09. Sakit

648 102 13
                                    


.
.
.
.
.
Faras menatap Nath tajam, saat ini mereka sudah ada dikamar Nath. Beruntung Faras dapat menyusul langkah Nath hingga dia tidak perlu khawatir jika sahabatnya itu akan pulang sendirian.

"Nath!" Nath yang semula tidak menanggapi Faras tampak terkejut saat Faras sedikit meninggikan suaranya. Faras tidak pernah meninggikam suaranya selama ini, apa lagi padanya.

"L-lo teriak ke gue?" Nath menatap tidak percaya pada Faras yang tengan menatapnya datar.

"Duduk, gue mau ngomong sama lo." Nath menurut, dia tidak ingin membuat Faras marah dan berakhir mendiamkannya.

"Lo tau gak kalau lo udah keterlaluan sama Raka!" Nath tampak kesal saat Faras memarahinya karena Raka.

"Kok lo jadi belain penipu itu?!" Faras menghela nafas kasar.

Srak

"Lo baca buku itu, kalau lo pinter lo pasti kenal buku itu juga tulisan didalemnya. Gue pulang, jangan ngomong sama gue sementara." setelah mengucapkan itu, Faras langsung meninggalkan rumah Nath. Membiarkan sahabatnya itu menatap buku harian berwarna biru yang familiar untuknya.

"Buku ini...gak mungkin!" Nath beranjak kemeja belajarnya meraih buku berwarna serupa.

"B-buku harian gue."
.
.
.
.
.
Raka sedikit berlari untuk memasuki gerbang sekolahnya, dia sedikit terlambat karena lagi-lagi badannya berulah. Raka tidak bisa diam dan menunggu Faras menjelaskan segalanya pada Nath, remaja mungil itu bahkan mengabaikan peringatan Faras untuk tetap dirumah hari ini.

Raka menghembuskan nafas lega saat gerbang sekolah belum tertutup, berarti dia tidak harus menjalani hukuman hari ini. Raka berjalan pelan saat sudah berada didalam gedung sekolah, masih banyak murid yang berkeliaran diluar kelas.

"Raka?" Raka menoleh begitu mendengar namanya dipanggil, remaja itu menelan ludah nya saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Kak Faras, kak Jatna." Raka menunduk saat melihat tatapan tajam yang Faras berikan padanya.

"Kenapa lo ada disini?" Jatna yang mendengar pertanyaan Faras mengernyit bingung.

"Ini sekolah Ras, ya Raka emang harus ada disini hari ini kan?" Faras melirik kesal pada Jatna.

"Raka jawab gue, gue kemarin bilang supaya lo istirahat dulu dirumah." Raka menatap Faras yang erlihat marah juga Jatna yang kebingungan.

"Maaf kak, aku gak bisa diem dirumah aja. Lagi pula aku gak apa-apa kok." Raka memberikan senyum pada Faras, hal itu membuat Faras berdecak kesal.

"Sebentar, kenapa lo minta Raka istirahat dirumah? Lo gak apa-apa kan dek?" Raka mengangguk saat Jatna bertanya dan menatap padanya.

"Ck, sudahlah, ayo ke kelas." Faras tidak ingin keceplosan seperti oada Nath kemarin, akhirnya remaja itu menarik tangan Raka untuk segera pergi kekelas mereka. Meninggalkan Jatna yang terdiam bingung.

"Kok malah gue yang ditinggal sih!'
.
.
.
.
.
Faras tidak berhenti menepuk lengan Raka saat remaja itu terus saja mengabaikan peringatannya, dia semakin yakin jika Raka memang benar-anak anak Nath dimasa depan. Faras kesal, kenapa dia harus dihadapkan oleh dua orang yang sama-sama keras kepala.

"Raka, lo dengerin gue gak sih?" Raka hanya mengangguk, dia bukan tidak ingin menjawab hanya saja dia sedang mencoba fokus dari rasa sakit kepalanya.

"Lo sama Nath itu sama-sama keras kepala." Raka tersenyum, dia jadi membayangkan bagaimana jika seandainya mereka mengenal dimasa depan.

"Kak Faras, mau tau sesuatu gak?" Faras langsung menatap Raka saat remaja itu bersuara.

"Apa?" Raka ikut menatap Faras.

DejavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang