Duabelas

4.3K 314 28
                                    

Setelah aktifitas seharian bersama Hans, Vanya akhirnya memiliki waktu bebas saat ini. karena sedari siang ia dipaksa untuk ikut bersamanya, mulai dari disekolah sampai pulang sekolah bersama, lalu diseret paksa mengikuti keinginannya mengunjungi suatu danau luas yang indah baru diketahui oleh Vanya saat itu, dan masih membekas keindahan danau yang tenang ditemani pohon pohon rindang. kalian ingin tahu kan kenapa momen itu tidak ditulis secara keseluruhan? soalnya Vanya malu!, saat itu terlihat sekali kalau hati Vanya itu lemah cuma karena danau indah yang diberi tahu Hans siang tadi.

"Vanya bantuin bunda!!!." teriak Amy memanggil anaknya.

Vanya yang berada diruang tengah sedang menonton TV tersentak  merasa terpanggil. ia melempar chiki begitu saja, padahal ia baru saja akan membuka sebungkus camilan itu dan melahapnya sembari menonton serial laga yang disukainya meskipun sudah berulang kali tayang di televisi. Vanya bangkit dari duduknya dan segera menghampiri bunda tercinta.

"Ada apa bun?." tanya Vanya.

"Buatin kopi buat ayah tuh ditempat itu, bunda lagi masak buat ayah kamu." Vanya segera meraih tempat minum semacam termos kecil agar air hangat ataupun dingin tetap awet.

"Loh emang ayah enggak bawa bekel tadi?." tanya Vanya, sebab heran karena bundanya baru masak sekarang untuk ayahnya.

"Tadi nasinya belum mateng, terus bunda juga baru masak lauk sebagian keburu waktunya ayah berangkat kerja, jadi ayah enggak bawa bekel tadi. nanti kamu anterin ke ayah ya?." ucap Amy, ia masih berkutat dengan masakannya yang sudah matang dan akan dimasukkan ke tupperware.

"Harus bun?." tanya Vanya.

Vanya enggan, sebab ini sudah hampir larut. ayahnya sudah berangkat dari jam 4 karena siftnya jaga malam dan baru akan pulang nanti jam 12 malam. saat ini sudah jam 5, belum lagi diperjalanan akan memakan waktu setengah jam. Vanya itu malas kalo berpergian sendirian saat sudah hampir malam. takut saja bawaannya.

"Ya harus lah! kamu enggak kasihan apa sama ayah kamu nanti enggak makan, paling kalau makan nanti malah makan mi instan." Vanya jadi tidak tega mendengar bundanya berkata seperti itu.

****

Singkat cerita, Vanya sudah dekat dengan keberadaan ayahnya yang sedang berjaga di sebuah gedung apartemen bagi para elit, yanng satu unit bisa mencapai milyaran rupiah. gadis itu sampai dengan menggunakan ojek online yang dipesan bundanya, dan berarti pulangnya Vanya harus berjuang sendiri teman teman!!!.

Vanya sudah berdiri didepan pintu masuk dengan kebingungan. gadis itu tengak tengok dan mengintip kedalam loby hotel mencari ayahnya, sebab ayahnya tidak terlihat berada di ruang Sequrity.

Akhirnya gadis itu berdiri disana menunggu ayahnya keluar. Vanya menoleh saat mendengar suara ayahnya yang sedang berbincang dengan seorang wanita sambil berjalan keruang Sequrity.

"AYAH!!!." teriak Vanya memanggil ayahnya.

Ayah Vanya menoleh kearahnya dan terkejut melihatnya berada disini. terlihat Ayahnya pamit kepada wanita yang terlihat familiar itu untuk menghampiri Vanya.

"Kamu ngapain maghrib maghrib ada disini?." tanya ayahnya dengan suara penuh kekhawatiran.

"Ini, disuruh bunda." Vanya mengangkat tas yang berisi makanan untuk ayahnya.

"Lain kali enggak usah, ayah kan bisa beli nanti, dari pada sore sore kamu keluyuran, nanti kenapa napa gimana?." Vanya meringis mendengar omelan ayahnya. ia jadi bingung harus menurut yang mana? bunda? atau ayahnya?.

"Kamu Vanya kan? temennya Hans?." tanya wanita yang berada disamping Ayahnya.

"Iya tante, saya Vanya." kata Vanya. sebenarnya sedari tadi Vanya sudah tahu kalau wanita ini adalah tante Mawar alias mamahnya Hans.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang