Duapuluhenam

2.9K 210 22
                                    

Malam mencekam diluar ruangan tidak membuat seorang gadis takut, ketakutan paling mengerikan telah ia alami beberapa saat yang lalu, menghancurkan masa depannya, menghancurkan kepercayaannya kepada sesuatu yang disebut cinta.

Entah bagaimana caranya seorang Vanya yang sudah diporak porandakan bisa melarikan diri dari mansion megah itu. dirinya bagaikan wanita tidak punya harga diri memungut pakaiannya yang tersisa dengan keadaan bangun dari tidur terpaksanya.

Air mata sudah mengering, berjalan ditengah kesunyian malam tepatnya pukul tiga malam, gadis itu melangkahkan kakinya dengan pandangan kosong. sengaja ia mencari jalanan sempit yang tidak mudah dilewati oleh kendaraan apapun. di bunuh oleh psikopat lebih baik dari pada dirinya harus menjalani hidup dengan seorang psikopat.

Vanya tidak berpikiran akan pulang kemana, yang ia ingin adalah pergi dari mansion itu dengan mengikuti arah kakinya melangkah.

Jalan raya besar didepan matanya, bukannya senang karena tidak tersesat, justru Vanya tremor parah. ia ketakutan kalau ia akan berpapasan dengan monster itu kembali. sakit akibat luka goresan tidak masalah bagi Vanya, yang ada dipikirannya saat ini adalah pelecehan harga dirinya yang terus terulang didalam otaknya itu. ambruk, gadis itu terduduk dengan tubuh bergetar hebat. air mata tidak lagi mampu menetes, yang tersisa hanya rasa frustasi yang membuatnya gila.

Vanya tersentak, seseorang meraih bahunya. gadis itu berteriak histeris dan menepis tangan seseorang dengan kasar dan brutal.

"Vanya?."

Suara seorang wanita menggema ditelinganya, merasa tidak ada ancaman gadis itu mendongak melihat siapa seseorang yang mengenalinya dalam keadaan kacau seperti ini.

"Vanya ini gue Amel, lo ngapain malam malam disini?." kata seseorang itu.

Vanya tertegun, tidak menyangka sahabatnya yang berkuliah diluar kota bisa ada disini. dengan cepat Vanya berdiri dan memeluk Amel, tangisnya pecah saat itu juga.

"Vanya? lo kenapa? ayok masuk ke mobil gue." kata amel setelah beberapa saat membiarkan sahabatnya menumpahkan tangisnya dalam pelukan dirinya.

Didalam mobil Amel bertanya kepada Vanya tentang apa yang terjadi kepada gadis itu. tanpa ada yang ditutupi Vanya menceritakan segalanya karena sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. ia bercerita tentang Hans yang terobsesi kepadanya dan tega memperkosanya.

Vanya melewatkan tentang Hans yang sebenarnya berperilaku bagai iblis, kejam, sadis dan manipulatif. respon dari Amel tentu saja mengumpat dan sebagainya dengan apa yang menimpa sahabatnya.

"Sebenarnya gue udah menduga, entah kenapa tatapan dua saudara Hans dan Arlan itu berbeda. terlalu menakutkan, dan pasti orang kayak mereka dalam hal percintaan pasti akan berbeda. memang caranya salah, tapi bagi mereka cara seperti itulah mengekspresikan bagai mana mereka sangat mencintai pasangannya." ucap Amel.

Benarkah? benarkah karena cinta? Vanya meragukan itu semua.

"Gue antar pulang dulu, gue bakalan bantu lo buat lari dari Hans. Vanya, gue sayang sama lo sebagai sahabat baik gue, gue enggak mau lihat lo enggak bahagia, lo harus lari dari Hans, orang kayak Hans pasti enggak segan buat melukai lo, meski atas dasar dia cinta sama lo, tetap aja salah."

"Makasih Mel, Makasih lo udah ada buat gue." ucap Vanya bersungguh sungguh.

"Jadi apa rencana lo?." Tanya amel kepada Vanya.

****

Vanya dan Amel sudah tiba dirumah Vanya dengan selamat. ia memperhatikan sekelilingnya, takut jika ada orang suruhan Hans yang berkeliaran disekitar rumahnya.

Mereka memasuki rumah sederhana itu. Amy yang melihat anaknya pulang malam dengan penampilan kacau terkejut.

Vanya menangis sejadi jadinya dalam pelukan ibunya, tidak sanggup untuk sekedar menjelaskan apa yang terjadi kepada dirinya saat ini.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang