23. Alasan Raka

679 91 22
                                    


.
.
.
.
.
Dari sekian banyak kejadian yang hampir sebulan ini mereka alami, kejadian pagi ini adalah hal yang paling membuat mereka semua heran dan bingung. Bagaimana tidak jika Aksa yang sebelumnya terlihat tidak bersahabat dengan Gandy justru menempeli Gandy tanpa jarak, bahkan Aksa mengabaikan Jatna yang notabennya adalah kekasih nya.

"Sa, sini dong, kok sama Gandy mulu sih." Jatna udah cemberut waktu Aksa kembali menempel pada Gandy yang duduk diruang keluarga. Indra, Dhika dan Nath juga tampak bingung oleh tingkah Aksa yang terlihat sangat manja, ah lebih tepatnya memanjakan Gandy. Hanya Faras juga Raka yang terlihat santai santai saja dengan hal itu.

"Apa sih?! Gue lagi males sama Jatna, semalem tidurnya berisik." Jatna terdiam sejak kapan Aksa terganggu dengan cara tidurnya? Apa lagi seingatnya dia tidak mendengkur, bagaimana mungkin dia berisik.

"Aksa, aku pacar mu loh." Aksa bukannya mendekati Jatna, tapi justru memeletkan lidahnya pada Jatna.

"Aku mau sama Gandy dulu ih, kamu jangan ganggu Jatna!" ucapan Aksa sukses membuat Jatna pundung, namun mengundang tawa lepas dari Gandy.

"Gak usah cemburu gitu dong kak, gak bakal gue rebut juga." Jatna makin gondok waktu mendengar nada jahil dari Gandy.

"Ya ya, terserah kamu saja Ndy, ngomong-ngomong ini Raka mana?" ucapan Jatna sukses membuat yang lain ikut mengedarkan pandangannya.

"Dia beresin barang nya dirumah kak Nath." mendengar jawaban Gandy, Nath langsung menunduk. Dia sudah mendengar keputusan Raka semalam, bahwa remaja mungil itu memutuskan pulang bersama Gandy.

"Dia...mau pulang?" Gandy mengangguk, netranya menatap enam remaja dihadapannya.

"Mau denger sedikit cerita? Gue harap setelah denger itu nanti kalian akan ikut memperbaiki apa yang akan terjadi dimasa depan, terutama lo!" Dhika menatap tidak mengerti pada Gandy, namun tatapan tajamnya membuat Aksa melempar bantal sofa kearahnya.

Buagh

"Biasa aja ngeliatin anak gue, jatuh cinta lagi lo nanti!" Gandy tersenyum menang, ibunya memang tidak pernah suka jika ada yang menatap tajam padanya.

"T-tunggu, anak? Jadi selama ini Gandy anak Aksa di masa depan?" Dhika terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar, begitu pula Indra, Nath dan Jatna.

"Jadi mama lo itu Aksa!" Gandy kembali meruntuki sifat ayahnya yang hobi berteriak.

"Kalian aja yang bodoh, kenapa bisa tidak tau jika Aksa adalah ibunya Gandy, sedangkan Gandy jika dilihat lebih mirip Aksa dibanding Jatna." suara pelan Faras mampu membuat mereka terdiam.

"HARUSNYA KAMU BILANG GANDY, KAN AKU BISA NIKAHIN AKSA LANGSUNG!" Gandy berdecak kesal saat Jatna bereriak.

"Mau denger cerita gue gak? Kalau gak ya gak usah penasaran." semua langsung diam dan mengangguk pada Gandy.

"Ceritakan Ndy, gue juga pingin denger alasan kalian bikin mesin waktu? Apa benar untuk tujuan Raka itu?" Gandy menatap lekat pada Faras, sosok yang bahkan baru dikenalnya selama satu bulan justru lebih cepat menangkap semuanya.

"Semuanya benar, semua itu bermula sewaktu Raka nemuin foto pernikahan ayah dan bundanya." Gandy tersenyum sendu saat mengingat kejadian itu.

"Foto?" Gandy mengangguk.

"Dari foto itu akhirnya Raka bisa mengetahui wajah ayahnya, sebelumnya dia hanya tau bahwa ayahnya bernama Radhika Kamal Xavier." Dhika terdiam, remaja itu menatap bingung pada Gandy juga Nath.

"Tunggu, kalau lo bilang Raka anak gue sama Nath, kenapa dia gak tau gue?" Gandy tertawa remeh saat mendengar pertanyaan Dhika.

"Karena lo ngebuang mereka, bahkan lo itu-"

DejavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang