16

755 97 7
                                    

 Penetrasi kasar begitu kata dokter dan menyarankan agar tidak berhubungan dulu sampai keadaan Medina membaik karena jika terkena dinding rahim akan lebih berbahaya. Saran lain juga disampaikan dokter untuk Kabiru salah satunya jangan terburu-buru saat berhubungan sangat lebih baik jika fore play dulu sebelum berhubungan.

Karena sungkan dokter tidak mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan ada hentakan keras bukan cuma kali ini tapi beberapa kali hingga terjadinya perdarahan.

Dia tidak gadis lagi dan ini bukan pertama kalinya Medina berhubungan intim, jadi bisa dikatakan ini bukan salahnya kan?

Tidak mungkin yang menjaga Medina karena itu Kabiru pengawal dan dua orang pelayan menjaga Medina. Masih banyak pekerjaan penting lain ketimbang mengurusnya sama sekali Kabiru tidak merasa bersalah atas keadaan Medina.

Wanita itu telah membuatnya marah, harga diri yang begitu murah tapi bisa memikatnya. 

Ketika membuka mata Medina merasa kepalanya masih pusing, melihat ke samping kanan sebuah sebuah botol infus menggantung. Laki-laki itu membawanya ke rumah sakit?

"Ibu sudah sadar?" 

Medina tidak bisa tersenyum, sakit di bagian inti sudah mulai berkurang karena obat sudah bereaksi tapi hatinya masih terasa sakit.

Pelayan yang ditugaskan oleh Kabiru tampak siaga, kedua pelayan tersebut akan mengurusnya dengan baik seperti titah tuannya.

Medina tidak akan meminta andai saja bisa bergerak sendiri tapi saat ini dia masih terlalu lemah jadi hanya bisa menunjuk jarinya ke arah botol air mineral.

Bibir dan kerongkongannya kering tapi perutnya tidak terasa lapar. Kejadian tadi malam paling mengerikan setelah peristiwa di kampung. 

Apakah orang sepertinya pantas mendapat perlakuan seperti ini, dia yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua tidak juga merasakan bagaimana layaknya sebuah hidup.

"Ibu mau makan?"

Medina menggeleng.

Sampai kapan dia akan berada di sini, jika mengiba maukah Kabiru melepaskannya? Ia tidak tahu bisakah bertahan jika kembali mengalami penyiksaan itu?

Medina tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup damai dan nyaman, dia pikir bertemu mami adalah awal dari hidupnya yang baru kenyataannya wanita itu kembali ke lubang yang sama namun dengan penderitaan yang lebih sadis. Bukan menyalahkan mami sudah nasib badan hidupnya seperti ini.

Matanya kembali terpejam, kedua pelayan saling menatap mereka kasihan melihat keadaan Medina. Wanita itu tidak bisa bicara, dia juga belum memiliki tenaga untuk menuliskan jawabannya pada note kecil yang tergeletak di nakas.

Terbuka atau tidak matanya ia tidak akan pernah melihat masa depan cerah, ia juga tidak berani berangan-angan. 

"Dia belum bangun?"

"Sudah, baru tidur lagi. Sepertinya masih lemah."

Pekerjaannya memang sangat penting dibandingkan wanita itu tapi ia tidak tahu kenapa Kabiru kembali ke rumah sakit padahal belum lama dia di kantor.

Kabiru memeriksa note kecil yang disediakannya untuk Medina tapi dia tidak menemukan apa-apa.

"Dia tidak menulis apapun," gumam Kabiru. Wajah wanita itu masih pucat tapi masih terlihat menarik, apakah semua wajah pelacur seperti itu? Tidak peduli dalam keadaan apapun mereka tetap akan menggoda.

Kabiru marah, harusnya dia tidak perlu kembali ke klinik jika hanya untuk memuji wanita itu.

"Keluarlah," titah Kabiru pada kedua pelayan itu.

Lelapnya Medina karena pengaruh obat yang masuk ke tubuhnya, seperti kata dokter wanita itu butuh istirahat untuk memulihkan tubuhnya.

Untuk membunuh kejenuhan Kabiru berbaring di sofa, dalam hati mengumpat karena Medina sudah merepotkannya. Ia membencinya, membeli wanita itu bukan untuk melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Saat tangan Medina bergerak reflek laki-laki itu bangun namun tidak mendekat ia melihat dari sofa pergerakan tangannya, mimpikah dia? tangan itu seperti sedang melambai memanggil seseorang. Kabiru tidak penasaran, dia mengabaikan dan kembali berbaring ia tidak tahu tubuh Medina bergetar hebat dan ia mulai menangis. Video di ponsel lebih menarik ketimbang Medina yang tergeletak tidak berdaya di brankar.

Sadar dari mimpi yang bisa mengantarnya pada harapan Medina seperti putus asa. Kenapa harus mimpi, kenapa neneknya tidak mau menunggu? Ia juga ingin berada di alam damai.

Kabiru tidak tahu Medina sudah bangun dan Medina juga tidak tahu ada pria itu di ruang rawatnya. Ia juga tidak melihat keberadaan dua pelayan yang beberapa saat lalu dilihatnya. 

Aku tidak bisa se-lemah ini, tapi aku juga tidak tahu bagaimana cara lepas dari Kabiru.

Perlahan Medina menggerakkan tubuhnya ingin duduk bersandar tepat saat itu Kabiru juga bangun dan dua pasang mata mereka bertemu. 

"Sudah bisa pulang?"

Medina menarik selimut, wajahnya semakin pucat melihat siapa yang duduk di sofa tidak jauh dari posisinya.

"Tidurmu sangat nyenyak." sinis tatapan Kabiru sama sekali tidak peduli pada raut ketakutan Medina.

Dia akan melakukan lagi? Medina melihat Kabiru melangkah ke arahnya.

"Kamu wanita kotor tapi ini belum bisa dikatakan karma. Tidak sedikit uang yang ku-keluarkan, tapi lihat kamu sekarang."

Persetan dengan keterangan dari dokter yang secara tidak langsung mengatakan dia bersalah atas kasus ini, nyatanya dia bukan orang pertama yang menyentuh Medina, mungkin saja akibat hubungan dengan pria lain dan baru terjadi sekarang kan?

Tangan Medina mencengkeram erat selimutnya, ia tidak tahu ini bukan pertahanan kuat. Gadis desa nan polos di usir dari desanya karena kesalahan yang tidak dilakukannya, mentalnya tidak sekuat wanita di luar sana dari kecil sandarannya telah rapuh tidak ada yang mengajarinya cara bertahan hidup dengan keterbatasannya.

Jangankan orang lain, orang yang telah membuatnya ada di dunia ini saja tidak peduli. 

Kabiru tidak tahu suhu tubuh Medina semakin dingin, detak jantungnya tak secepat tadi tatap matanya juga samar kala tangan pria itu menyentuh paha Medina yang masih tertutupi selimut.

"Salah siapa kalau keadaanmu seperti ini, aku?"

Medina menggeleng.

"Seandainya pun kamu mati yakin ada seseorang yang mencarimu?"

Air matanya tidak keluar karena kalimat menyakitkan yang diucapkan oleh Kabiru tapi ia takut pria itu menyentuhnya, Medina tidak lupa betapa menyakitkan sentuhan Kabiru. Mungkin ia akan bersyukur jika malam itu nyawanya benar-benar direnggut jadi ia tidak perlu lagi melewati hari berat ini.

"Aku juga akan membuangmu berserta bekas busukmu."

Kapan kira--kira, apa yang harus dilakukannya agar Kabiru segera membuangnya, bisakah pria itu memberitahunya?

😐


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku tidak bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang