Overnight | 01 • the threat

3.7K 691 310
                                    

[ 01

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 01. The threat | Overnight ]

••

Kang Ngamen & Kang Ghibah UPDATE!
Komen yg rame + pencet bintangnya, pliss. Jangan ragu. Biar makin semangat Update.

Playlist :
2WEI ft Edda Hayes - In the End

Deru napas Love panas, berseru dengan detak jantung yang kencang. Tangisnya pecah. Terdengar memilukan. Berbaring menatap jendela yang terbuka. Sesekali, hawa dingin menyusup masuk, seolah memeluknya. Kalut. Sudah begitu lama, Love seperti itu. Menahan perih. Lebam di sekujur tubuh yang bahkan belum terobati.

Sekali, Love mendengar hantaman pada pintu kamarnya, disusul perang suara, cercaan yang tidak putus. Love meringkuk, mengapit kepala dengan lengan. Kian mencekam. Lagi-lagi, kedua orang tuanya bertengkar. Menimbulkan suasana kian memanas. Entah, kapan semua berakhir. Love muak dengan semua keadaan ini. Sungguh!

"Berhenti!" bisik Love dalam tangis. Kian merapatkan diri. "Berhenti!" lagi. Love penuh permohonan. Mendengar suara yang sulit ia atasi. "Aku bilang berhenti!" tiga kali. Love melantang tinggi. Ia berdiri, tegap. Meraih buku tebal yang tergeletak pada pinggir meja. Love melemparnya. Menghantam pintu, menimbulkan kebisingan. Berhasil menghentikan suara dari luar. Hilang seketika. Love menunduk, bisu. Mengatur napas yang menderu. Pucat pasi.

Tiga detik kemudian. Netra ocean milik gadis itu kilat menoleh. Menatap ke arah nakas. Love mendongak. Menyeka sisa air mata. Lekas beralih tempat, guna meraih ponsel. Seseorang menelponnya. Bulat, mata Love memerhatikan. Berdeham serak. Berharap menghilangkan seluruh tangisnya. Melebarkan bibir, penuh senyum. Palsu.

"Kenapa baru menelpon? Aku pikir, kau lupa padaku!" Love berkata ceria. Menyungut kesal.

"Aku di depan rumahmu. Bisa keluar?"

Deg! Love memegang dada. Langsung terdiam. Sontak, ia berlari mendekati jendela. Menatap Liam dari kejauhan. Pemuda itu tersenyum, melambaikan tangan sambil menawarkan paperbag berisi makanan.

"Wait!" Love menutup panggilan. Segera berputar arah. Menatap wajah lewat pantulan kaca. Damn! Tampilannya kacau. Liam pasti tahu bahwa ia baru saja menangis. Love berpikir, sembari memasang jaket berbulu tebal. Menutupi bekas luka. Meski bersahabat lama, Love belum pernah terbuka soal keluarganya.

"Liam tunggu sebentar!" tegas. Love kembali menyambut panggilan pria itu lagi.

"Kau tidak perlu berdandan. Cepat turun atau ku tinggal!" pinta Liam, melempar tawa.

OvernightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang