Bab 23 Untuk Mereka yang menyesal akan hari lalu

22 4 0
                                    


Gerimis datang satu persatu-satu, membasahi secara pelan seluruh isi bumi, seolah-olah ingin tak ingin melihat seoarang dewa menangis sendirian.

"Gue salah, Wi. Kematian adek gue adalah salah gue." Dewa mulai ceritanya, Gerimis yang semakin deras tak membuat kedua insan untuk beranjak seinci pun. Mereka siap mengeluarkan apa yang selama ini tersimpan di dada. Membuka semua luka yang ada.

"Hari itu, saat Mama nelpon berkali-kali, harusnya gue gak matiin ponsel gue waktu itu, harusnya gue membaca semua pesan dari mama, dan tidak mengabaikan notif pesan dari Gangga, dan harusnya gue minta izin untuk tidak mengikuti ospek hari pertama waktu itu, harusnya gue gak se excited itu untuk pertama kalinya ke kampus, harusnya pagi itu gue sadar tentang perubahan pada Gangga, harusnya gue datang hari itu. supaya..."

Dewa tidak meneruskan kalimatnya, air matanya sudah deras bertepatan dengan hujan yang tak kalah deras.

"Supaya gue bisa liat binar mata itu untuk yang terakhir dan bisa menemani dia untuk menggigit potongan terakhir es krim jeruknya, dan untuk terakhir kalinya gue bisa mendengar dia memanggil gue Abang."

Tuhan kenapa ini begitu sakit, tolong kami Tuhan. Tolong Dewa..

Derasnya air hujan, menjadi teman bagi dua anak manusia yang menangis tak kalah derasnya, sejak dua tahun kejadian itu, Dewa benar-benar tak bisa move on. Ia selalu stuck pada penyesalannya, sehingga ketika ia melihat Dewi, tubuhnya berkas untuk melindungi gadis itu, karena cukup saja Gangga yang hilang, Dewa tak mau ada korban lain lagi.

Perasaan insecure itu emang bikin hancur, tapi tidak ada yang lebih hancur saat melihat orang yang disayang ikutan hancur juga bukan?

***

Dewa untuk DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang