Semesta kadang mudah saja ia berubah, sekian menit lalu ia menjatuhkan hujan ke bumi lalu sekian menit kemudian ia berikan teriknya sinar mentari.Dewa dan Dewi sudah beranjak dari pemakaman dengan badan yang basah kuyup, nasib mereka harus mandi dua kali, tapi hujan kali ini seolah-olah membasuh luka mereka berdua.
"Hm, Wi," panggil Dewa memberikan helm kepada Dewi. Mereka tadi ke sini menggunakan motor Dewa.
"Iya, kenapa?" tanya Dewi mulai mengenakan helmnya. Rambutnya yang basah pun mengenai bagian dalam helmnya yang juga ikut basah.
"Gini, kalau Lo mampir ke rumah gue dulu gimana? Gak jauh kok jaraknya dari sini, takutnya nanti kalau gue langsung anter lo ke rumah nanti masuk angin," ucap Dewa, pasalnya ia sungguh merasa tak enak dengan Dewi yang ikutan basah kuyup karenanya. Jarak rumah Dewi yang cukup jauh dari pemakaman ini tentu bisa membuat gadis itu masuk angin, ditambah lagi Dewa tidak mengenakan jaket, ia juga basah kuyup, jadi tidak ada yang melindunginya dan Dewa tak kan membiarkan Dewi sakit.
Dewi diam sejenak, pikiran dan hatinya sedang bergulat. Karena jika ia pulang ia bisa untuk segera mandi walau kemungkinan bakal masuk angin, namun jika ia tak pulang dan mampir ke rumah Dewa dahulu, Dewi takut jika hanya ada mereka berdua di rumah itu, Dewi agak khawatir tentang hal itu.
"Gimana?" tanya Dewa lagi, mentari sudah ada bersinar terang, namun angin yang bertiup setelah hujan cukup membuat tubuh menggigil.
"Hm orang rumah ada?" tanya Dewi hati-hati takut jika menyinggung Dewa.
"Oh, Mama ada kok, mungkin sekarang Mama lagi nyantai."
"Hm, oke deh, gue mampir."
Dewa tersenyum, dan ia mulai mengendarai motornya menuju rumah setelah Dewi benar-benar duduk dengan nyaman. Sesekali Dewa melirik ke arah tangan Dewi yang berpegangan di ujung kaosnya, ingin rasanya ia menarik tangan mungil gadis itu untuk berpegangan di pinggangnya, tapi Dewa tak bisa berbuat apa-apa, takut jika Dewi tak nyaman.
Benar saja, tak seberapa jauh dari pemakaman itu, mereka berhenti di sebuah rumah yang berpagar dan bet cat warna putih tulang. Terlihat ada banyak tanaman bunga di halaman rumah ada ada air mancur kecil yang mengalir. Dewa turun dari motor membuka pagar lalu memasuki motornya ke perkarangan rumah.
Rumah yang tampak asri, dengan satu bagasi mobil dan rumah dua tingkat, serta kursi dan meja dari ukiran kayu yang antik membuat Dewi sadar bahwa Dewa adalah keluarga yang berada.
"Ayok," ajak Dewa kepada Dewi yang takjub dengan halaman rumah pemuda itu.
"Assalamualaikum! Ma Dewa pulang!" Dewa mengeraskan suaranya supaya terdengar ke Mamanya yang berada di ruang tengah, setelah membuka yang tak di kunci, Dewa tak berani untuk masuk dengan kondisi ia basah kuyup, bisa-bisa mamanya marah jika lantai rumah becek.
Tak lama datang seorang wanita paruh baya mengenakan baju rumahan, tapi bukan daster.
"Waalaikumsalam, eh kenapa basah gini?" tanya Dini kaget saat melihat putranya basah kuyup, dengan gadis yang juga basah kuyup di belakang Dewa.
"Hehe, kehujanan, Ma. Tolong ambilkan handuk, Ma. Dingin," ucap Dewa menggosok kedua bahunya, tanda ia kedinginan.
"Sebentar Mama ambilin, kamu ini kayak anak kecil aja, padahal 'kan bisa neduh dulu," oceh Dini masuk ke rumah mengambil dua handuk, ia memandang sekilas ke arah Dewi dengan penasaran, merasa di pandang Dewi tersenyum sopan.
"Nih." Dini menyerahkan dua handuk kepada Dewa, dan Dewa menyerahkan satu handuk ke arah Dewi.
"Lap pake ini dulu," ucap Dewa menyerahkan handuk bewarna kuning, "Bisa minta tolong bantuin Dewi bersih-bersih dulu gak, Ma? Takut masuk angin, aku mau mandi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa untuk Dewi
RomanceDewa adalah seseorang yang begitu tegas dan berprinsip. Apa pun yang ia lakukan harus sesuai dengan rencananya. Dewi adalah seorang gadis pendiam dan juga introvert ia tidak memiliki seseorang pun teman. Ia juga sering merasa insecure atas dirinya...