08. Nath tau

586 95 7
                                    


.
.
.
.
.
Nath memperhatikan jalanan yang mereka lewati dengan bingung, dia sangat tau jika jarak daerah dimana mobil mereka berhenti saat ini dan sekolah mereka terbilang cukup jauh. Nath menatap Faras yang baru saja turun dari mobil dan kini berdiri dihadapannya.

"Lo gak salah kan? Ini jauh sekali." Faras mengangguk, dia menarik tangan Nath untuk masuk kedalam gang yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gue tadi juga kaget, karena Raka datang dan pulang sekolah dengan jalan kaki." Nath menggenggam tangan Faras, sekarang sudah sore dan gang yang mereka lalui cukup ramai oleh anak-anak yang tengah bermain.

"Masih jauh?" Faras menggeleng, dia menunjuk sebuah rumah petak yang tidak jauh dari mereka.

"Itu." Nath terdiam, dia tidak percaya jika murid baru yang berhasil mencuri hatinya itu tinggal dirumah yang bisa dibilang sangat kecil.

"Ayo." Faras yang melihat Nath terdiam segera menarik pelan tangan sahabatnya itu untuk menuju rumah Raka.

Tok

Tok

Tok

Cklek

"Sore." Faras tersenyum saat melihat Raka membuka pintu rumahnya. Nath yang melihat wajah bingung Raka pun ikut tersenyum manis.

"Sore Raka." Raka berkedip, dia menatap Faras meminta penjelasan kenapa Nath bisa ikut kerumahnya.

"Udah jangan ngeliatin seperti itu, boleh masuk gak?" Raka langsung membuka pintu rumahnya lebih lebar, mempersilahkan dua teman sekelasnya itu masuk.

"Katanya lo sakit? Bukannya istirahat malah belajar!" Nath yang melihat buku terbuka berantakan diatas kasur langsung mengomel.

"A-aku sudah istirahat tadi." Raka buru-buru membereskan buku-bukunya juga bingkai foto yang ada diatas meja sebelum Nath melihatnya.

"Udah gue bilang besok ijin aja, jangan masuk dulu." Nath mengangguk, setuju dengan ucapan Faras.

"Faras benar, istirahat dulu Raka. Besok biar gue yang kasih pelajaran ke Dhika!" Raka buru-buru menggeleng.

"Tidak perlu." sama seperti Faras, Nath pun memberikan respon serupa, tidak setuju dengan ucapan Raka.

"Gak bisa gitu, dia harus diberi pelajaran agar tidak suka melakukan perundungan!" Raka langsung menggenggam tangan Nath dan kembali menggeleng.

"Tolong jangan." Nath yang melihat ekspresi sedih Raka menjadi tidak tega untuk menolak, remaja itu akhirnya mengangguk.

"Ya sudah, tapi lo besok harus istirahat dirumah, gak ada bantahan!" Raka terpaksa mengangguk.

"Sudah, ayo makan dulu, Raka belum makan kan?" Raka berkedip saat Faras menunjukan kantung plastik kehadapannya.

"K-kalian belum makan?" Nath dan Faras menggeleng.

"Belum, gue cuma ganti baju aja tadi, terus nganter ini anak kesini." Raka tersenyum dia mengambil bungkusan yang diserahkan Faras padanya, membuat remaja itu mengambil tiga buah piring dan sendok untuk makan mereka.

"Raka ayo dimakan, gak usah repot beli minum diluar, ini ada." Raka tersenyum canggung saat Faras menunjukan plastik lain berisi air minum kemasan.

"Maaf kak, seharusnya aku yang menjamu kalian." Nath mengacak rambut Raka gemas.

"Sudah duduk sini, terus makan, jangan merasa tidak enak." Raka menunduk, meskipun dijaman yang berbeda, usakan tangan Nath pada rambutnya tetap terasa sama.

"Iya kak."
.
.
.
.
.
Raka duduk diam diatas kasur dengan Nath yang terus saja memainkan jemarinya. Remaja itu memutuskan tinggal lebih lama setelah makan, bahkan Faras juga sudah merebahkan dirinya dilantai dengan berbantal kasur.

DejavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang