Dini Hari

1.6K 187 16
                                    

S T A R T •
•••
••

Soovin terbangun dari tidurnya. Tenggorokannya terasa kering. Dia menyibak selimutnya. Dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya, dia melangkah ke dapur.

Soovin meraih gelas, dan mengisinya dengan air dingin yang dia ambil dari kulkas.  Soovin duduk di kursi pantry. Soovin menaruh kepalanya di atas meja. Dinginnya meja pantry membuat pipinya terasa lebih sejuk. Dia memejamkan matanya.

Tuk

Soovin membuka matanya saat merasakan sebuah tangan mendarat di keningnya. Bola matanya bergerak ke atas untuk melihat pelaku.

Soovin segera mengangkat kepalanya, dan duduk sedikit lebih rapi. Jaehyun, lelaki yang beberapa detik lalu menaruh tangannya pada kening Soovin, menatap gadis itu lamat.

"Kata mama kamu demam. Suhu tubuh kamu masih hangat. Kamu beneran udah minum obat?" terdengar kekhawatiran dari ucapan Jaehyun.

Soovin memilih untuk menatap benda lain dari pada menatap Jaehyun. "Ya kalau gue ga minum obat, bisa gitu demam gue turun gini?" gumamnya malas.

Jaehyun yang masih bisa mendengar itu, tertawa kecil. Dia menarik kursi dan duduk di samping Soovin. Jika diingat-ingat, sudah lama dia tidak duduk bersampingan dan hanya berdua seperti ini dengan Soovin.

Jaehyun tersenyum tipis. "Udah lama ya..."

Soovin masih belum mau menatap Jaehyun. Rasa canggung dan malas menggerogoti Soovin. Meskipun rasa malas yang lebih mendominasi.

"Kita ga duduk bersampingan kayak gini," ucap Jaehyun.

Soovin menghela nafas kasar. Dia menatap Jaehyun dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Kenapa tiba-tiba pulang?"

Jaehyun cukup lama terdiam. "Emang salah kalau aku pulang ke rumah orang tua aku?"

"Engga. Ga salah malah. Cuma timingnya aja yang salah. Seharusnya, lo pulang saat gue ga dirumah. Lo kan biasanya gitu."

Tatapan Jaehyun perlahan berubah sayu. "Benci banget ya, sama aku?"

"Engga! Gue ga bilang kalau gue benci sama lo."

"Trus, kenapa kamu ngomong kayak gitu?"

Soovin menatap Jaehyun lekat. "Karena gue ga mau ketemu sama lo, sebelum rasa yang lo punya ke gue hilang sepenuhnya," tekannya.

"Kalau aku bilang, perasaan aku ke kamu udah ga ada, kamu percaya..?"

"Engga. Karena mata lo ga bisa bohong."

Jaehyun mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kamu terlalu egois Soovin," lontarnya.

"Apa kamu pikir ngehapus perasaan itu mudah?" lanjutnya.

"Mudah, kalau lo emang punya niat yang kuat buat hapus perasaan lo."

Dengan cepat, Jaehyun menatap Soovin. "Kamu pikir, aku ga lakuin itu?" nada suara Jaehyun terdengar sedikit meninggi.

"Satu hal yang harus kamu tau Vin. Aku yang minta papa buat tugasin aku di Singapore . Karena aku pikir, kalau aku jauh dari kamu bisa hilangin perasaan aku ke kamu."

"Tapi.., itu ga semudah yang aku kira Vin..." perlahan Jaehyun menundukkan kepalanya.

"Tapi lo tau kan? Gue udah punya Haechan," tukas Soovin.

"Iya, aku tau! Aku juga ga akan ngerusak hubungan kalian..."

Soovin tertawa sinis. "Yakin? Trus, siapa yang sekali seminggu kirim bunga mawar, trus ditaruh di depan pintu apart gue?"

Jaehyun terdiam. Membuat Soovin menatapnya dengan sinis. "Jujur, gue ga masalah lo mau kasih gue bunga setiap minggu, atau bahkan setiap hari. Tapi yang jadi permasalahannya, kenapa harus diam-diam? Kalau seandainya Haechan ngelihat itu, bukannya dia bakalan salah paham? Atau mungkin dia bisa ngira gue selingkuh. Lo tau kan, gue sama dia lagi LDR-an. Kepercayaan kita berdua lagi diuji sekarang."

"Jadi, siapa yang egois di sini?" Soovin melipat kedua tangannya di atas perut.

"Okay, untuk masalah itu aku minta maaf. Aku benar-benar ga berniat ngerusak hubungan kamu sama dia."

"Haechan, bukan dia," selip Soovin cepat.

Soovin bangkit berdiri. "Jangan pernah ngelakuin hal itu lagi." Soovin pergi meninggalkan Jaehyun.

"Kamu ga tau, seberapa keras aku nahan diri untuk ga rebut kamu dari Haechan, Vin..," ucap Jaehyun lirih.


• N E X T •

STEP BROTHER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang