Ketemu

460 54 9
                                    

• S T A R T •
•••
••

Ponsel Jeno sedari tadi terus berbunyi. Namun, si empunya tidak ada niat sama sekali untuk membuka ponselnya.

Ia dan Soovin berada di unit apartemen Soovin, sudah sejak 2 jam yang lalu. Jeno masih termenung di tepi ranjang. Soovin membuka pintu kamar dengan tangan menenteng nampan berisi sepiring makanan, dan segelas air putih.

"Jen, makan." Ucap Soovin sembari meletakkan nampan itu di atas meja nakas.

Jeno tidak bergeming. Tatapan laki-laki itu terlihat kosong ke depan. Soovin hanya bisa menghela nafas panjang. Laki-laki itu terlihat sangat terpukul dengan masalah yang menimpanya.

"Jen..." Soovin menyentuh pundak lelaki itu.

Jeno menoleh dengan tatapan sendu. "Makan ya?" Bujuk Soovin.

Jeno menggeleng. Lalu ia kembali menatap kosong ke depan.

Soovin menghela nafas. Ia duduk di samping Jeno. Di usapnya punggung Jeno, memberikan kenyamanan. "Bego sih, lo, kalau cuma karena kayak gini doang sedih." Ucapnya.

Sontak Jeno menoleh. "Malu dong, sama nih otot." Soovin menekan otot lengan Jeno.

"Nih, ya, gue bilangin. Lo tuh, ga ngebunuh orang sampe lo harus stres gini."

"Tapi, gue hamilin anak orang Vin."

"I know, gue juga ga bisa benerin perbuatan lo. Tapi, kejadian ini terjadi pun diluar kendali lo kan?" Soovin merapikan poni Jeno yang terlihat menutupi mata pria itu.

"Kalau lo takut sama papa, mama, gue percaya kok, mereka ga akan semarah itu sama lo. Apalagi ini terjadi bukan disengaja."

Sorot mata Jeno merendah. Ia menatap lantai. "Bukan cuma itu yang gue takuti Vin..."

"Apalagi yang lo takuti? Tell me."

"Gue.., gue belum siap untuk terima bayi itu. G-gue ga pernah kepikiran untuk jadi seorang ayah di usia semuda ini. Gue masih pengen nikmati masa muda gue." Ucap Jeno pelan.

Soovin terdiam. Soovin tak bisa menyalahkan Jeno di sini. Wajar saja pria itu merasa tidak siap. Kejadian itu pun terjadi, di luar kehendaknya. Memangnya siapa yang siap jadi seorang ayah di usia 20 awal? Masih banyak mimpi-mimpi yang harus Jeno raih.

Soovin menangkup wajah Jeno. Dibawanya wajah Jeno untuk menatap dirinya. "Jen, listen to me. Gue tau, ini semua di luar dari rencana hidup lo. Punya anak di usia muda, mungkin ga ada di list hidup lo. Gue tau kok, gimana rasanya saat harus menerima kenyataan yang ga lo harapin terjadi di hidup lo." Ibu jari Soovin bergerak mengusap pipi Jeno. "Maka dari itu, gue pengen lo temui gue sama cewek itu. Ayo, kita bicarakan baik-baik masalah ini. Kita cari jalan keluarnya. Selesai dengan semua itu, ayo, beranikan diri untuk beritahu sama papa, mama."

"Gue yakin, cewek itu pun pasti bingung." Lanjut Soovin.

"Accompany me then."

"Yes, I will accompany you."

🌻🌻🌻

"Chan, menurut lo, kalau mama sama papa tau Jeno hamilin anak orang gimana?" Jaemin menoleh ke kanan melihat Haechan yang tengah menyantap Indomie kuahnya.

Haechan meraih gelas yang tak jauh darinya. Ia meneguk isinya. "Yang pasti marah sih. Orang tua mana yang ga marah kalau anaknya hamilin anak gadis orang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STEP BROTHER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang