Bab 17 tiba

28 4 0
                                    


Banyak hal di dunia ini yang bisa membuat kita bahagia. Bahkan banyak hal juga di dunia ini yang bisa membuat kita mengeluarkan air mata, lantas saat kita bahagia lalu begitu cepat mengeluarkan air mata, kita harus menyalahkan semesta? Menyalahkan semesta yang bercandanya tak pernah bisa membuat tertawa?

Semua persiapan sudah hampir rampung, Dewa pun sudah kembali ke depan lagi mengklik laptop yang tersambung dengan infocus yang ditampilkan oleh proyektor di depan sana. Selagi menunggu calon anggota Cinema asik mengobrol dengan rekannya, Dewi pun sudah tidak melihat ke arah bintang lagi, ia malah mengancingkan cardigannya karena udara malam mulai dingin.

"Okay, Selamat malam semua!" Putri kembali memandu acara setelah menjadi moderator saat sharing bersama Mas Farel tadi.

Salam meriah dari Putri disambut meriah pula dengan Calon anggota Cinema.

"Halo kalian bertemu lagi dengan aku Putri, kali ini aku akan memandu acara kita malam ini, hayo siapa yang udah penasaran sama acara kita malam ini?"

Semua calon anggota Cinema semangat menjawab sehingga tenda menjadi riuh.

"Okay-okay, santai. Jangan nyerbu aku begitu dong, tapi sebelum kita masuk ke acara inti, boleh la ya kita kenalan sama kakak ganteng di samping kita ini ya 'kan? Ada yang tau siapa mereka?" tanya Putri ke Audience.

"Dewa! Kak Dewa!"

Sorakan nama Dewa menggema di dalam tenda.

"Yeah, seratus untuk kalian semua. Kali ini, kita akan sharing singkat bersama Kak Dewa, oke kepada Dewa let's go!"

Dewa terkekeh dengan kehebohan yang dibawakan MC, membuat kelelahannya itu menjadi jeritan tertahan oleh beberapa calon Anggota Cinema putri, sungguh kekehan Dewa begitu menggetarkan dada.

Dewi tak begitu peduli dengan jeritan tertahan rekannya, walau ia juga merasakan yang sama Dewi hanya diam dan mukanya yang datar. Dewi tak akan membiarkan hatinya goyah begitu saja.

Namun, ketika mata keduanya bertemu dan senyum tipis itu terukir indah dengan netra coklat yang menyipit. Dewi hancur lebur, dinding itu roboh.

"Jangan Semesta, jangan..." mohon Dewi yang takut merasakan perasaan familiar itu lagi, karena dia tak mau jatuh cinta, setiap ia jatuh cinta Dewi hanya mendapatkan jatuhnya saja. Karena apakah ada cinta bagi ia si buruk rupa?

"Terima kasih kepada Putri, baik sebelumya perkenalkan saya Muhammad Bruno Sadewa, yeah teman-teman mungkin bisa memanggil saya Dewa. Disini saya adalah anggota inti Cinema, jabatan saya adalah wakil ketua umum 3 Cinema, dan disini kita juga sama-sama belajar, jadi tidak ada yang senior dan junior."

Perkataan pembuka Dewa membuat semua hening mendengarkan, begitu pula dengan Dewi yang cukup kaget dengan jabatan Dewa di Cinema. Dewi terlalu sibuk untuk menghindar tapi gagal sehingga lupa bahwa jabatan Dewa di UKM ini cukup tinggi.

"Saya Sendiri memegang divisi fotografi bersama rekan-rekan saya yang membantu, ada yang ingin ditanyakan sebelum lanjut ke pembahasan kita malam ini?" Dewa melemparkan pertanyaan kepada Audience.

"Ayo ada yang mau bertanya? Kita santai aja malam ini, rileks bestie," ucap Putri terkekeh yang lain juga ikut tertawa kecil.

"Kak Dewa, Kakak punya ayang gak?" tanya seseorang gadis berambut ikal menunjuk tangan.

"Nah, tuh ditanyain pacar tuh," goda Putri kepada Dewa.

"Pertanyaan bagus sekali, siapa namanya?" tanya Putri kepada gadis yang bertanya tadi.

"Septi, Kak. Septi Maharani."

"Nah, pertanyaan yang bagus. Baik, apakah Kak Dewa yang menawan ini menjawabnya?"

Dewa terkekeh, lalu matanya sekilas melirik ke arah ujung sebelah kanannya, melirik kepada gadis di ujung sana yang fokus sekali mendengarkan.

"Oke, baik-baik saya akan menjawabnya. Jujur saya sekarang tidak ada pacar, ataupun ayang atau apalah sebutannya. Tapi sekarang saya hanya memilki dua perempuan di hati saya, mungkin yang ketiga masih on the way, doakan saja haha," jawab Dewa dengan gelak tawanya.

Tenda jadi riuh karena sorakan dari calon anggota Cinema, dan juga pertanyaan yang mulai memberondong karena kepo siapa gadis yang di maksud oleh Dewa.

"Bah, sudah ku tebak siapa itu," gumam Edward dari belakang tenda memantau.

"Oke tenang-tenang, sesi pertanyaan nanti ya, kita langsung masuk aja ke pembahasan intinya. Nah, tunjukkan fotonya bestie!" perintah Putri kepada panitia yang mengatur infocus dan juga laptop. Semua mata fokus ke arah dimana infocus di tayangkan.

"Wihh seger ya temen-temen, jadi pengen kesana deh," ucap Putri setelah foto kegiatan di pantai ditampilkan.

Semua calon anggota Cinema takjub dengan hasil foto yang mereka lihat.  birunya langit bersatu dengan birunya laut, serta putihnya pasir pantai dan juga hijaunya daun kelapa yang mengelilingi membuat foto itu tampak sangat indah, apalagi kegiatan orang-orang yang berjemur, makan bersama dan juga berenang di pantai membuat foto itu juga sarat dengan makna.

"Baik, fotonya bagus sekali bukan? Nah sekarang mari kita tanya kepada sang fotografer tentang foto yang diambil, baik kepada dewa boleh jelaskan kepada kami kenapa mengambil foto pantai untuk digunakan sebagai tema semesta alam raya?"

Dewa membenarkan posisi duduknya, ia tersenyum tipis.

"Baik, sebelum saya menjawab apakah ada yang bisa menebak kenapa saya mengambil foto pantai dalam tema semesta?"

Semua mata saling melirik, bahkan Prima menyenggol lengan Dewi yang masih juga memandang ke arah foto itu. Entah kenapa Dewi merasakan ada magis di sana, hasil foto Dewa tampak cerah dan bahagia.

"Karena birunya langit dan juga debur ombak!" jawab seseorang mengacungkan tangannya.

"Oke, ada yang lain? Masih belum tepat." Dewa memandang ke sekeliling, dan matanya berhenti sejenak kepada Dewi yang di ujung sana.

Dewi yang masih mendalami foto itu tak sadar bahwa ada yang menatap dalam ke arahnya hingga ia tersadar dengan senggolan Prima yang sibuk bertanya membuat mata Dewi bertabrakan dengan mata Dewa.

Sedetik berjalan begitu lambat dan garis tipis yang mulai menjadi favorit Dewi melengkung keatas.

Segera Dewi memalingkan wajahnya dan fokus ke arah Prima yang dari tadi terus berisik, mencari asumsi tentang apa kaitan pantai dengan semesta.

"Ayo ada yang bisa jawab?" tanya Putri menunggu.

"Sepertinya tidak ada ya," ucap Dewa.

"Baik langsung saja, alasannya adalah–"

"Karena semua aspek semesta ada di pantai," jawab seseorang dari ujung sana. Yeah, Dewi menemukan jawaban tepatnya. Sedari tadi ia memperhatikan dengan lebih teliti dan merasakan sesuatu yang magis pada foto itu, tentang biru langit, biru laut, hijau daun kelapa dan putih pasir seolah-olah berbicara kepada Dewi.

"Laut yang terbentang luas ada hewan laut didalam sana, pasir putih yang menggambarkan tanah, banyaknya pohon kelapa menggambarkan tumbuhan, air angin langit dan juga interaksi antar manusia, itu sudah terekam jelas pada semesta, karena semua aspek itu ada di pantai, makanya foto itu diambil."

Lagi, Dewi selalu saja menjadi pusat perhatian. Ia selalu saja tanpa sadar begitu, tetapi itu adalah hal baik bukan?

"Tuhan bolehkah dia saja?" mohon Dewa di depan sana dengan senyum terbaik yang ia punya.

Tapi, kembali lagi, kita boleh meminta tapi Tuhan yang merencanakan semuanya bukan?

***

Dewa untuk DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang