina tidak bisa berinteraksi dengan pelayan di rumah besar itu. Semua perlengkapan disediakan tanpa harus meminta. Kabiru telah menyiapkan semuanya.

Pintu kamar Medina diketuk oleh seorang pelayan. Ketika membuka pintu, Medina menerima secarik kertas. Mengangguk setelah tahu apa yang tertulis dalam kertas itu.

Kali pertama setelah satu bulan, Medina akan bersiap. Membuka lemari ia mengambil salah satu pakaian yang dibeli oleh Kabiru. Tampil cantik dan tidak memalukan, orang tuaku akan tiba beberapa jam lagi. Begitu isi tulisan pada secarik kertas tadi.

Medina tidak tahu berdandan dengan betul. Jadi, bedak dan lipstik, dua benda itu yang dipakainya. Hanya sebentar, karena cermin salah satu benda yang dihindarinya. Setelah dirasa selesai, Medina keluar. Dua orang wanita tidak dikenalnya melihatnya dengan tatapan menggelikan.

"Aku pikir dia melakukannya," kata wanita yang berambut blonde.

"Kita selesaikan sekarang, suaminya spesies gila."

Medina tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh dua orang itu. Tapi, ia kembali masuk ke kamarnya saat dua wanita itu memaksa.

Di depan cermin, Medina harus duduk. Tidak lama Medina paham kenapa mereka memaksanya masuk. Memejamkan mata, Medina membiarkan wanita itu merias dirinya.

"Seperti ini?"

Medina tidak tahu dengan siapa wanita itu berbicara, ia mendengar tanda panggilan video call.

"Lima belas menit lagi aku tiba."

Seketika mata Medina terbuka. Itu suara Kabiru. Kenapa laki-laki cepat sekali pulang?

"Oke."

Panggilan diputuskan.

"Kami bisa melihat gaun yang lain?"

Medina mengangguk, bangun dari bangku ia menuju ke lemari besar dan membuka untuk mereka.

"Yang ini saja."

Terlalu terbuka. Medina tidak percaya diri mengenakannya, apalagi akan bertemu dengan orang tua Kabiru. Bagaimana cara menolak? Masuk ke kamar mandi, Medina tak percaya melihat pantulan tubuhnya di cermin. Punggung terbuka, belahan dada dan paha. Medina menarik napas dalam, apakah Kabiru ingin mengenalkannya sebagai pelacur?

........

Aku tidak bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang