Delapanbelas

3.8K 261 21
                                    

Pagi hari senin yang sibuk kembali tiba. setelah kejadian tiga hari yang lalu dimana seorang gadis remaja memutuskan sesuatu yang sulit bersangkutan dengan masa depannya, menjadikan Vanya gadis patuh sesuai keinginan adik kelasnya itu. menurut kepada seorang laki laki yang merupakan adik kelasnya memang suatu hal yang mudah. hanya perlu menjadi gadis baik yang patuh ia diberikan segalanya meskipun layaknya tahanan. yang sulit adalah ia selalu was was dengan mood yang bisa saja hancur dan dirinya akan dalam bahaya yang mewanti untuk menghukum dirinya.

Vanya selama tiga hari berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengeluarkan kata kata yang bisa saja menyinggung laki laki obsesif itu. bertingkah manis agar Hans tetap stabil, bukan berarti Vanya menjadi gadis manja sok polos, hanya saja Vanya lebih patuh dan berusaha tersenyum seikhlas mungkin untuknya. pada dasarnya karena Vanya adalah gadis jutek yang jarang berinteraksi dengan murid lain, gadis itu sedikit lega karena tidak mudah 'cemburui'. namun, tetap saja masih ada rasa waspada takut takut Raka mengejarnya dan sengaja membuat Hans marah.

Hari ini Vanya mungkin tidak akan berpikiran seperti itu dulu. pagi ini ia sangat sibuk mengurusi semua hal keperluan acara HUT SMAN Tunas Bangsa yang diselenggarakan hari ini.

Gadis itu tengah berlari mencari cari ketua osis yang sialannya menghilang entah kemana? Vanya dimintai tolong oleh kepala sekolah untuk memanggil sang ketua osis Arlan yang terhormat yang sayangnya tidak ada diruangan panitia, atau ruang guru, bahkan ruang osis sekalipun. lututnya sudah lemas memutari koridor sekolah mencari Arlan yang tidak tahu dimana batang hidungnya.

"Ka? liat Arlan enggak? aduhhh plis jangan bilang enggak tahu aku udah capek banget keliling sekolahan enggak ada si Arlan."  Tanya Vanya kepada segerombolan Alumni yang ikut menjadi keamanan disini.

Vanya cukup terkenal dikalangan alumni cowok maupun cewek. dengan wajah juteknya dan tingkahnya yang seolah tidak peduli dengan apapun itu yang membuat siapapun penasaran dengannya. kebanyakan mereka tahu Vanya karena dari Arlan yang selalu menyeret Vanya dalam hal apapun dulu. banyak alumni yang masih aktif mengabdi di SMA menjadi asisten guru ataupun menjadi guru ekstrakulikuler disini.

"Ada tuh lagi dikamar mandi sebentar. masuk aja dulu sini dek, tunggu aja sebentar lagi juga Arlan keluar." kata salah satu laki laki bermata Mongoloid menawari.

"Enggak deh saya tunggu diluar aja." ucap Vanya tidak enakan, sebenarnya lebih ke takut karena didominasi oleh alumni cowok.

"Enggak papa masuk aja kita enggak bakal gigit kok, yang ada nanti kita yang ditelen sama Arlan."

"Enggak deh kak beneran saya diluar aja." ucap Vanya lagi.

Ya, Vanya sedang berada di ambang pintu semacam ruangan bekas kelas yang tidak dipakai, didalamnya masih ada beberapa kursi dan ada kamar mandi dalam ruangan.

Setelah beberapa lama Vanya menunggu akhirnya Arlan terlihat menghampiri segerombolan alumni itu dan hendak duduk, namun tidak jadi karena salah satunya memberitahu bahwa ada yang mencarinya. Arlan dan Vanya bertemu pandangan. Arlan tersenyum tipis mengetahui bahwa Vanya yang tengah menunggunya.

"Ada apa lo nyari gue Van? hmm?." tanya Arlan setelah berjarak hanya beberapa meter didepan Vanya.

"Bukan gue yang nyari lo, tapi pak kepsek suruh gue buat panggil lo, sumpah gue capek banget keliling sekolah enggak nemu nemuin elo." keluh Vanya.

Arlan terkekeh mendengar Vanya menggerutu karena kelelahan mencarinya, lalu Arlan mengacak rambut Vanya setelah berkata...

"Kasian~ maaf deh gue udah bikin lo kecapekan." ucap Arlan.

"Lutut gue udah ngilu tahu. lagian lo, yang lain sibuk ngurusin acara. ketua osisnya malah sibuk ngobrol." gerutu Vanya.

Vanya segera meninggalkan Arlan begitu saja setelah menyampaikan kekesalannya. sedangkan Arlan berlari kecil menyamai langkah Vanya yang berjalan dengan langkah lebar.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang