Marah

1.1K 150 17
                                    

• S T A R T •
•••
••

Jeno malam ini sulit untuk tidur. Padahal ini sudah tengah malam. Lelaki itu mengganti posisi tidurnya, mencari posisi ternyaman agar dia bisa segera terlelap.

Tapi, memang tidak semudah itu ternyata. Jeno duduk, dan bersandar di headboard nya.

"Gue colok juga nih mata lama-lama. Orang udah pada tidur, nih mata malah seger kayak baru disuguhi es buah," kesal Jeno.

Tangan lelaki itu beranjak mengambil ponselnya yang sengaja di letakkan di samping bantalnya. Sepertinya bermain game, tidak buruk. Siapa tau dia bisa mengantuk setelah bermain game.

Tengah asik bermain game, Jeno mendengar suara yang cukup keras. Seperti suara pintu yang dibanting. Jemari Jeno berhenti. Keningnya mengernyit.

"Itu suara pintu kan?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Jeno melempar ponselnya asal ke ranjangnya. Dia bergerak turun. Niatnya ingin mengecek keluar.  Siapa tau ada maling masuk. Meskipun itu hal yang sedikit tidak mungkin. Karena rumah ini di jaga dengan ketat oleh beberapa satpam.

Jeno membuka pintu kamar. Dia membiarkan kepalanya keluar duluan, dia menoleh ke kanan dan kiri lorong kamarnya.

"Hah? Kamar Soovin kok pintunya ke buka?"

Jeno memutuskan untuk ke kamar Soovin. Sampai di depan pintu kamar Soovin, Jeno melihat sesuatu yang benar-benar membuat emosinya terpancing.

Srek

Bugh

Dia melayangkan tinjuan keras pada kakak laki-lakinya. Membuat kakaknya tersungkur ke lantai dengan keadaan pingsan.

Dia menatap gadis yang terlihat kaget, sembari menghirup udara sebanyak mungkin.

"Lo ga pa-pa?"

"Jen..." untuk pertama kalinya, Jeno melihat tatapan seperti itu dari kedua manik coklat adek tirinya.

Tanpa berpikir panjang, dia lantas menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. "It's okay. I'm here." hanya itu yang bisa dia katakan untuk menenangkan gadis itu.

🌼🌼🌼

Pagi menjelang. Seperti biasa keluarga ini akan sarapan bersama. Semua sudah berada di sana, kecuali Soovin dan Jeno.

"Soovin sama Jeno belum bangun ya? Kok belum turun?" tanya Jisoo.

Terdengar suara kursi yang terdorong. "Bentar tan, aku panggil Soovin, sekalian Jeno kalau ketemu di atas."

Jisoo mengangguk. Dia kembali sibuk menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya.

"Jae, sudut bibir lo kok rada memar gitu?" Taeyong menatap sudut bibir Jaehyun.

Jaehyun terdiam. Dia menelan salivanya. "A-ah.. ini, ini ga sengaja kebentur sudut meja pas gue ambil pena yang jatuh tadi malam."

"Udah di obati?" kini giliran Jisoo yang bertanya.

"Udah kok mah."

STEP BROTHER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang