Enam

6.4K 410 13
                                    

Hari weekend tiba.

Seorang gadis tengah berjalan santai mengelilingi komplek perumahannya, gadis itu tinggal di komplek kecil sehingga dia hanya seorang diri berolahraga mengelilingi komplek perumahannya saja. Tinggal di komplek perumahan kecil seperti ini memang jarang orang yang berolahraga dihari weekend sekalipun, hanya terlihat beberapa ibu ibu yang berkerumun di gerobak tukang sayur, bukan asisten rumah tangga yang biasa mengelilingi gerobak sayur, di komplek ini justru ibu rumah tangga untuk bergosip ria sambil memilah sayuran.

Gadis itu berjalan santai karena sudah sangat lelah setelah berlari mengelilingi komplek 3 kali.

Rumahnya sudah terlihat dekat didepan sana.

Rumah gadis yang bernama Vanya memang berbeda komplek dari adik kelasnya Hans juga sang ketua osis Arlan. Vanya hanya tinggal di komplek kecil dilingkungan biasa, berbeda dengan Hans dan Arlan yang tinggal dikawasan elit.

Vanya beberapa kali mengunjungi rumah Arlan, karena kepentingan organisasi osis, namun setiap kali berkunjung mommy Arlan selalu saja menahan Vanya lebih lama, mommy nya Arlan memang ramah dan baik kepadannya, Vanya jadi akrab dengan mommy-nya tapi tidak dengan anaknya. Untuk Hans, ia hanya tau dari daftar siswa yang tidak sengaja dirinya baca.

Sekarang Vanya tiba didepan gerbang rumahnya, terburu buru menggeser gerbang dengan kasar, rasanya ia ingin cepat mandi karena sudah sangat berkeringat saat ini.

Vanya mandi dengan tenang, bersenandung riang karena kesegaran air yang mengguyur tubuhnya. Ia memikirkan agenda hari ini, dirinya kebingungan karena tidak ada yang mengajaknya pergi bersama, sepertinya Vanya harus tidur untuk seharian ini, atau ia akan marathon drama agar tidak mati kebosanan.

Keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan handuk di bahunya, wangi masakan yang sangat enak tercium dihidungnya.

"Bunda~" panggil Vanya. Ia menggandeng lengan bundanya yang sedang masak.

"Iya, anak bunda, ada apa sayang?" jawab wanita berumur 37 tahun itu bernama Amy itu.

"Bunda masak apa untuk hari ini?" tanya gadis itu. Menunjuk wajan yang dikuasai Bundanya.

"Bunda masak cumi kesukaan ayah kamu, katanya sudah lama bunda enggak masak cumi, kemarin ayah kamu request minta dimasakin cumi dihari libur ini." jawab sang bunda dengan suara lembutnya.

"Masa kesukaan ayah doang bun, aku enggak dimasakin makanan kesukaan huu~." rengek Vanya mengerucutkan bibirnya dan tidak lupa puppy eyes senjata untuk merayu bunda Amy kesayangan.

"Kamu ini, suka irian sama ayah kamu!! padahal kamu juga doyan banget sama cumi, bunda yakin sekejap mata pasti abis enggak tersisa rebutan sama ayah kamu itu." omel sang bunda.

"Hehe, yaudah bunda masak yang enak yah... aku mau bikinin kopi buat ayah didepan, Muach." Vanya pergi setelah mencuri kecupan dipipi sang bunda.

Begitulah keluarga Vanya, sangat harmonis, ia bersyukur memiliki ayah dan bunda yang sangat menyayanginya dan saling menyayangi satu sama lain. Gadis itu tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Walau sang ayah hanya security di sebuah apartemen mewah dan sang bunda yang membuka toko kue kecil kecilan, ia sangat bersyukur atas hidupnya yang berkecukupan. Vanya adalah gadis pengertian dengan keluarga, ia tidak pernah gengsi dan tidak pernah menuntut orang tuanya ketika mempunyai keinginan. Vanya tidak akan memaksa bila orang tuanya berkata ekonominya sedang limit.

Vanya membawa kopi buatannya untuk diberikan kepada ayahnya yang sedang bersantai diteras depan rumahnya, dengan sedikit biskuit dipiring untuk sarapan sang ayah.

"Ayaaaaah kopi buatan anak ayah yang cantik segera datang." teriak Vanya yang masih didalam rumah.

"Wah kopi buatan anak ayah pasti bikin semangat!!" sahut Yono.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang