22. Penolakan

611 90 5
                                    


.
.
.
.
.
Malam itu untuk pertama kalinya nya Nath tidak suka dengan kehadiran Dhika, jika biasanya Nath akan tersipu malu jika bertatapan dengan Dhika, makan kali ini berbeda, karena yang dirasakan Nath hanyalah kecewa dan marah. Nath marah saat Dhika merundung Raka tanpa sebab yang jelas, Nath marah saat Dhika melakukan kekerasan pada Raka hingga beberapa kali membuat remaja mungil itu masuk rumah sakit.

"Kenapa dia ada disini?" Dhika menatap tidak percaya saat mendengar ucapan datar Nath.

"Kok lo gitu sih Nath, bukannya seneng ketemu sama gue." Nath membuang wajahnya, tidak ingin menatap wajah tampan Dhika.

"Gue marah sama lo, soalnya lo udah bikin anak gue ketakutan!" Dhika berdecih saat mendengar ungkapan Nath.

"Gara-gara si pendek itu lagi ternyata." ucapan Dhika sukses membuat Faras mengepalkan tangannya. Tanpa basa-basi dan menunggu penjelasan Gandy tentang semuanya, Faras melempar sebuah map berisi akta kelahiran Raka yang sudah disatukan lagi oleh si pemilik.

"Lo baca itu!" Dhika langsung meraih map itu dan membukanya, membaca baris-baris kata yang tertera di selembar kertas itu.

"L-lo pasti bercanda kan? Mana ada dia dateng dari masa depan?!" seruan tidak percaya Dhika membuat Aksa ikut membaca kertas itu, meskipun dia sudah mendengar sediit penjelasan dari Jatna sebelum mereka kerumah Faras, tapi tetap saja dia masih penasaran. Terutama saat Gandy masih sibuk membujuk Raka.

"Lo kira kertas itu palsu? Tunggu Gandy buat jelasin semuanya." Nath tampak tidak terima saat Dhika tidak percaya pada akta kelahiran Raka. Padahal jika diingat lagi dia sendiri juga tidak percaya pada awalnya.

"Jelasin sekarang? Ini semua tidak masuk akal!"
.
.
.
.
.
Aksa dan Dhika masih tidak percaya saat mendengar penjelasan singkat Gandy, bahkan setelah melihat beberapa barang yang memang hanya ada dimasa depan, seperti smartphone milik Raka maupun milik Gandy, yang jelas belum ada dijaman mereka. Gandy belum menjelaskan secara lengkap, dia hanya mengatakan bahwa dia dan Raka berasal dari masa depan, tepatnya tahun 2022.

"Jadi selama ini Raka ternyata anak gue?" Dhika bergumam tidak percaya, Dhika menatap kedua tangannya nanar. Tangan itu telah dia gunakan untuk menyakiti anaknya dimasa depan.

"Gue udah bilang waktu itu ke lo bang, berhenti merundung Raka, tapi lo gak mau denger omongan gue." Dhika semakin menunduk saat mendengar ucapan sarkas Indra.

"Maaf."

"Mulai sekarang jangan deketin Raka, gue gak suka sama lo Dhika!" Dhika menatap nanar pada Nath saat pujaan hatinya itu mengatakan hal yang menyakitkan.

"Tapi Nath, gue gak bisa jauhin lo." Nath menggeleng.

"Gue emang suka sama lo, tapi gue gak suka sama sikap lo Dhika! Lo terlalu kasar dan suka ambil keputusan sepihak." saat Nath dan Dhika tengah berdebat, Gandy hanya menatap datar pada keduanya.

"Jangan terlalu menolak bajingan itu kak Nath, kalau kalian masih mau Raka hadir ditengah-tengah kalian dimasa depan nanti." Nath dan Dhika terdiam, mereka masih mencoba menangkap maksud Gandy.

"Apa maksud lo?" Gandy berdecak kesal, bagaimana Nath dan Dhika disebut jenius jika seperti itu sajq tidak tau.

"Gak tau pikir saja sendiri."
.
.
.
.
.
Bukan perkara mudah menerima permintaan maaf Dhika, Nath bahkan tetap mengabaikan remaja itu setiap kali Dhika membuka suara. Bahkan Aksa yang baru mengetahui hal itu juga tidak bisa berkata apapun, Jatna memang mengatakan bahwa Raka dan Gandy berasal dari masa depan, dan Raka adalah putra tunggal Nath dan Dhika.

"Nath, gue minta maaf." Dhika masih mencoba meminta maaf pada Nath yang jelas-jelas tidak menghiraukan dia.

"Diem, jangan minta maaf ke gue, minta maaf ke Raka." Dhika langsung terdiam saat Nath memintanya minta maaf pada Raka. Dhika mengingat dengan jelas apa yang telah dia lakukan pada remaja mungil itu selama ini.

DejavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang