Tigapuluhdua

3.3K 213 56
                                    

Saat ini Vanya tengah tertidur dikamar Hans, dengan iming iming dirinya akan di antarkan bertemu orang tuanya besok. Vanya tertidur dengan sangat lelap sampai seperti orang pingsan. padahal, saat ini Hans tengah berusaha membuka pakaian milik gadis itu.

Sesungguhnya, dari kemarin selama dirinya membawa Vanya tidur satu ranjang dengannya, Hans diam diam selalu melepaskan pakaian Vanya dan dirinya sendiri sehingga hanya tertinggal pakaian dalam saja. Hans sangat suka ketika kulit keduanya saling menempel dan berpelukan dalam dinginnya malam.

Tangan laki laki itu tidak tinggal diam saat berhasil melepaskan pakaian yang menurutnya mengganggu itu, ia mengusap punggung Vanya sensual dan mendekap tubuh wanitanya hingga keduanya benar benar menempel, kaki keduanya juga saling melilitkan mencari kehangatan di tengah cuaca malam yang dingin.

Hans mengendus leher Vanya dengan rakus menghirup seluruh aroma tubuh gadisnya seakan oksigen segar baginya. mengecup, menghisap bahkan menjilat leher Vanya yang menurutnya sangat candu itu. tidak pernah dirinya merasa puas jika berhubungan dengan tubuh Vanya, namun dirinya memutuskan menyudahi kegiatannya dan bergegas menyusul mimpi.

****

Sinar matahari pagi yang terik tidak mampu menembus kain gorden yang tebal itu, sehingga membuat kedua insan sangat betah bergumul dibalik selimut. Seorang laki laki yang sejak jam 4 pagi itu terbangun tetap betah memeluk wanitanya sepanjang malam. Biasanya ia akan memakaikan kembali pakaian gadis itu agar tidak meninggalkan jejak, walau tetap saja bercak merah tidak akan mampu membohongi siapapun.

Dikamar itu, Vanya dalam dekapan laki laki yang paling ia ingin hindari. lehernya penuh dengan bercak merah, bahkan di dekat dadanya pun ada. Meski begitu, Vanya tidak kunjung bangun dari tidurnya itu. tubuhnya yang hanya dibalut oleh Bra dan Cd itu tertutup selimut yang dama dengan Hans.

Bagaimana pun, Hans begitu menikmati keindahan yang ada pada wanitanya itu. tanpa polesan make up, rambut yang tidak tertata itu tampak seksi dimatanya, bibir yang sedikit terbuka itu mampu membangkitkan hasratnya dalam sekejap.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan godaan yang terpampang nyata dihadapannya, Hans meraup bibir Vanya begitu rakus, menghisap, melumat dan mengabsen seluruh rongga mulut Vanya buru buru seperti tidak ingin kehabisan waktu. Hans menggeram saat mendengar lenguhan gadisnya itu. tanpa khawatir Vanya bangun dari tidurnya, Hans terus melakukan kegiatannya bahkan meremas salah satu dada gadis itu. Hans kembali menggeram nikmat saat merasakan pergerakan dari gadisnya hingga membuat libidonya terbangun.

"Eungghhh..." mendengar kembali lenguhan dari gadisnya, Hans segera melepaskan pagutannya karena merasa gadisnya telah kehabisan nafas.

Hans tersenyum, laki laki itu merasa sangat senang saat melihat Vanya yang terbangun dan mengerjapkan matanya perlahan.

"Hans?" gumam Vanya saat mendapati wajah laki laki itu yang pertama kali tertangkap oleh pandangannya.

"Yes, baby?." jawab Hans lalu mengecup bibir Vanya singkat.

"Aku lapar, tapi aku masih sangat mengantuk." tanpa gadis itu sadari, karena kerja otaknya yang belum bekerja sepenuhnya, dengan spontan Vanya menyusupkan kepalanya pada dada laki laki itu mencari kenyamanan.

"Tidak, sayang. Kamu harus bangun, mari kita berolahraga pagi." Ucap Hans dengan nada santai.

"Tidak mau, aku sangat malas untuk bangun." tolak Vanya dengan suara seraknya.

Hans tersenyum miring saat Vanya mendusel dusel didadanya dengan manja, padahal kalau saja gadis itu sudah benar benar bangun pasti akan menjerit histeris dengan keadaan tubuhnya sendiri.

"Tidak sayang, kita harus berkeringat berdua." kata Hans.

Vanya akhirnya menjauhkan tubuhnya dan membuka matanya lebar lebar, gadis itu mendongak menatap wajah Hans.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang